jabatan tertentu baik, baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional, kedua pelaku tindak pidana korupsi yang bukan pegawai negeri atau perseorangan atau
swasta yang mempunyai fungsi dalam korporasi. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP
”Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana dader: orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan
itu” Pasal 64 ayat 1 KUHP
”Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut voortgezette handeling, maka hanya dikenakan satu aturan pidana, jika berbeda-beda yang dikenakan maka yang
memuat ancaman pidana pokok yang paling berat”.
1. Unsur Setiap Orang
Pada saat undang No. 3 Tahun 1971 diundangkan, semula terdapat perbedaan pendapat khususnya mengenai penerapan subjek dalam pasal 1 ayat 1
sub a dan b. Pendapat pada umumnya menyatakan hanya pegawai negeri yang pengertiannya diperluas dengan pasal 2 yang dapat menjadi subjek dalam pasal
tersebut. Perbedaan pendapat itu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, UU No. 3 Tahun 1971 adalah pengganti UU No. 24 Prp Tahun 1960 yang subjeknya
pegawai negeri. Kedua, penjelasan umum mengenai UU No. 3 Tahun 1971 diantaranya menyatakan,”.... pengertian pegawai negeri dalam undang-undang
sebagai subjek tindak pidana korupsi meliputi bukan saja pengertian pegawai negeri menurut pasal 2, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman selama ini,
orang-orang yang bukan pegawai negeri menurut pengertian hukum administrasi
dengan menerima tugas tertentu dari suatu badan negara, badan yang menerima bantuan negara dapat melakukan perbuatan tersebut korupsi”.
82
Setelah diberlakukannya UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, unsur ”barang siapa” yang
tercantum dalam UU No. 3 Tahun 1971 dirubah menjadi unsur ”setiap orang”. Perubahan tersebut, selain mengakhiri subjek hukum dalam UU No. 3 Tahun
1971, juga berarti bahwa subjek hukum dalam tindak pidana korupsi dapat dikenakan atau ditujukan kepada siapa saja baik secara perorangan maupun
korporasi di mana subjek pegawai negeri atau bukan pegawai negeri merupakan subjek hukum secara perorangan. Dengan kata lain, bahwa subjek hukum dalam
UU. No. 1 Tahun 1999 lebih diperluas lagi daripada pengertian subjek hukum dalam UU No. 3 Tahun 1971.
2. Unsur Melawan Hukum
Unsur ”secara melawan hukum” dalam delik korupsi, menurut penjelasan pasal 2 ayat 1 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi mencakup perbuatan melawan hukum formil dan materiil. Istilah ”melawan hukum” wederrechtelijk dalam literatur hukum pidana masih dikenal
pengertian melawan hukum yang saling berbeda seperti, bertentangan dengan hukum, bertentangan dengan hak orang lain, tanpa hak sendiri. Menurut Noyon-
Langemeijer seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah bahwa beliau mengusulkan agar fungsi kata itu hendaknya disesuaikan dengan setiap delik tanpa secara asasi
menghilangkan kesatuan artinya.
83
82
Indroharto, Andi Andojo Soetjipto, MH. Silaban, et all. Kapita Selekta Hukum dalam Buku Mengenang Prof. H. Oemar Seno Adjie
, ed Machrup Elrick, Jakarta, Ghalia Indonesia,1996, h.57
83
Hamzah, Pemberantasan Korupsi Di Indonesia h. 76
Pengertian melawan hukum itu sendiri harus dipandang dari segi formil dan meteril formele en materiele wederrechtlijkkheid yaitu perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan hukum tertulis termasuk yang didalamnya perbuatan- perbuatan yang dilakukan tanpa hak dan perbuatan-perbuatan tercela yang tidak
patut menurut norma kehidupan masyarakat.
84
Perumusan demikian dipengaruhi oleh Arrest Hoge Raad negeri belanda tahun 1919 yang menyatakan: ”perbuatan melanggar hukum adalah bukan hanya
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang wet, melainkan juga perbuatan yang dipandang dari sudut pergaulan masyarakat adalah tidak patut.
Dengan adanya Arrest Hoge Raad tersebut menyebabkan timbulnya dua pandangan melawan hukum formal yang dianut oleh Simons dan pandangan
melawan melawan hukum materiil yang dianut oleh Vos.
85
Unsur melawan hukum mempunyai makna yang sangat luas yakni: perbuatan atau kelalaian seseorang yang oleh karenanya melanggar hak orang lain
atau bertentangan dengan kewajiban sendiri menurut hukum atau dengan norma- norma adat kesopanan yang lazim atau bertentangan dengan keharusan pergaulan
hidup untuk bertindak prihatin terhadap orang lain atau barang cq haknya.
86
3. Unsur Memperkaya Diri Sendiri Atau Orang Lain