5.3 Pengaruh Dukungan Suami, Ibuibu Mertua terhadap Pemberian ASI
Eksklusif
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa kebanyakan ibu di Kecamatan Woyla Barat mendapatkan dukungan yang kurang dalam pemberian ASI eksklusif
yaitu sebanyak 75,3. Dukungan keluarga merupakan hal yang sangat diharapkan oleh ibu menyusui terutama oleh sang suami. Menurut Friedman 1998 dalam
Setiadi 2008 dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung
bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan bahwa dukungan suamiorangtuamertua berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian ASI eksklusif p=0,002. Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga terutama suami sangat dibutuhkan oleh ibu dalam rangka memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Semakin baik dukungan yang diberikan semakin baik pula pemberian ASI eksklusif, demikian juga sebaliknya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratno 2011 bahwa ada hubungan dukungan suami terhadap pemberian ASI
eksklusif. Demikian pula halnya dengan hasil penelitian Mery Ramadani 2010 yang menunjukkan hasil bahwa dukungan suami memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, dimana ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang 2 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan suami
Universitas Sumatera Utara
Apabila dilihat dari pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan dukungan, dukungan suami yang tertinggi diberikan kepada ibu menyusui adalah membantu
aktivitas ibu saat ibu menyusui dan yang terendah adalah menanyakan keluhan yang ibu rasakan selama menyusui. Hal ini sudah bagus tapi disayangkan, karena
seharusnya suami memberi perhatian yang besar terhadap keluhan yang dialami istrinya ketika menyusui. Perhatian yang diberikan bukan hanya dalam bentuk
menyediakan kebutuhan bagi ibu, tetapi juga menanyakan keadaan psikologis ibu, membantu pekerjaan ibu, dan memuji si ibu atas perannya sebagai seorang istri dan
ibu dari bayi yang disusuinya. Dalam pemberian ASI eksklusif, dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh
seorang ibu terutama dari suami, orang tuamertua. Menurut Harymawan 2007, dukungan sosial dari suami antara lain, suami memperhatikan kesehatan istrinya,
membantu kegiatan istrinya, dan mengharapkan kesehatan anaknya sedangkan dukungan orangtuamertua terhadap ibu yang menyusui dapat berupa tempat bertanya
bagi ibu, berbagi cerita, meminta pengalaman, dan mencontoh dalam berbagai hal. Suami merupakan orang terdekat bagi istri selain orangtua dan mertua.
Seorang istri tentunya akan bangga karena bisa merawat bayi dengan baik. Secara psikologis ibu menyusui sangat butuh perhatian dari suaminya, bahkan merupakan
sebuah kebahagian bagi sang istri bila suami juga membantu menyukseskan program ASI eksklusif.
Menyusui adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali karena kompleksitasnya masalah yang di alami ibu zaman sekarang yang sangat berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan masa dahulu. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu,
pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan terutama suami. Peran suami sama pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah adalah menciptakan situasi
makanan yang baik untuk ibu, suami dapat mengambil peran penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu bayi tahu ayahnya
menjadi jembatan baginya dalam memperoleh makanan. Peran suami yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam hal mengganti popok,
memberikan dukungan kepada ibu pada saat menyusui dengan memijatnya dan lain- lain. Jika ibu menyusui, suami harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50
keberhasilan menyusui terutama dalam pemberian ASI eksklusif ditentukan dukungan suami.
Mengingat pentingnya dukungan ibuibu mertua terutama suami maka seharusnya seorang suami mempersipkan diri menghadapi kelahiran si buah hati.
Sebelum kehamilan atau pada saat istri sedang hamil, suami dapat membaca literatur yang berkaitan dengan proses kehamilan, perawatan dan pengasuhan bayi, termasuk
juga literatur tentang pemberian ASI. Suami perlu meningkat berbagai kemampuan yang dimilikinya berkaitan dengan perawatan bayi. Pada akhirnya dukungan sang
suami dalam bentuk dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis merupakan bentuk dukungan paling berarti bagi ibu. Ibu pun akan merasa bahwa bukan dirinya
saja yang bertanggung jawab dalam proses menyusui, melainkan seluruh keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menemukan keadaan yang berbanding terbalik dengan panduan yang telah diuraikan di atas.
