keadilan dan melarang kezaliman, melainkan didasarkan atas nash-nash yang jelas dan khusus mengenai soal ini.
2. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Islam
Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam sudut Syariat Islam adalah pembebasan seseorang dengan hasil akibat perbuatan atau tidak perbuatan yang
dikerjakannya dengan kemauan sendiri, dimana ia mengetahui maksud-maksud dan akibat-akibat dari perbuatan itu. Pertanggungjawaban pidana tersebut
ditegakkan atas tiga hal : pertama adanya perbuatan yang dilarang, kedua dikerjakan dengan kemauan sendiri, ketiga pembuatnya mengetahi akibat
perbuatannya tersebut.
62
Dengan adanya syarat-syarat tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa yang dapat dibebani dengan pertanggungjawaban pidana hanya manusia, yaitu
manusia yang berakal pikiran, dewasa dan berkemauan sendiri. Oleh karena itu tidak ada pertanggungjawaban bagi kanak-kanak, orang gila, orang dungu, orang
yang sudah hilang kemauannya dan orang yang dipaksa atau terpaksa.
63
Sejak semula syariat islam sudah mengenal badan hukum. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa para fuqaha mengenalkan baitul mal perbendaharaan
negara sebagai “badan” jihat yakni badan hukum syaksun ma’nawi, Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa para fuqaha mengenalkan baitul mal
perbendaharaan negara demikian juga dengan sekolahan-sekolahan dan rumah sakit-rumah sakit. Badan-badan ini dianggap mempunyai hak-hak milik dan
mengadakan tindakan-tindakan tertentu terhadapnya. Akan tetapi badan-badan tersebut
tidak dapat di bebani pertanggungjawaban pidana,
karena
62
Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 119
63
Ibid., h. 119
pertanggungjawaban ini didasarkan atas adanya pengetahuan terhadap pilihan, sedangkan kedua perkara ini tidak terdapat pada badan-badan hukum. Akan tetapi
kalau terjadi perbuatan-perbuatan yang dilarang dan yang keluar dari orang-orang yang betindak atas nama badan hukum tersebut, maka orang-orang itulah yang
bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya.
64
Hukum Islam dalam teori serta penerapannya cukup sederhana. Konsep pertanggungjawaban pidana korporasi dalam hukum Islam dekat sekali dengan
doktrin strict liability atau liability without fault pertanggungan tanpa kesalahan. Dengan kata lain hukum Islam tidak mementingkan faktor kesalahan guilty mind
baik berupa kesengajaan dolus maupun kelalaian culpa dalam menjatuhi hukuman pidana. Istilah dalam bahasa Indonesia yang digunakan adalah
pertanggungjawaban mutlak
65
. Sedangkan pertanggungjawaban pidana dapat hapus karena hal-hal yang
berkaitan dengan perbuatan sendiri atau karena hal-hal yang berkaitan dengan diri pembuat. Dalam keadaan pertama, perbuatan yang dikerjakan adalah mubah
tidak dilarang dan dalam keadaan kedua, perbuatan yang dikerjakan tetap dilarang tetapi tidak dijatuhi hukuman.
66
Hal-hal yang mengakibatkan kebolehan suatu perbuatan haram jarimah ialah : pembelaan yang sah, pengajaran, pengobatan, permainan olahraga,
hapusnya jaminan keselamatan jiwa harta, memakai wewenang dan melaksanakan kewajiban bagi pihak yang berwajib.Mengenai hapusnya hukuman ada empat
perkara yaitu : terpaksa, mabuk, gila, belum dewasa. Pada masing-masing perkara
64
Ibid., h. 119-120.
65
Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h.27
66
Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 157
ini pembuat melakukan perbuatan yang dilarang oleh syara’ dan seharusnya dijatuhi hukuman dan seharusnya dijatuhi hukuman, akan tetapi syarat
menghapuskannya dari hukuman karena adanya hal-hal yang terdapat pada diri pembuat.
67
Salah satunya adalah pembelaan yang sah yang dapat diartikan sebagai hak seseorang untuk mempertahankan dirinya atau orang lain, atau mempertahankan
harta sendiri atau harta orang lain. Dengan kekuatan yang diperlukan dari setiap serangan yang nyata tidak sah. Hal ini berdasarkan dalil :
N F . = F C. O 6H P Q1 R Q1 S1 R Q1 S1 0 C1 T ; 4, C ; 0ﺕ = F
UVC 0 1
7W
Artinya : “Bulan haram dengan bulan haram dan pada sesuatu yang patut
dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa
”. QS. Al-Baqarah : 194 Dikalangan fuqaha tidak diragukan lagi hukum membela diri adalah suatu
jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang lain atau suatu harta dan kehormatan. Serangan kanak-kanak, orang gila dan hewan merupakan
termasuk pembelaan diri. Adapun syarat pembelaan diri adalah pertama adanya serangan atau tindakan melawan hukum, kedua penyerangan harus terjadi
seketika, ketiga tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri, keempat, dalam
penolakan seranan hanya kekuatan seperlunya saja yang dipakai.
67
Ibid., h. 157
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Korupsi Dalam Hukum Positif
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau coruptus. Corruptio berasal dari kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak
bahasa eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun
kebahasa Indonesia.
68
Korup dapat diartikan sebagai busuk, palsu, suap
69
, atau rusak, suka menerima uang sogok menyelewengkan uangbarang milik
perusahaan atau negara, menerima uang untuk kepentingan pribadi, penyelewengan atau penggelapan uang negara untuk kepentingan pribadi atau
orang lain.
70
Pada mulanya pemahaman korupsi mulai berkembang di barat pada permulaan abad ke-19, yaitu setelah adanya revolusi Prancis, Inggris dan Amerika
ketika prinsip pemisahan antara keuangan pribadi mulai diterapkan. Penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi khususnya dalam soal
keuangan dianggap sebagai korupsi.
71
Berhubung banyaknya pasal dalam kejahatan tindak pidana korupsi dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001 maka penulis hanya akan
68
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Dalam Hukum Pidana Nasional Dan Internasional
, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 Cet. ke-3 h.4
69
T. Heru Kasida Brataatmaja, Kamus Bahasa Indonesia, Yogyakarta, Kanisius, 1993
70
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002
71
Malang Corruption Watch, Mengerti Dan Melawan Korupsi, Jakarta, Sentralisme Production, 2005