mengadakan pertunjukan di beberapa tempat tersebut, maka tidak jarang dari beberapa penonton yang tertarik dengan garantung buatan Junihar tersebut dan ingin
memlikinya, hal tersebutlah yang menjadikan garantung buatan Junihar bisa sampai ke beberapa provinsi di Indonesia dan bahkan ke luar negeri. Seperti dipaparkan
oleh Hardoni Sitohang, ketika beliau membawa beberapa anak-anak dari Samosir untuk mengadakan pertunjukan musik tradisional Batak Toba di Melbourne
Australia, semua instrumen musik yang digunakan adalah buatan Junihar, dan seusai pertunjukan pihak KBRI
51
di Australia meminta agar salah satu garantung yang dibawa tersebut untuk tetap tinggal di sana
52
Dari hal-hal demikian tidak jarang juga ada beberapa orang yang mengetahui keberadaan garantung tersebut akhirnya memesan garantung dari Junihar.
Demikianlah prosesnya hingga garantung buatan Junihar pun telah tersebar di banyak daerah di Indonesia bahkan ke luar negeri.
. Begitu juga hal nya dengan Junihar sendiri, ketika beliau diundang untuk
mengadakan pertunjukan maupun untuk pelatihan musik tradisional Batak Toba di beberapa daerah seperti di Jakarta, Jambi, Makasar dan Pekan Baru, banyak warga
Batak setempat yang ingin memiliki garantung tersebut, dan akhirnya Junihar pun memberikan garantung buatannya itu.
53
51
Kedutaan Besar Republik Indonesia
52
Wawancara dengan Hardoni Sitohang tanggal 24 april 2010
53
Wawancara tanggal 29 april 2010
2.8.3 Tanggapan Masyarakat Mengenai Garantung Buatan Junihar Sitohang
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat yang dimaksud penulis di sini adalah beberapa seniman musik tradisional Batak Toba dan beberapa seniman maupun instansi yang adalah sebagai
pemilik dan pengguna garantung buatan Junihar Sitohang. Juga tanggapan dari beberapa masyarakat Batak Toba kota Medan yang pernah melihat, mengetahui
bahkan memiliki garantung buatan Junihar tersebut. Beberapa di antaranya adalah: Winarto Kartupat, seorang seniman teater, musik perkusi, rupa terkenal
dengan lukisan pasir, yang adalah salah seorang pegawai Taman Budaya Sumatera Utara dan juga salah seorang personil dari kelompok Musik Incidental Sumatera
Etnik, mengatakan bahwa beliau sangat menyetujui dan menyukai modifikasi garantung buatan Junihar tersebut, “budaya harus tetap bergerak dinamis, agar tidak
mengalami kepunahan, jika garantung tetap seperti garantung yang dahulu tetap lima bilah mungkin tidak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan
musik saat ini, dan hal tersebut dapat berimbas kepunahan bagi kebudayaan tersebut, begitu juga dengan garantung.” Demikan tanggapan beliau mengenai keberadaan
garantung buatan Junihar. Begitu juga halnya mengenai bentuk garantung buatan Junihar tersebut, Winarto mengatakan, bahwa modifikasi garantung buatan Junihar
tersebut, merupakan terobosan baru yang sangat disetujui oleh beliau, “intinya saya menyetujui setiap modifikasi atau perubahan yang diberi kepada instrumen musik
tersebut, asal tetap tidak meninggalkan fungsinya, karena dengan demikianlah musik tradisional itu dapat bertahan di tengah pengaruh musik populer dan musik barat saat
ini, dan pastinya terhindar dari kepunahan” demikian pemaparan Winarto Kartupat.
54
54
Wawancara dengan Winarto Kartupat Tanggal 9 mei 2010
Universitas Sumatera Utara
Maratahan Situmorang seorang pemusik tradisional Batak Toba di kota Medan yang pernah bergabung dengan kelompok kesenian gubernur-an cindai
mengatakan, beliau cukup terbantu dalam bermain musik tradisional Batak Toba dengan menggunakan garantung buatan Junihar Sitohang ini. “banyak lagu jadi bias
dimainkan” begitulah pemaparan singkat Martahan Situmorang mengenai pendapatnya tentang garantung buatan Junihar Sitohang ini.
55
55
Wawancara dengan Martaha Sitohang tanggal 21 Mei 2010
Universitas Sumatera Utara
BAB III EKSISTENSI DAN FUNGSI GARANTUNG
3.1 Eksistensi Garantung pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan
Batak adalah salah satu suku di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatra Utara. Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan Islam.
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang didiami oleh-oleh beberapa sub suku, antara lain, Suku Alas, Suku Karo, Suku Toba, Suku Pak-pak, Suku
Simalungun, Suku Angkola dan Suku Mandailing. Suku Batak Toba bermukim di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir,
Kabupaten Humbang, dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Pada umumnya masyarakat Batak Toba yang bermukim di Kota Medan,
masih tetap berpegang teguh pada falsafah hidup mereka. Misalnya pada sistem kekerabatan mereka yang menganut sistem dalihan na tolu, tungku yang tiga
yakni, Somba Marhula-hula hormat pada pihak pemberi istriibu, Elek Marboru ramahsayang kepada pihak keluarga saudara perempuan, Manat Mardongan Tubu
sopan dengan pihak yang se-marga. Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini tetap menjadi landasan kehidupan sosial dan
bermasyarakat di lingkungan masyarakat Batak Toba, khususnya yang bermukim di kota Medan. Dan juga dalam melakukan kegiatan yang memiliki unsur-unsur tradisi
atau adat istiadat dalam setiap fase-fase kehidupan mereka, masyarakat Batak Toba masih mempergunakan adat istiadatnya dalam mempertahankan identitasnya, salah
Universitas Sumatera Utara