Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

ternyata tidak ada kerugian yang dialami oleh Bank Mandiri, maka berarti juga tidak ada kerugian yang dialami oleh Negara ; padahal ada keterangan Mohamad Yusuf, Ak yang menyatakan bahwa kerugian Negara sudah timbul sejak diterbitkannya kredit yang tidak sesuai atau menyimpang dari ketentuan yang diatur dalam Standar Operating Prosedure hal. 185 alinea 3 dan yang menyatakan bahwa dengan dikucurkannya kredit PT. Bank Mandiri kepada PT. CGN dimana agunan belum diikat maka sejak saat itulah Negara telah rugi sebesar kredit yang dukucurkan yakni 18,5 juta US Dollar. hal. 185 alinea 5. dengan demikian jelas terdakwa bersalah. 8. Bahwa keterangan ahli tersebut telah dipertimbangkan Majelis Hakim sepotong-potong dan tidak secara utuh, karena menurut ahli apabila dalam RUPS Bank Mandiri mengalami keuntungan, hal tersebut adalah merupakan keuntungan dari seluruh transaksi umum secara satu periodik satu tahunan, Sedangkan kerugian yang timbul dalam kasus ini adalah kerugian khusus atas pemberian fasilitas kredit sebesar USD 18,500,000 yang menyimpang dari Standart Operating Procedure antara lain tidak dilakukannya pengikatan jaminan pada saat pencairan Standart Operating Procedure yang berlaku pada Bank Mandiri;

2. Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

Penting mengetahui posisi terakhir kasus Ecw Neloe untuk mendapatkan gambaran sejauh mana Hakim melakukan penerapan peraturan-perundang- undangan dengan tepat. Berikut petikan putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung pada putusan perkara E.C.W Neloe cs. 1. Pada putusan pidana Pengadilan Negeri Jaksel No: 2068Pid.B2005PN Pengadilan Negeri . E.C.W Neloe diputuskan bebas murni. 2. Pada tingkat mahkamah agung E.C.W Neloe diputuskan bersalah kasasi MAhkamah Agung dengan nomor putusan 1144 KPid 2006. M E N G A D I L I Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi Ipara Terdakwa : I. EDWARD CORNELLIS WILLIAM NELOE, II. I WAYAN PUGEG, III. M. SHOLEH TASRIFAN, SE, MM tersebut ; Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II : JAKSA PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA SELATAN tersebut ; Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 2068Pid.B2005 PN.Jak.Sel, tanggal 20 Februari 2006 ; MENGADILI SENDIRI 1. Menyatakan para Terdakwa : I. EDWARD CORNELLIS WILLIAM NELOE, II. I WAYAN PUGEG, III. M. SHOLEH TASRIFAN, SE, MM Telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : “Korupsi secara bersama-sama dan berlanjut” ; 2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa-Terdakwa I, II, III, tersebut dengan pidana penjara masing-masing selama 10 sepuluh tahun ; 3. Menetapkan lamanya Terdakwa-Terdakwa I, II, III berada dalam tahanan sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan ; 4. Menghukum Terdakwa-Terdakwa I, II, III dengan hukuman denda masing-masing sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah dengan ketentuan apabila pidana denda tidak dibayar, maka kepada masing-masing Terdakwa dikenakan hukuman pengganti berupa pidana kurungan selama 6 enam bulan. Putusan Mahkamah Agung menegaskan bahwa sesungguhnya putusan hukum PN yang membebaskan E.C.W neloe sudah dibatalakan. Maka dengan putusan tersebut terbuktilah bahwa ketiga terdakwa bersalah. Pengungkapan asas kesalahan sebagai asas yang fundamental, mempunyai arti bahwa pada prinsipnya pertanggungjawaban pidana dalam arti pemberian pidana, hanya dapat dikenakan kepada orang yang benar-benar mempunyai kesalahan atas perbuatan yang dilakukannya. Maksudnya, bahwa pertanggungjawaban pidana hanya dikenakan kepada seseorang yang melakukan perbuatan pidana, yang dalam hal ini perbuatan itu didukung oleh sikap batin yang tercela. 