Mayoritas responden menyatakan bahwa suamiibuibu mertua kurang mendukung pemberian ASI eksklusif. Umumnya suami masih berpendapat bahwa pengasuhan
bayi dan anak serta rumah tangga adalah mutlak urusan perempuan. Dari hasil penelitian, responden menyatakan memang suami mau membantu aktivitas ibu
sewaktu ibu menyusui namun bentuk bantuannya hanya berupa tugas – tugas ringan saja. Suami justru merasa malu bila melakukan tugas perempuan dan takut dianggap
sebagai laki-laki yang lemah. Menurut responden suami hanya mau melaksanakan atau membantu tugas ringan saja dan tidak memberi kesan kepada orang lain bahwa
suami sedang mengerjakan tugas istri. Fakta lain yang dijumpai adalah suami tidak akan mau membantu istri bila di
rumah sedang ada mertua atau ibu. Suami akan marah atau malu dan merasa rendah bila mencebok anak, menyuap anak makan, membersihkan rumah, menyuci dan
sebagainya. Oleh karena masih berlakunya fenomena tersebut dan penghasilan suami umumnya masih rendah maka kadang-kadang keinginan istri untuk mencari
pembantu rumah tangga yang dapat membantu tugasnya selama menyusui tidak tercapai sehingga setelah masa nifas ibu terpaksa turun tangan sendiri mengurus
rumah tangga sehingga proses penyusuan terganggu. Selama masa nifas, istri masih dibantu oleh ibu atau ibu mertua yang
biasanya tinggal bersama-sama dari kelahiran sampai masa nifas. Setelah masa nifas inilah biasanya sang ibu akan kerepotan mengurus semua urusan rumah tangga,
Universitas Sumatera Utara
apalagi bila telah mempunyai anak lebih dari satu orang. Biasanya ibu akan kelelahan sehingga tidak mampu menyusui secara maksimal dan akibatnya bayi yang menangis
bukannya di susui akan tetapi di berikan makanan dan minuman yang lain selain ASI. Menurut ibu, pemberian makanan dan minuman selain ASI akan memberi
efek kenyang yang lebih lama sehingga ibu dapat melakukan tugas rumah tangga dengan baik tanpa harus sering menyusui. Bayi yang di berikan makanan dan
minuman selain ASI menjadi cepat besar dan gemuk. Hal lain yang mendorong ibu melakukan hal ini adalah ibu tidak tahu bahwa bayi yang di berikan hanya ASI saja
akan lebih cepat penyerapan di pencernaan sehingga cepat merasa lapar lagi. Bayi rewel memberi kesan bahwa pemberian hanya ASI saja tidak cukup sehingga perlu
diberikan makan yang lain. Hal ini terjadi karena di samping pengetahuan ibu yang umumnya masih
kurang, faktor kurangnya dukungan dari orang terdekat juga membuat ibu melakukan hal ini sebagai jalan pintas. Peneliti menemukan beberapa responden yang
mengetahui tentang ASI eksklusif dan ingin menerapkan kepada bayinya namun terkendala dengan pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri sehingga
membuat ibu merasa kelelahan dan tidak sempat menyusui setiap bayi menginginkannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Friedman 2008, bahwa efek-efek penyangga dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif dari stres dan
efek-efek utama dukungan sosial secara langsung memengaruhi akibat-akibat dari kesehatan juga ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utamanya dari
Universitas Sumatera Utara
dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti
berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.
Berdasarkan hal ini petugas kesehatan harus menyadarkan masyarakat bahwa menyusui bukan hanya tanggung jawab perempuan tetapi juga tanggung jawab laki-
laki sebagai sang suami. Dengan demikian sasaran penyuluhan kesehatan pun bukan hanya kaum perempuan tetapi juga pihak suami, dengan harapan pemahaman suami
akan semakin baik tentang pentingnya ASI eksklusif dan akan semakin mendukung istrinya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
5.4 Pengaruh Informasi terhadap Pemberian ASI Eksklusif