Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
belajar yang baik karena ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat bisa bertahan lama dan mudah diingat.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan menerapkan metode inkuiri-discovery learning siswa dikelompokkan dalam
beberapa kelompok kecil. Dengan kata lain, proses pembelajaran menggunakan
metode inkuiri-discovery learning sangat mengoptimalkan partisipasi siswa, sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar yang diperoleh
pun akan meningkat.
Pada tahap awal guru memberikan pengenalan awal materi dengan memberikan gambaran yang mengilustrasikan dengan mengambil contoh dari
kehidupan nyata agar siswa lebih tertarik untuk mempelajarinya, kemudian menugaskan siswanya untuk menyusun pertanyaan dari hasil ilustrasi tersebut. Hal
ini bisa menjadi pemacu atau pancingan agar siswa berfikir mandiri, tidak hanya disuapi oleh guru. Sementara pada kelas kontrol yang menggunakan metode
ceramah dan latihan pada pelaksanaan pembelajarannya, hanya dilakukan pembukaan biasa tanpa ada langkah menyusun pertanyaan dari pembukaan materi
yang diberikan guru sehingga kurang melatih siswa untuk berfikir lebih kritis. Pada tahap ini pula siswa pada kelas kontrol hanya berperan sebagai pendengar, kegiatan
belajar didominasi oleh guru. Langkah kedua dari pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen adalah guru
menugaskan untuk menyusun sejumlah pertanyaan dari materi yang di ilustrasikan untuk selanjutnya dijadikan sebagai hipotesis atau dugaan awal. Langkah ini
melatih siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu masalah. Guru bisa membantu melalui pertanyaan atau berupa teka-teki yang mengarah kepada jawaban sementara
hipotesis. Hal tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dalam berfikir. Ini sesuai pula dengan tujuan metode inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan
berfikir para siswa yang terdiri dari serentetan keterampilan-keterampilan yang
memerlukan latihan dan pembiasaan.
2
Sedangkan untuk kelas kontrol dilanjutkan pemberian materi tanpa menyusun pertanyaan ataupun hipotesis sehingga siswa
hanya menunggu atau malah kebingungan untuk melakukan tindakan apalagi yang harus dilakukan setelah diberikan materi oleh guru. Guru hanya memberikan
pertanyaan yang selanjutnya akan dipecahkan langsung ketika pelaksanaan eksperimen. Dan hipotesis tersusun saat eksperimen berlangsung.
Setelah tersusun hipotesis guru menugaskan mencari data yang mendukung dari hipotesis. Untuk kelas eksperimen mencari data yang mendukung hipotesis
mereka. Adapun sumber data bisa didapatkan melalui berbagai media, baik itu cetak maupun media masa. Misalnya siswa mencari data dari buku, internet, koran,
artikel dan media lainnya. Sedangkan untuk kelas kontrol pencarian data dilakukan tanpa memiliki hipotesis
sebelumnya, mereka mengumpulkan data yang diperkirakan dapat membantu dan memecahkan masalah yang nantinya akan diselesaikan dalam kegiatan eksperimen.
Sama halnya dengan siswa pada kelas eksperimen, kelas kontrol juga dapat mencari data yang mendukung dari sumber yang sama.
Kemudian guru menugaskan siswa menyiapkan perlengkapan untuk melakukan percobaan guna memproses data dan memecahkan masalah. Dari
langkah inilah metode inkuiri-discovery learning lebih terarah dan membimbing secara langsung anak didik menjadi mandiri dalam menemukan masalah dan
memecahkannya. Karena telah memiliki hipotesis sebelumnya, kelas eksperimen akan lebih fokus melaksanakan eksperimen.
Untuk kelas kontrol dilakukan hal yang sama namun tanpa memiliki hipotesis. Hipotesis pada kelas kontrol dibuat ketika sedang melakukan percobaan sehingga
kurang efektif dan mengakibatkan kurang fokusnya siswa dalam melakukan eksperimen yang seharusnya menjadi jalan untuk memecahkan hipotesis. Disini
kelas kontrol melakukan kegiatan ganda, bereksperimen dan berhipotesis. Hal tersebut membebani siswa sehingga harus lebih berkerja keras dan kemungkinan
2
Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan Melalui Metode Inkuiri, 2011 hal. 4
tidak efisiennya penggunaan waktu dapat terjadi. Akibatnya mereka tertinggal satu langkah untuk menyelesaikan eksperimen dan mendapatkan hasilnya.
Percobaan yang dilakukan siswa di atas akan menjadi data atau bukti dan mengenai materi yang bersangkutan yang akan di verifikasi oleh masing-masing
kelas. Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dengan argumen-argumen yang rasional. Langkah akhir dari kedua kelas adalah penarikan
kesimpulan. Melalui langkah penyampaian kesimpulan dari masing-masing kelompok ini, siswa bisa mengungkapkan pendapat masing-masing yang sekiranya
mendukung hasil penelitian atau percobaan mereka atau bisa dikatakan disini siswa bertukar fikiran dan berbagi informasi. Dari langkah akhir ini guru dapat menuntun
siswa agar mengetahui mana data yang relevan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan metode inkuiri-discovery learning lebih menegedapankan kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan memecahkannya melalui
pengalamn sendiri serta menjadikan guru sebagai pembimbing semata, tidak menjadikan guru sebagai pusat pemecahan masalah. Hal ini menjadikan metode
inkuiri-discovery learning lebih efektif dan menghasilkan siswa yang mandiri, kritis dan kreatif dibandingkan metode ceramah dan latihan drill yang lebih menjadikan
guru sebagai pemeran utama sehingga menjadikan siswa bersikap pasif dan kurang kreatif.
Oleh karena itu hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri-discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah dan latihan drill.
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN