Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

24

2.1.5. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

Banyak dampak yang ditimbulkan dari kepuasan kerja, ada yang berdampak positif dan negatif. Hal-hal yang menjadi akibat dari ketidakpuasan kerja, yaitu : 1. Ketidakhadiran Karyawan absentisme Pekerja yang tidak puas atau tidak bahagia cenderung tidak hadir ditempat kerja dibandingkan dengan pekerja yang merasa puas atau bahagia. Mengingat ketidakhadiran karyawan merugikan bagi organisasi, maka masuk akal bila kecenderungan ketidakhadiran karyawan dikurangi dengan cara meningkatkan kepuasan kerja. Robbins 2009, mengatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan tingkat kehadiran karyawan, hanya saja hubungan tersebut relatif sedang. Hal ini karena banyak factor lain diluar kepuasan kerja yang juga mempengaruhi kehadiran di kantor. 2. Tingkat keluar masuknya pegawai turn over Robbins 2009 mengatakan kepuasan kerja memiliki korelasi relatif sedang dengan turn over karyawan. Sedangkan Porter Steers 1979 dalam Munandar 2004 berkesimpulan bahwa berhenti atau keluar dari pekerjaan berhubungan dengan kepuasan kerja. Meskipun demikian turn over juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kondisi pasaran kerja, adanya harapan kesempatan di luar lebih baik, dan lamanya masa kerja di perusahaan. 3. Kemangkiran Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh banyak ahli serta pengalaman banyak organisasi terlihat bahwa korelasi kuat antara kepuasan kerja dan tingkat 25 kemangkiran. Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaliknya karyawan yang rendah tingkat kepuasan kerjanya akan cenderung tinggi tingkat kemangkirannya. Hal tersebut berarti bahwa seorang karyawan yang puas akan hadir di tempat kerja kecuali ada alasan yang benar-benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya karyawan yang merasa tidak atau kurang puas, akan menggunakan berbagai alasan untuk tidak masuk kerja. Dengan demikian salah satu cara paling efektif untuk mengurangi tingkat kemangkiran karyawan adalah meningkatkan kepuasan kerjanya. 4. Kesehatan tubuh menurun Ada beberapa bukti tentang adanya hubungan antara kepusan kerja dengan kesehatan fisik dan mental. Dari satu kajian longitudinal diimpulkan bahwa ukuran-ukuran dari kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi longevity atau panjang umur. Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan, hubungan kausal masih tidak jelas. Diduga bahwa kepuasan kerja menunjang tingkat dari fungsi fisik dan mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan. Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan diri yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibat yang negatif juga pada yang lain. 26 5. Keinginan pindah Salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah kerja adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Penyebabnya berbagai macam penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi, baik dengan atasan, maupun dengan rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan berbagai factor lainnya. Berarti terdapat korelasi antara tingkat kepuasan dengan kuat atau lemahnya keinginan pindah pekerjaan. Sebaliknya, yang dikemukakan oleh Temaluru dalam Sjabadhyni, 2001 kepuasan kerja yang tinggi sangat mempengaruhi kondisi kerja yang positif dan dinamis, sehingga mampu memberikan keuntungan yang nyata. Tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga keuntungan bagi karyawan itu sendiri. Salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan kerja adalah dengan menciptakan lingkungan kerja perusahaan atau iklim organisasi yang menguntungkan. Menurut Davis dan Newstrom 1995, adanya iklim yang baik akan mempengaruhi produktivitas pegawai, kinerja, dan kepuasan kerja. 2.2. Iklim Organisasi 2.2.1. Pengertian Iklim Organisasi