Pengambilan secara diam-diam Barang yang diambil berupa harta

nazara mencuri pandang. 100 Erat hubungannya dengan pengertian tersebut adalah pengertian dari ulama fiqh, antara lain, Abdul Qadir Al-Audah, yang mengatakan bahwa pencurian adalah tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi. 101 Yang dimaksud dengan mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi adalah mengambilnya tanpa sepengetahuan dan kerelaan pemiliknya. Korupsi menurut Undang-undang terkandung juga unsur secara diam-diam didalamnya. Menurut Muhammad Abu Syahbah seperti yang dikutip oleh Ahmad Wardi Muslich, pencurian didefinisikan sebagai. : 7 ﺏ 8ﻥ :ﺏ ; 4 = ﻡ : 1 ?1 0 7 ;3A ?0 +3 ی +1 B -ﻡ C -ﻡ Pencurian menurut syara’ adalah pengambilan oleh seorang mukallaf yang baligh dan berakal terhadap harta milik orang lain dengan diam-diam, apabila barang tersebut mencapai nishab batas minimal, dari tempat simpanannya, tanpa ada syubhat didalam barang yang diambil tersebut. 102 Dari definisi diatas dapat kita simpulkan ada empat macam unsur-unsur pencurian, yaitu sebagai berikut 103 :

1. Pengambilan secara diam-diam

100 Muhammad Amin Suma, A. Malik Fajar, dkk, Pidana Islam Di Indonesia –Peluang, Prospek Dan Tantangan -, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2001 cet ke-1, h. 111 101 Abdul Qadir Audah, ‘At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy, Juz I, Beirut, Al-Qahiroh Dar Al Kitab, 1977, cet ke-2 h. 519 atau Lihat: Suma, Pidana Islam Di Indonesia, h. 112 102 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam –Fikih Jinayah- Jakarta, Media Grafika, 2006 Cet ke-2 h.82 103 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia h. 114-122 Hal ini terjadi ketika sang pemilik barang tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut dan ia tidak merelakannya. Contohnya adalah mengambil barang milik seseorang dirumahnya pada malam hari ketika waktu tidur. Untuk terjadinya pengambilan yang diperlukan tiga syarat, yaitu : pertama pencuri mengeluarkan barang yang dicuri dari tempat simpanannya, kedua, barang yang dicuri dikeluarkan dari kekuasaan pemiliknya, ketiga, barang yang dicuri dimasukkan kedalam kekuasaan pencuri Ketiga syarat tindakan pencurian tersebut diatas kalau tidak sempurna maka bukan atau tidak dapat digolongkan kepada tindak pidana pencurian had. Sebagai contoh orang yang baru mengumpulkan barang dirumah orang lain pada malam hari –belum keluar- maka tidak dapat digolongkan sebagai perbuatan yang terkena hak pencurian karena perbuatan tersbut belum selesai. Kemudian unsur sembunyi-sembunyi menjadi penting karena kalau tidak terpenuhi maka akan masuk kedalam hukuman perampokan.

2. Barang yang diambil berupa harta

Salah satu unsur yang penting untuk dikenakannya hukuman potong tangan adalah bahwa barang yang dicuri itu harus barang yang bernilai mal harta. Apabila barang yang dicuri itu bukan mal seperti hamba sahaya, atau anak kecil yang belum tamyiz maka pencuri tidak dikenai hukuman had. 104 Menurut Mustafa Ahmad Zarqa seperti dikutip oleh Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA.,MM., dalam bukunya Pidana Islam Di Indonesia, Peluang Prospek Dan Tantangan Menyebutkan bahwa harta adalah sesuatu yang dicendrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan pada waktu dibutuhkan. Hal ini yang disepakati oleh Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad Bin Hambal. Oleh karena itu menurut 104 Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, h.83 mereka pencurian terhadap anak kecil tidak termasuk kepada hukuman had melainkan hukuman ta’zir, sedangkan Imam Malik dan Zahiriah menyebutkan bahwa pencurian anak atau penculikan dapat di golongkan kepada hukuman had karena penculikan anak kecil tidak kalah berbahaya dibandingkan dengan pencurian harta biasa. 105 Unsur kedua ini baru dianggap sempurna jika terpenuhi empat syarat, yaitu : pertama Harta yang dicuri berupa benda bergerak, kedua benda yang diambil merupakan benda yang memiliki nilai ekonomis. Ketiga benda yang diambil berada ditempat penyimpanan yang layak bagi jenis harta tersebut. Keempat harta yang diambil mencapai satu nishab mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa kadar nishab pencurian yang diancam dengan hukuman had adalah sebanyak seperempat dinar emas. Atau sama dengan 1,11 gram emas, dengan asumsi bahwa satu dinar emas sama dengan 4,45 gram. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah bahwa Rasulullah bersabda: 8 ی Dﺏ E ی DF ”Tangan pencuri tidak dipotong kecuali dalam pencurian seperempat dinar ke atas ” 106 Namun ada yang mengatakan bahwa setiap pencurian berapapun dasarnya tetap dihukum had. Ini berdasarkan kepada hadis Nabi yaitu : Gی DF 2 Eی Gی DF 2 H Eی E I - ”Allah mengutuk pencuri, yang mencuri telur tetap harus dipotong tangannya dan yang mencuri tali juga harus dipotong tangannya ”. 107 105 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia h. 116. 106 Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam h.85 107 Ibid, h.85 Kemudian ada pula hadis nabi yang menyatakan bahwa nisha pencurian jatuh pada sepuluh dirham atau satu dinar emas. Hadis diriwayatkan oleh Abu Dawud. JK 1 ی 2 -Lﻡ M ی ﺱ I I 3ﺱ DF O 3ﺏ1 G P ”Rasulullah saw. Memotong tangan seorang laki-laki dalam pencurian tameng perisai perang yang harganya satu dinar atau sepuluh dirham ”. 108

3. Harta tersebut milik orang lain