Pengertian melawan hukum itu sendiri harus dipandang dari segi formil dan meteril formele en materiele wederrechtlijkkheid yaitu perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan hukum tertulis termasuk yang didalamnya perbuatan- perbuatan yang dilakukan tanpa hak dan perbuatan-perbuatan tercela yang tidak
patut menurut norma kehidupan masyarakat.
84
Perumusan demikian dipengaruhi oleh Arrest Hoge Raad negeri belanda tahun 1919 yang menyatakan: ”perbuatan melanggar hukum adalah bukan hanya
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang wet, melainkan juga perbuatan yang dipandang dari sudut pergaulan masyarakat adalah tidak patut.
Dengan adanya Arrest Hoge Raad tersebut menyebabkan timbulnya dua pandangan melawan hukum formal yang dianut oleh Simons dan pandangan
melawan melawan hukum materiil yang dianut oleh Vos.
85
Unsur melawan hukum mempunyai makna yang sangat luas yakni: perbuatan atau kelalaian seseorang yang oleh karenanya melanggar hak orang lain
atau bertentangan dengan kewajiban sendiri menurut hukum atau dengan norma- norma adat kesopanan yang lazim atau bertentangan dengan keharusan pergaulan
hidup untuk bertindak prihatin terhadap orang lain atau barang cq haknya.
86
3. Unsur Memperkaya Diri Sendiri Atau Orang Lain
Secara harfiah, memperkaya berarti menjadikan bertambah kaya. sedangkan kaya artinya mempunyai banyak harta uang.
87
Dengan demikian
84
Ibid., h. 90
85
R. Achmad S. Soemadipraja, Hukum Pidana Dalam Yurisprudensi, Bandung, Armico, 1990 h. 67-69
86
Yenti Garnasih, Marwan Effendi, dkk, Benang Kusut Peradilan Korupsi Perbankan, Catatan Hasil Eksaminasi Putusan Neloe Dkk
.. Jakarta, KRHN, 2006, cet ke-1, h. 51
87
Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung, MZS, 1997, h. 240 atau lihat Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1976
pengertian memperkaya dapat diartikan menjadikan orang yang belum kaya menjadi kaya atau menjadikan orang yangsudah kaya menjadi bertambah kaya.
istilah memperkaya suatu unsur bestandeel delik dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang sebenarnya berasal dari UU No. 24 Prp Tahun 1960. Kata yang sama
mengenai istilah ”memperkaya” ditemukan pula dalam peraturan penguasa pusat No. Prt. 013 Tahun 1958 tentang Pengusutan. Penuntutan, dan Pemeriksanaan
Korupsi Pidana atau Pemilikan Harta Benda. Hal tersebut tercantum dalam bab IV, pasal 12 ayat 2 butir c tentang Harta Benda yang Dapat Disita dan Dirampas,
yakni : ”harta benda seseorang ayng kekayaannya setelah diselidiki dianggap tidak seimbang dengan pengahasilan atau mata pencahariaanya”.
88
Sedangkan menurut pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 yang dimaksud dengan unsur ”memperkaya” hanya sebatas dengan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
89
Dengan demikian pengertian istilah ”memperkaya” antara harfiah dan yang ada dalam undang-undang dapat
dikatakan hampir sama. Keduanya menunjukkan adanya perubahan kekayaan atau adanya pertambahan kekayaan seseorang atau suatu korporasi yang diukur dengan
penghasilan yang telah diperoleh atau sumber penambahan kekayaan lainnya.
4. Unsur Dapat merugikan keuangan negara
88
Garnasih, Benang Kusut Peradilan, h. 51
89
Istilah tersebut ada korelasinya apabila dihubungkan dengan pasal 37 ayat 4 UU No. 31 Tahun 1999 yang apabila terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang tidak
seimbang dengan penghasilan atau sumber penambahan kekayaannya, maka keterangan tersebut dapat memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana
korupsi. Garnasih, Benang Kusut Peradilan, h. 51
Menurut penjelasan umum UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud keuangan negara adalah seluruh kekayaan
negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang
timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat kembaga negara baik ditingkat pusat maupun di daerah atau berada dalam
penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban BUMNBUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara atau perusahaan
yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara. Sedangkan yang dimaksud dengan perekonomian negara adalah kehidupan
perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan atau usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada
kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
bertujuan memberikan
manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 UU No. 31 Tahun 1999 mengenai unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian dijelaskan kata ”dapat”
sebelum frase merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menunjukkan tindak pidana korupsi yang telah dirumuskan bukan dengan
timbulkan akibat. Unsur ini dapat diartikan bahwa perbuatan korupsi telah terpenuhiterbukti apabila perbuatannya cukup berpotensi merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara selain unsur melawan hukum dan memperkaya juga terpenuhi.
5 . Unsur penyalahgunaan wewenang. kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan
Unsur ini menunjukkan bahwa subjek hukum yang tercantum dalam pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang PTPK disyaratkan harus memiliki kapasitas
sebagai orang yang memiliki jabatan atau kedudukan dalam suatu organisasilembaga baik jabatan dalam pemerintahan maupun nonpemerintah
seperti pengurus yayasan, koperasi, atau badan hukum perusahaan yang mengandung penyertaan modal atau fasilitas
90
dari keuangan negara. Kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya adalah
kewenangan, kesempatan, atau saran yang diperoleh karena jabatan atau kedudukannya. Seorang yang bukan pegawai negeri dapat saja menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan sebagai pelaksana pekerjaan yang menggunakan danafasilitas dari
negara. Oleh karena pelaksanaan pekerjaan itu dia mempunyai kedudukan dan tanggungjawab atas penggunaan uang negara tersebut putusan No. 892
KPid1983. Kata wewenang berarti mempunyai hak dan kekuasaan untuk melakukan
sesuatu.
91
Seseorang dengan jabatan atau kedudukan tertentu akan memiliki kewenangan tertentu pula. Dengan kewenangannya tersebut, ia akan memiliki
kekuasaan atau peluang untuk melakukan sesuatu, ini yang kemudian dinamakan dengan ”kesempatan”.
92
Seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan biasanya akan mendapat sarana tertentu pula dalam rangka menjalankan
90
Fasilitas adalam bentuk perlakuan istimewa yang diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya bunga pinjaman yang tidak wajar, harga yang tidak wajar, pemberian izin, dan
keringanan-keringanan lainnya. lihat Penjelasan Umum Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
91
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoenesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1976 h. 1010
92
Ibid., h. 810
kewajiban dan wewenangnya. Kata ”sarana”sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan.
93
B. Sariqah Pencurian