126 Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang- undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban standard of duty yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan 126 Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban h. 107 fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil trustee atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan trust and confidence yang dalam peran ini meliputi, ketelitian scrupulous, itikad baik good faith, dan keterusterangan candor. Fiduciary ini termasuk hubungan seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan pelindung guardian. Termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai hubungan fiduciary dengan client-nya. 127 Doktrin atau prinsip fiduciary duty atau pendelegasian wewenang ini dapat kita jumpai dalam Undang-undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Menurut Pasal l79 ayat 1 UUPT pengurusan PT dipercayakan kepada direksi Lebih jelasnya pasal 82 UUPT menyatakan, bahwa Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan Sedangkan Pasal 85 UUPT menetapkan bahwa setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan. Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya tersebut. Menanggapi putusan bebas tersebut. Jaksa Penuntut Umum, Baringin Sianturi menilai putusan Majelis Hakim yang menggunakan definisi kerugian negara berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 tidak tepat. Baringin berpendapat tindakan majelis hakim tersebut telah menyalahi prinsip non-retro aktif tidak 127 Henry Campbell Black , Black’s Law Dictionary, hal. 625. berlaku surut karena UU Perbendaharaan Negara dikeluarkan tahun 2004, sedangkan kejadiannya tahun 2002. Baringin juga tidak sependapat dengan pertimbangan majelis yang menyatakan kerugian negara tidak ada karena PT. CGN sudah mencicil per Desember 2005. Pasalnya, fakta sebenarnya adalah PT. CGN baru mulai mencicil setelah direksi PT. CGN ditahan oleh kejaksaan. 128 Maka ditambah dengan tujuh keterangan yang penulis ajukan dan keterangan Prof Dr. Rudy Prasetya, SH dan Prof. Dr. Andi hamzah, SH sebagai saksi ahli sebagai berikut : Saksi ahli Prof. Dr. Rudy Prasetya, SH menyatakan : Bahwa Apabila suatu keputusan yang diambil oleh direksi adalah hasil keputusan bersama dengan persetujuan komisaris, maka RUPS yang diwakilkan komisaris bisa ikut tanggung jawab h. 187, alinea ke-7 Saksi ahli Prof. Dr. Andi Hamzah , SH menyatakan : Bahwa ada satu prinsip dalam hukum pemidanaan yang menyatakan yakni tidak ada pertanggungjawaban pidana tanpa adanya kesalahan, sehingga dalam perkara ini tidak bisa diterapkan asas strict liability ; h. 196, alinea ke-3 Penjelasan dari Prof. Rudy Prasetya sesungguhnya membuka adanya dimungkinkannya pertanggungjawaban berdasarkan konsep vicarious liability yaitu ”pelimpahan” kesalahan dari bawahan kepada atasan. Namun kita juga perlu melihat lagi apakah bawahan dari ketiga Direktur tersebut yang melakukan kesalahan, tentu tadi sudah sedikit penulis jelaskan tentang fiduciary of duty. Sedangkan Prof. Andi Hamzah, menyatakan tidak mungkin melakukan pertanggungjawaban pidana tanpa adanya kesalahan sehingga konsep strict 128 “Neloe Cs Lolos Dari Tuntutan 20 Tahun Penjara”, www.hukumonline.com , 20 Februari 2006. liability yang penulis ajukan tentu terpatahkan kalau unsur kesalahan tidak ada dan tidak terbukti. Namun penulis merasa yakin kalau kesalahan ketiga direktur Pt. Bank Mandiri Tbk tersebut nyata-nyata ada. Berikut petikan putusan hakim dan keterangan para ahli yang menyatakan berdasarkan penjelasan diatas tentang adanya perbuatan melawan hukum yang menindikasikan adanya kesalahan dalam putusan pemberian kredit. 