BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal UUPM dimana Pasar Modal didefinisikan sebagai
kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
1
UUPM tidak membedakan apakah kegiatan Pasar Modal tersebut dilakukan dengan Prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM,
kegiatan Pasar Modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa
saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi
saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
2
1 Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal UUPM. Pasal 1, ayat 13 2 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqih Muamalah, Jakarta : Rajawali Pers,
2003, cet. 1, h. 101
1
Bagi emiten, pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penghimpunan dana guna membantu ekspansi usaha mereka. Dengan adanya pasar
modal, para investor memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang bersedia mereka tanggung dan
tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Namun tidak bisa dipungkiri kemelut sosial, politik, dan ekonomi yang masih berlangsung secara terus-menerus
menyebabkan melemahnya kinerja perekonomian. Pasar modal yang memiliki peran sebagai indikator pendahulu leading indicator bagi perekonomian dapat juga
terkena dampaknya. Langkah awal dalam melakukan investasi adalah menentukan tujuan investasi
dan jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan. Karena adanya hubungan positif antara resiko dan tingkat kembalian suatu investasi, maka tidaklah wajar bila investor
menetapkan tujuan investasinya hanya untuk menghasilkan sebanyak mungkin kembalian tanpa mempertimbangkan resiko kerugian yang mungkin terjadi.
Namun demikian, masih dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang lain, yaitu menanamkan dana kas yang berlebihan ke dalam portofolio yang
menguntungkan. Sejalan dengan hal itu, investor harus mampu menentukan besarnya dana yang dapat diinvestasikan. Sehingga seorang investor memerlukan pemahaman
yang baik dalam hal analisis sekuritas, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal adalah analisis penentuan harga saham aset keuangan sebuah perusahaan publik yang didasarkan atas relasi penawaran permintaan terhadap
saham aset keuangan perusahaan publik yang bersangkutan di bursa. Pendekatan analisis teknikal ini merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau
catatan pasar yang telah dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individu maupun gabungan serta faktor lainnya.
Peningkatan harga saham satu perusahaan akan menggambarkan bahwa nilai perusahaan semakin meningkat, baik ditinjau dari sudut internal perusahaan maupun
pihak-pihak luar perusahaan. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan di mata
masyarakat. Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata masyarakat juga baik dan sebaliknya jika harga saham perusahaan rendah, nilai
perusahaan di masyarakat menjadi kurang baik. Analisis fundamental adalah analisis penentuan harga saham aset keuangan
yang didasarkan pada kesehatan keuangan sebuah perusahaan emiten. Kesehatan keuangan tersebut ditandai oleh kemampuan perusahaan publik yang bersangkutan
untuk menghasilkan laba atau membayarkan pendapatan dividen kepada investor. Analisis fundamental ini berkaitan dengan analisis nilai perusahaan value of the firm
atau nilai instristik intrinsic value dari saham perusahaan publik.
3
Pendekatan fundamental merupakan salah satu cara yang biasa digunakan dalam menilai perusahaan. Pendekatan fundamental, terutama memperhatikan faktor-
3
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek Bisnis, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, h. 374-375
faktor yang pada umumnya berada diluar pasar modal yang akan mempengaruhi harga saham di masa mendatang.
Sementara itu, dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematik dan dan risiko tidak sistematik. Risiko sistematik merupakan risiko
yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs, valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham
dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko tidak sistematik merupaka risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam
satu perusahaan atau industry tertentu. Fluktuasi risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industry tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara
satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar.
Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain.
