3. Pertanggungjawaban Pidana ; Criminal Liability
Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian dijatuhi hukum pidana, sebagaimana telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah ketika
melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan . Sebab asas dalam
pertanggungjawaban pidana adalah: tidak dipidana jika tidak ada kesalahan zeen straf zonder schuld; actus non facit reum nisi mens sit rea
.
29
Menurut Moeljatno orang tidak mungkin dipertanggungjawabakan atau dijatuhi pidana kalau dia tidak
melakukan perbuatan pidana. Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak selalu ia dapat dipidana.
30
Sedangkan Roeslan Saleh menyebutkan ”tetapi betapapun itu, aturan undang-undanglah yang menetapkan siapa-siapa yang dipandang sebagai
pembuat yang bertanggungjawab itu. Satu kali telah ditetapkan bahwa seseorang adalah yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang terjadi,
maka langkah selanjutnya adalah menegaskan apakah ia juga memenuhi syarat- syarat yang diperlukan untuk pertanggungjawaban itu
.”
31
Andi Hamzah mengatakan bahwa melawan hukum adalah mengenai perbuatan yang abnormal secara objektif. Kalau perbuatan itu tidak melawan
hukum berarti bukan perbuatan amoral dan pembuatnya tidak bersalah. Dapat dikatakan bahwa ada kesalahan jika pembuat dapat dipertanggungjawabkan atas
perbuatan. Perbuatannya dapat dicelakan terhadapnya. Celaan ini bukan celaan
29
Ibid., h.. 153
30
Ibid., h.. 155
31
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungan Jawab Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1982 h. 32
etis melainkan celaan hukum. Celaan obyektif dapat dipertanggungjawabkan kepada pembuat menjadi celaan subyektif.
32
Menurut Chairul huda makna asas ”tiada pidana tanpa kesalahan” adalah ”tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan”. Dan menurut Chairul,
bagaimana cara agar asas kesalahan ini dikonkretisasi dan tingkat kesalahannya yang dipersyaratkan tidaklah perlu sama untuk tiap delik. Dengan demikian,
syarat dan isi kesalahan tidak perlu sama, terhadap pembuat pidana dengan subjek hukum manusia atau korporasi.
33
Dengan demikian ternyata untuk adanya kesalahan terdakwa harus memenuhi empat unsur yaitu: pertama, melakukan perbuatan pidana sifat
melawan hukum, kedua, diatas umur tertentu atau mampu bertanggung jawab, ketiga mempunyai suatu bentuk alasan yang berupa kesengajaan atau kealpaan,
keempat tidak adanya alasan pemaaf.
Sedangkan pertanggungjawaban pidana hanya melekat kepada seseorang yang memiliki kemampuan bertanggunjawab melakukan perbuatan pidana dengan
kesalahan didalamnya serta ketiadaan adanya alasan pemaaf sebagai sifat kesadaran akal.
4. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi ; Corporate Criminal Liability