1. Persyaratan kredit tidak lengkap o bahwa dari keterangan saksi Indah telah diperoleh fakta hukum bahwa document persyaratan permohonan kredit Bridging Loan tidak ada, tidak seperti yang dilampirkan dalam permohonan kredit investasi ; h.215 alinea ke-2 2. Tidak dilakukannya pengikatan terhadap agunan o bahwa walaupun telah diatur baik dalam KPBM maupun PPK maupun SPPK agar barang agunan tersebut diikat, akan tetapi PT. Bank Mandiri Tbk selaku krediturnya tidak melakukan pengikatan itu secara sempurna ; h. 218 alinea ke-2 Undang-undang No. 1 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa Dewan Direksi adalah yang bertanggung jawab atas segala operasional perseroan terbatas atau korporasi h.219 alinea ke-3. Terlebih diketahui tenyata kelalaian tidak memasang hak tanggung tersebut berlangsung selama kurun waktu 3 tahun, sejak 22 oktober 2002 hingga 2005 h. 219 alinea ke1,2. 3. Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung tidak menghapuskan kesalahan terdakwa Saksi ahli dari Bank Indonesia, Nani Purwati menyatakan bahwa sikap kehati-hatian dalam pemberian kredit seharusnya tetap ada sekalipun pengikatan barang agunan tidak dilakukan. Karena hal tersebut bertujuan untuk memulihkan penguasaan Bank Mandiri atas barang agunan jika terjadi kredit macet dikemudian hari. h. 220 alinea ke-2. Majelis menyatakan tidak melakukan pengikatan atas barang agunan maka perbuatan tersebut sudah menyimpang SOP yaitu ketentuan dalam KPBM dan PPK PT Bank Mandiri Tbk, sehingga walaupun Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung sudah dikuasai, hal itu tidak menghapuskan kesalahan para terdakwa h. 220 alinea ke-3. Penulis tentu sepakat dengan pendapat majelis hakim yang penulis kuti pdiatas karena berdasarkan fakta hukum yang terungkap dan tercatat dalam putusan pengadilan memang terlihat jelas bahwa terdakwa memiliki unsur sifat melawan hukum dengan tiga poin penting : 1. Bahwa dalam persyaratan permohonan bridging loan PT. CGN tidak ada. 2. Bahwa tidak dilakukannya pengikatan terhadap barang agunan PT. CGN. 3. Bahwa Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung tidak menghapuskan kesalahan terdakwa Dengan demikian maka unsur melawan hukum yang secara nyata merupakan sifat melawan hukum sudah terpenuhi maka pertanggungjawaban pidana dapat diterapkan. Adapun yang tepat adalah bertnggungjawaban pidana vicarious liability karena penulis memegang prinsip dalam UU No. 1 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa Dewan Direksi adalah yang bertanggung jawab atas segala operasional perseroan terbatas atau korporasi selain adanya keterangan tentang Urutan pemutus kredit yaitu ”dari yang terendah adalah terdakwa III, kemudian terdakwa II kemudian terdakwa I, selaku Direktur Utama. h.215 alinea ke-4 Dalam hal ini karena pertanggungjawaban pidana korporasi yang dianut dalam hukum pidana Indonesia mengharuskan bahwa perusahaan bersalah dalam arti ada niat dan celaan objektif yang tertuang dalam perbuatan perusahaan yang melawan hukum. Dalam kasus I.C.W Neloe dan kawan- kawan yang menjadi terdakwa adalah mantan direktur utama, managemen dan risk managemen. Mereka melakukan kesalahan dan kesengajaan berdasarkan beukti-bukti tersebut pada poin 1 hingga 8 dengan nyata-nyata. Menurut penulis, ketiga terdakwa seharusnya dinyatakan bersalah kemudian dijatuhkan sanksi menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, namun tidak dapat dijerat dengan pasal yang terkait dengan pertanggungjawaban pidana korporasi. Karena terdakwanya bukan korporasi atau ketiganya tidak dinyatakan sebagai perwakilan dari korporasi. Vicarious liability hanya memudahkan dalam menjatuhkan kesalahan kepada pemegang kekuasaan tertinggi. Maka pertanggungjawaban pidana korporasi tidak melelekat pada kasus ketiga terdakwa.

3. Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Menurut Hukum Islam