Mata Pencaharian Agama dan Kepercayaan

2.2.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Batak Toab di kota Medan sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Banyak warga Batak Toba yang bekerja sebagai pedagang, PNS pegawai negeri sipil, guru, pegawai swasta, seniman dan lain-lain. Dar hasil wawancara denagn bapak Junihar Sitohang, bahwa beliau sebenarnya selain sebagai seorang seniman juga sebagai seorang pedagang, dikarenakan beliau seing menjual instrumen-instrumen musik tradisional Batak Toba buatan beliau di kota medan, bahkan sampai keluar negeri. 35 Diakui oleh beliau, penghasilan menjadi seorang pemusik di kota Medan tidaklah mencukupi jika dibanding dengan kebutuhan hidup saat ini, sehingga dengan dibantu penjualan instrumen musik yang dilakukannya sedikit mampu meringankan beban ekonomi keluarganya. 36 Sebelum suku Batak Toba menganut agama

2.2.5 Agama dan Kepercayaan

Kristen Protestan , mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. 35 Lihat BAB II halaman 60 36 Wawancara tanggal 15 jumi 2010 Universitas Sumatera Utara Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu: • Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap menjemput tondi dari sombaon yang menawannya. • Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. • Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak Toba belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka. Maka terdapatlah beberapa aliran kepercayaan yang terdapat pada masyarakat Batak Toba, antara lain: Parmalim, Parhudamdam, Parbaringin dan Siraja Bata, yang merupakan aliran kepercayaan agama suku yang masih menolak masuknya agama Kristen ke tanah Batak. 37 37 Skripsi sarjana Martogi Sitohang “Sulim Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks Gondang Hasapi” halaman 30 Disamping aliran kepercayaan agama suku tersebut di atas, terdapat juga dua agama besar yang berpengaruh dan dianut oleh masyarakat Batak khususnya Batak Toba, berikut ini adalah proses masuknya kedua agama tersebut ke tanah Batak. Universitas Sumatera Utara Masuknya agama islam ke tanah Batak adalah sebagai berikut, Dalam kunjungannya pada tahun 1292, Marco Polo melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang liar yang musyrik dan tidak pernah terpengaruh oleh agama- agama dari luar. Meskipun Ibn Battuta , mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan perkawinan dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak. Pada masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola. Namun penyerangan Paderi atas wilayah Toba, tidak dapat mengislamkan masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Protestan . Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo, Pakpak, dan Dairi. 38 Jadi dapat disimpulkan pengaruh islam tidak begitu besar bagi masyarakat Batak Toba, karena agama ini hanya berpengaruh kuat di daerah Madailing, Karo, Pak-pak dan Dairi. Sedangkan masuknya agama Kristen Protestan di tanah Batak terjadi sekitar tahun 1824, ketika itu dua misionaris Baptist asal Inggris , Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman tersebut. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak Toba. Pada tahun 1834, 38 www.silabanbrotherhood.com Universitas Sumatera Utara kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk misi luar negeri. Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner Van Der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka. Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen . Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak. 39 39 www.samosirinfo.com Masyarakat Batak Toba dan Karo menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Masyarakat Batak yang terdapat di kota Medan berasal dari daerah-daerah dan latar belakang suku yang berbeda pula, seperti Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing dan Pak-pak. Kedatangan mereka juga dibarengi dengan membawa latar belakang agama dan kepercayaan masing-masing, sehingga di kota Medan saat ini terdapat juga beberapa tempat ibadah yang mencirikan kesukuan, seperti Huria Kristen Batak Protestan HKBP adalah merupakan gereja suku Batak Toba yang banyak terdapat di kota Medan, begitu juga di kecamatan Helvetia Medan. Dan juga Universitas Sumatera Utara untuk suku-suku lainnya, seperti Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS, Gereja Batak Karo Protestan GBKP, dan lain-lain. Bagi masyarakat Batak Toba, agama Kristen memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan mereka, terlihat dari beberapa upacara adat yang banyak melibatkan acara atau ritual keagamaan dalam setiap pelaksanaannya, seperti pemberkatan pernikahan yang dilakukan di gereja sebelum melaksanakan upacara adatnya, tidak hanya itu, dalam pelaksanaan upacara adat pernikahan mangadati tersebut, agama Kristen Protestan memiliki peranan penting, dimana saat akan melakukan makan bersama, maka terlebih dahulu dibacakan doa makan secara Kristen, jika pihak yang mengadakan acara adalah penganut agama Kristen. Juga dalam bidang seni musik, banyak lagu-lagu Kristen Batak yang juga memiliki pengaruh bagi musik tradisional Batak Toba, dimana banyak terdapat repertoar lagu Kristen yang sering dimainkan dengan menggunakan ansambel musik tradisional Batak Toba, bahkan juga mempengaruhi bentuk dari instrumen musik Batak Toba, seperti garantung yang menjadi sebelas bilah yang sebelumnya adalah 5 bilah dan 8 bilah, dan repertoar lagu rohani Kristen adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut. 40

2.2.6 Sistem Kesenian