orang lain atau memperkaya suatu korporasi, dengan cara melawan hukum dan dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara
Atau penjabaran unsur korupsi yang dilakukan oleh Andi Hamzah yang menyatakan bahwa bagian inti bestanddelen pasal 2 ayat 1 adalah
120
: melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Pada pendapat Adami Chawazi dan Andi Hamzah kita hanya menemukan
tiga unsur korupsi sedangkan pada pertimbangan majelis hakim tulisan KPK tentang korupsi kita menemukan empat unsur sekalipun tidak sama urutannya.
Perbedaan tersebut pada unsur ”setiap orang” yang tidak dicantumkan oleh Adami dan Andi Hamzah.
Majelis hakim memberikan pertimbangan terhadap terpenuhi atau tidak unsur ”setiap orang” sebanyak 2 halaman h. 210-211, terhadap pertimbangan
unsur :”melawan hukum” sebanyak 10 halaman h. 211-220, terhadap pertimbangan unsur ”memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi”
sebanyak 5 halaman h.220-224, terhadap pertimbangan unsur ”dapat merugikan keuangan negara” sebanyak 6 halaman h.224-229. Sedangkan sebanyak 6
lembar h. 230-235 majelis hakim gunakan untuk memberikan pertimbangan kepada dakwaan subsidair, lebih subsidair dan dakwaan lebib subsidair lagi.
a. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”setiap orang” ;
Penulis sepakat dengan pertimbangan Hakim yang menekankan pembedaan makna antara ”setiap orang” dengan ”pelaku” dalam tindak pidana.
Indonesia yang
melakukan pemisahan
terhadap ”perbuatan”
dengan
120
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi –Melalui Hukum Pidana Nasional Dan Internasional
- Jakarta, Grafindo Persada, 2005 Cet ke-2, h. 122-123
”pertanggungjawaban” memberikan implikasi bahwa orang yang melakukan perbuatan pidana belum tentu mempunyai pertanggungjawaban pidana. Ini terlihat
dalam pertimbangan hakim seperti berikut : Menimbang bahwa Prof. Subekti SH mendefinisikan bahwa subyek hukum
adalah pembawa hak atau subyek dalam hukum, sedangkan Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH mendefinisikan subyek hukum dadalah segala sesuatu yang
dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum ; h. 210 alinea ke-3 Menimbang bahwa menurut majelis hakim dalam memberikan pengertian
tentang setiap orang tidak bisa dikaitkan dengan uraian kesalahan para terdakwa, karena sesuai asas hukum pidana, masalah kesalahan adalah masalah
pertanggungjawaban pidana bukan perbuatan pidana karena di Indonesia menganut ajaran yang dualistis yang memisahkan antara perbuatan pidana dan
pertanggungjawaban pidananya ; h. 211 alinea ke-1
Hal tersebut diatas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Moeljatno yaitu orang tidak mungkin dipertanggungjawabakan atau dijatuhi pidana kalau dia tidak
melakukan perbuatan pidana. Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak selalu ia dapat dipidana.
121
Menurut Moeljatno Hal ini akan lebih mudah dimengerti jika kita membedakan istilah perbuatan pidana dengan kesalahan.
Seperti yang berkembang dalam hukum pidana Inggris mengenai ”criminal act” dengan ”criminal liabilty”.
122
Diakhir pertimbangannya hakim menyatakan bahwa unsur setiap orang dalam kasus terpenuhi dengan bersandar bahwa para terdakwa merupakan objek
hukum yang memenuhi syarat ”manusia, laki-laki sebagai pendukung hak dan kewajiban”.
Menimbang bahwa dari fakta hukum yang diperoleh di persidangan bahwa para terdakwa yaitu : E.C.W. NELOE, I WAYAN PUGEG dan M SHOLEH
TASRIPAN, SE., MM, yang dihadapkan dipersidangan adalah termasuk pengertian setiap orang karena termasuk orang perorangan yaitu manusia, laki-
laki sebagai pendukung hak dan kewajiaban. ; h. 212 alinea ke-2
121
Moeljatno, Asas-Asas Hukum h.. 155
122
Poernomo, Asas-Asas Hukum h. 129-130.
Menimbang bahwa dengan perimbangan seperti terurai di atas, maka unsur setiap orang telah terpenuhi ;
Penulis sepakat dengan majelis hakim yang menyatakan bahwa terdakwa memenuhi unsur tindak pidana yang pertama yaitu unsur setiap orang.
b. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”secara melawan hukum” ;