4
Kemudian untuk seleksi portofolio pertama kali diperkenalkan dan dipublikasikan oleh Prof. Harry M. Markowitz pada bulan Maret tahun 1952 melalui
Journal of Finance, 7, no. 1 dengan judul
“Portofolio Selection”. Pendekatan Markowitz diawali dengan asumsi bahwa investor mempunyai sejumlah uang untuk
di investasikan. Uang ini akan diinvestasikan dalam periode tertentu yang disebut
4
Abdul Halim, Analis Investasi, Jakarta : Salemba Empat, 2003, h. 25
periode investasi. Pada akhir periode investasi, investor akan menjual sekuritas yang dibelinya pada awal periode dan kemudian membelanjakan hasil penjualannya untuk
keperluan konsumsi atau menginvestasikan kembali dengan membeli sejumlah sekuritas atau keduanya. Oleh karena itu, pendekatan Markowitz dapat dipandang
sebagai pendekatan periode tunggal, dengan awal periode pada saat t=0 dan akhir periode pada saat t=1. Saat t=0 investor harus membuat keputusan sekuritas mana
yang akan dibeli dan disimpan hingga t=1. Karena portofolio adalah kumpulan sekuritas, keputusan ini setara dengan menyeleksi suatu portofolio optimal dari
sekumpulan sekuritas yang ditawarkan atau yang tersedia. Hal ini yang membuat pendekatan pendekatan Markowitz disebut sebagai
model seleksi portofolio. Markowitz menyadari bahwa selain menginginkan kembalian yang tinggi, investor juga menginginkan kepastian dalam memperoleh
kembalian tersebut. Ini berarti investor ingin meminimumkan resiko dari kembalian. Teori Portofolio Modern Modern Portfolio Theory menjelaskan mengenai
hubungan antara risiko portofolio, tingkat pengembalian investasi return dan korelasi antar saham pembentuk portofolio efisien. Namun pada kenyataannya
kombinasi sekuritas yang efisien sulit dilakukan mengingat begitu banyaknya pilihan komposisi portofolio dapat dibentuk. Kinerja portofolio dipengaruhi oleh seberapa
besar kontribusi dari masing-masing unit saham terhadap akumulasi risiko dan pengembalian return portofolio. Kontribusi masing-masing unit saham tersebut
dipengaruhi oleh koefisien korelasi antar unit saham. Dengan meningkatnya jumlah
kombinasi saham yang berkorelasi negatif atau rendah maka risiko pasar portofolio akan semakin berkurang.
5
Dalam mengevaluasi kinerja portofolio saham, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga
risiko yang dihadapi. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan juga standar yang relevan.
6
Untuk hal tersebut terdapat pengukuran kinerja saham yang bersifat risk- adjusted,
yang memiliki pengertian bahwa pengukuran kinerja saham tidak hanya diperhatikan dari besarnya return saham, tetapi juga harus dilihat dari besarnya risiko
yang harus ditanggung. Pada perkembangannya muncul metode pengukuran kinerja saham yang dikembangkan oleh Sharpe 1964, Treynor 1965, dan Jensen 1966.
Konsep pengukuran yang dikembangkan ini didasarkan pada gabungan antara return dan risiko, yang kemudian disebut dengan risk-adjusted performance.
Kemudian dalam rangka mencapai keseragaman dan sebagai pedoman bagi para pemain di pasar modal syariah, Bapepam-LK mengeluarkan peraturan No. II.K.I
mengenai kriteria dan penerbitan Daftar Efek Syariah DES yang kemudian ditindak lanjuti dengan keluarnya surat Keputusan Bapepam dan LK No. Kep-325BL2007
tentang Daftar Efek Syariah DES pada tanggal 12 September 2007. Dan terakhir di
5 IPB, “Analisis pembentukan portofolio efisien menggunakan teknik pengelompokan beta saham
2005”, artikel
diakses pada
tanggal 15
Maret 2011
dari http:elibrary.mb.ipb.ac.idgdl.php?mod=browseop=readid=mbipb-12312421421421412-
andimuhamm-442 6 William F. Sharpe, Investasi, Penerjemah Henry Njooliangtik dan Agustiono, Jakarta : Prenhallindo,
1997, h. 15
tahun 2010 pada tanggal 29 November 2010 Bapepam dan LK mengeluarkan Keputusan No. Kep-523BL2010 yang berisi tentang ter-update atas Daftar Efek
Syariah DES. Pada Daftar Efek Syariah DES terbaru yang dikeluarkan oleh Bapepam dan
LK pada tanggal 29 November 2010 tersebut, terdiri dari 11 Surat Berharga Syariah Negara, 31 SukukObligasi Syariah, 49 Kontrak Investasi Kolektif KIK Reksa Dana
Syariah, dan 221 saham dengan 209 saham dari 8 jenis sub-bagian berdasarkan jenis industrinya ditambah dua sub bagian yang berisi saham-saham perusahaan publik
yang tidak tercatat Listing di Bursa Efek 3 saham dan saham-saham dari perusahaan yang telah dikeluarkan delisting dari bursa efek 9 saham.
7
Karya akhir ini akan mengimplementasikan dan menganalisis salah satu metode diversifikasi yang dikenalkan Harry M. Markowitz. Metode ini membantu
investor dalam memilih aset investasi dan menghitung porsi masing-masing aset tersebut secara ilmiah untuk membentuk suatu portofolio yang optimum.
Karya akhir ini diharapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi saham yang terdaftar pada Daftar Efek Syariah DES, terutama
dalam proses pembentukkan portofolio investasi. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penelitian ini berjudul
Penggunaan Teori Portofolio Modern Modern Portofolio Theory Dalam
Pembentukkan Return Portofolio Saham Syariah.
7 Keputusan Ketua Bapepam LK No. Kep-523BL2010 tentang Daftar Efek Syariah
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH