Menimbang bahwa dengan perimbangan seperti terurai di atas, maka unsur setiap orang telah terpenuhi ;
Penulis sepakat dengan majelis hakim yang menyatakan bahwa terdakwa memenuhi unsur tindak pidana yang pertama yaitu unsur setiap orang.
b. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”secara melawan hukum” ;
Hakim memberikan pertimbangan keberadaan unsur melawan hukum atau sifat melawan hukum. Majelis mengutip pendapat para ahli hukum, seperti Simon
dan Roeslan Saleh, tentang sifat melawan hukum formil dan materiil, yang tertulis dan tidak tertulis.
Menimbang bahwa menurut para ahli hukum yaitu Simon menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Wederredhtelijk melawan hukum adalah tidak
hanya bertentangan dengan hukum pada umumnya, jadi tidak hanya sejedar bertentangan dengan hukum yang tertulis akan tetapi juga bertentangan dengan
hukum yang tidak tertulis ; h.212
Menimbang bahwa Roeslan Saleh menyatakan bahwa menurut ajaran melawan hukum yang materiil tidaklah hanya bertentangan dengan hukum
tertulis tetapi juga bertentangan dengan hukum tidak tertulis. Sebaliknya ajaran hukum yang formil berpendapat bahwa melawan hukum adalah bertentangan
dengan hukum tertulis saja ; h.212
Majelis hakim kemudian menguraikan kronologis pertimbangan lain yang terdiri 34 alinea dalam 7 halaman, guna mencari kebenaran materil kemungkinan-
kemungkinan adanya sifat melawan hukum.
c. Kemungkinan adanya sifat melawan hukum
Ketiga terdakwa disini jelas dinyatakan yang mempunyai hak untuk menyetujui fasilitas kredit, yaitu dengan bridging loan, dengan nilai Rp. 160
milyar atau 18,5 juta dollar US. Disini juga secara langsung tertera bahwa terdakwa merupakan pihak yang kemudian menyetujui pemberian kredit tersebut
kepada PT. CGN melalui direktur utamanya saksi Edison. h.214 alinea ke-1. Terdakwa
I, yaitu I.C.W
Neloe dengan kewenangannya
kemudian
mendisposisikan kepada terdakwa III, M. Sholeh Tasripan untuk diteruskan kepada bagian yang berwewenang yaitu Group Head, Departement Head,
Relationship Management dan Credit Analist untuk dilakukan analisa kredit terhadap permohonan kredit yang diajukan h.214 alinea ke-2
Edison selaku pemohon kredit pada tanggal 22 oktober 2002 menyerahkan kepada terdakwa I yaitu Neloe kemudian diteruskan kepada saksi Indah selaku
CA Credit Analysis, melaui mekanisme yang ada pada KPBM dan PPK yang berlaku di Bank Mandiri Tbk. h.214 alinea ke-3. Untuk kemudian pada hari itu
juga tanggal 22 oktober 2002 dilakukan analisa kredit oleh Indah, Khoirul Anwar Departement Head dan Sucipto RM. h. 214 alinea ke-4. Dari keterangan
saksi Indah bahwa dokumen persyaratan permohonan kredit bridging loan ternyata tidak ada, tidak seperti yang biasanya ada pada permohonan kredit
investasi h. 215 alinea ke-2. o
bahwa dari keterangan saksi Indah telah diperoleh fakta hukum bahwa document persyaratan permohonan kredit Bridging Loan tidak ada,
tidak seperti yang dilampirkan dalam permohonan kredit investasi ; h.215 alinea ke-2
Ketiadaan persyaratan permohonan kredit Bridging Loan merupakan suatu
poin dimana adanya kemungkinan unsur kelalaian yang dilakukan oleh terdakwa dalam menangani transaksi kredit dengan nilai puluhan milyar..
Urutan pemutus kredit dari yang terendah adalah terdakwa III, kemudian terdakwa II kemudian terdakwa I, selaku Direktur Utama. h.215 alinea ke-4 Dari
keterangan didapat bahwa saksi Indah telah melakukan pemeriksaan dokumen yang ada dengan mempertimbangkan aspek 5 C sebagai wujud kehatian-hatian
berdasarkan ketentuan KPBM dan PPK PT. Bank Mandiri Tbk ; h. 216 alinea ke- 1.
Yang menarik untuk dicermati lebih detail adalah tentang ketentuan bahwa pada jaminan dari PT. CGN harus dilakukan pengikatan secara sempurna atas
nama PT. Bank Mandiri dengan tujuan bila kredit tersebut macet maka Bank Mandiri mempunyai hak preference atas agunan tersebut. Namun Bank Mandiri
tidak melakukan pengikatan tersebut secara sempurna dan hal tersebut merupakan sebuah penyimpangan atas operating prosedur bank. h. 217 alinea ke-4 dan h.
218 alinea ke-1,2,3. o
bahwa walaupun telah diatur baik dalam KPBM maupun PPK maupun SPPK agar barang agunan tersebut diikat, akan tetapi PT. Bank
Mandiri Tbk selaku krediturnya tidak melakukan pengikatan itu secara sempurna ; h. 218 alinea ke-2
o bahwa dengan tidak melakukan pengikatan atas agunan yang
diberikan debitur, maka hak ini adalah ujud suatu penyimpangan atas standard operating prosedur bank yang harus dipatuhi dan ditaati
oleh para terdakwa ; h. 218 alinea ke-3 Saksi ahli dari Bank Indonesia, Nani Purwati menyatakan bahwa sikap
kehati-hatian dalam pemberian kredit seharusnya tetap ada sekalipun pengikatan barang agunan tidak dilakukan, padahal dimiliki juga surat kuasa mamasang hak
tanggung. Karena hal tersebut bertujuan untuk memulihkan penguasaan Bank Mandiri atas barang agunan jika terjadi kredit macet dikemudian hari. h. 220
alinea ke-2. Majelis menyatakan tidak melakukan pengikatan atas barang agunan maka perbuatan tersebut sudah menyimpang SOP yaitu ketentuan dalam KPBM
dan PPK PT Bank Mandiri Tbk, sehingga walaupun Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung sudah dikuasai, hal itu tidak menghapuskan kesalahan para terdakwa
h. 220 alinea ke-3. Bahwa kemudian Majelis Hakim menegaskan unsur perbuatan melawan
hukum sudah terpenuhi. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan seperti tersebut diatas,
maka unsur adanya perbuatan yang melawan hukum telah terpenuhi ; h.220
Penulis sepakat dengan pendapat majelis hakim karena berdasarkan fakta hukum yang terungkap dan tercatat dalam putusan pengadilan memang terlihat
jelas bahwa terdakwa memiliki unsur sifat melawan hukum dengan tiga poin perting :
1. Bahwa dalam persyaratan permohonan bridging loan PT. CGN tidak
ada. 2.
Bahwa tidak dilakukannya pengikatan terhadap barang agunan PT. CGN.
3. Bahwa tidak dilakukan pengawasan dengan cermat terhadap kinerja
Bisnis Unit PT. Bank Mandiri. Penulis beranggapan bahwa unsur sifat melawan hukum tersebut kemudian
menjadi salah satu unsur pertanggungjawaban pidana dan pertanggungjawaban pidana korporasi konsp vicarious liability. Karena ketiga sifat melawan hukum
tersebut masuk kedalam lingkup organisasi yang tanggungjawabnya ada diatasan, dalam hal ini para Terdakwa.
d. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”memperkaya diri sendiri,