Hal di atas juga banyak mengakibatkan perbauran kebudayaan dari tiap-tiap etnis yang terdapat di kelurahan tersebut, contohnya dalam hal bahasa, setiap etnis
memiliki bahasa masing-masing, namun tidak jarang dalam hal berkomunikasi mereka saling bertukar bahasa, atau mengikuti bahasa dari yang bukan etnisnya
sendiri, namun sering juga mereka kurang dapat saling mengerti, sehingga dipilihlah untuk menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, namun jika mereka
dalam etnis yang sama, maka bahasa asli etnis tersebutlah yang kerap digunakan dalam berkomunikasi, seperti contoh, ketika masyarakat Batak Toba melaksanakan
kegiatan kebaktian agama Kristen di gereja sukunya HKBP mereka kerap menggunakan bahasa Batak sebagai bahasa pengantar selama kebaktian
berlangsung.
2.2.3 Sistem Kekrabatan
Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan genealogi dan berdasarkan wilayah pemukiman teritorial.
32
Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan genealogi terlihat dari silsilah
marga mulai dari
Si Raja Batak , dimana semua suku bangsa Batak memiliki
marga . Sedangkan kekerabatan berdasarkan wilayah pemukiman yang terlihat dari
terbentuknya suatu tradisi adat-istiadat di setiap wilayah. Untuk menggambarkan betapa kedua bentuk kekerabatan ini memiliki daya
rekat yang sama, ada perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. Artinya, semua orang mengakui
32
www.wikipedia.com
Universitas Sumatera Utara
bahwa hubungan garis keturunan adalah sudah pasti dekat, tetapi dalam sistem kekerabatan Batak lebih dekat lagi hubungan karena bermukim di satu wilayah.
33
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni Tungku nan Tiga atau dalam Bahasa Batak
Toba disebut Begitu juga dengan masyarakat Batak Toba yang bermukim di kota Medan,
kekerabatan mereka menjadi sangat kental, dikarenakan merasa dalam satu wilayah perantauan yang sama, dan memiliki ikatan yang erat sesama masyarakat Batak
Toba, walaupun mereka kebanyakan bukan dari garis keturunan yang sama semarga, namun kedekatan sesame masyarakat Batak Toba di kota Medan tetap
terjalin dengan sangat baik, hal ini terbukti dari setiap pelaksanaan upacara adat, maupun upacara keagamaan yang dilaksanakan masyarakat Batak Toba di kota
Medan, dimana saat upacara berlangsung maka masyarakat Batak Toba yang ada di wilayah tersebut akan turut berpartisipasi dan menghadiri acara tersebut.
Dalihan na Tolu , yakni Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru.
•
Hula-hula adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak semua sub-
suku Batak. Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula Somba marhula-hula.
•
Dongan Tubu disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang
pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat
33
www.wikipedia.com
Universitas Sumatera Utara
hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada
semua orang Batak berbudaya Batak dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
•
Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga keluarga lain. Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas
atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun terutama dalam setiap upacara adat. Namun walaupun burfungsi sebagai pelayan bukan
berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifak kontekstual. Sesuai konteksnya, semua
masyarakat Batak Toba pasti pernah menjadi Hula-hula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara
kontekstual. Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku raja. Raja dalam tata kekerabatan Batak Toba bukan berarti orang yang berkuasa,
tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak Toba. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni
Hulahula, Raia ni Dongan Tubu dan Raja ni Boru. Falsafah tersebut masih berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat Batak Toba yang tinggal di kota Medan.
34
32
sumber Kompas 24403, Salomo Simanungkalit
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Mata Pencaharian