BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat 32 orang 33 memberikan ASI eksklusif dan 64 responden 65 tidak memberikan
ASI eksklusif. Bila dilihat dari karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah umur
≤ 30 tahun sebanyak 18 orang 56,25 . Responden berdasarkan pendidikan terbanyak adalah SMP 10 orang 31,25 , berdasarkan
pekerjaan yang paling banyak adalah ibu rumah tangga IRT mencapai 22 orang 68,78 , berdasarkan pendapatan keluarga mayoritas berpenghasilan
≥ UMP ≥ Rp. 1.400.000 28 orang 87,5 dan penghasilan UMP Rp. 1.400.000
sebanyak 4 orang 12,5 1.400.000, berdasarkan jumlah anak terdapat 12 responden yang mempunyai 3 orang anak, dari umur kehamilan anak yang sekarang
di dapatkan data bahwa seluruh responden mengalami masa kehamilan aterm yaitu 36-40 minggu dan menurut tempat lahir yang paling banyak melahirkan dengan
bantuan bidan sebanyak 21 respoden 65,63 . Dari hasil wawancara dari responden didapatkan pernyataan dari responden
bahwa dengan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga lebih memudahkan mereka untuk memberikan ASI eksklusif karena ketersediaan waktu yang cukup
untuk bersama dengan bayi mereka. Walaupun umur responden ada yang masih muda namun adanya informasi yang baik terutama dari bidan yang menolong persalinan
sangat membantu untuk mendukung responden memberikan ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun umumnya penghasilan keluarga di atas upah minimum provinsi UMP namun responden tidak mau memberikan susu formula kepada bayinya karena
mereka telah mengetahui bahwa ASI adalah yang terbaik untuk bayi. Dari segi paritas, jumlah anak yang lebih dari satu memang kadang merepotkan ibu namun para
responden ini mampu memberikan ASI eksklusif disamping karena adanya pengalaman juga adanya bantuan dari orang terdekat terutama suami sangat
membantu ibu terutama pada saat memberikan ASI eksklusif. Bagi responden dengan anak pertama justru merupakan pengalaman baru dalam hal menyusui dan responden
ini tidak mau mengambil resiko yang dapat terjadi pada bayi mereka jika tidak diberikan ASI eksklusif di samping mereka juga ingin memberikan yang terbaik
kepada bayi pertamanya. Kondisi kehamilan ibu yang sehat dan semuanya tidak melahirkan bayi
prematur sehingga tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pemberian obat- obatan tentu mendukung keinginan si ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Masih
banyak kejadian bayi yang diberikan susu pada saat berada di rumah sakit bahkan tanpa sepengetahuan si ibu dan keluarga. Hal-hal seperti inilah yang dapat
menghambat pemberian ASI eksklusif namun keadaan ini tidak di alami oleh 32 responden yang memberikan ASI eksklusif ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden yang memberikan ASI eksklusif terdapat 14 responden diantaranya mendapat dukungan dari suamiibuibu
mertua, 13 responden diantaranya terpapar informasi yang baik tentang ASI eksklusif, 21 responden diantaranya mempunyai kewenangan mengambil keputusan
Universitas Sumatera Utara
yang baik, 28 responden diantaranya memiliki situasi yang baik untuk bertindak, 26 responden diantaranya memiliki pengetahuan yang baik, 28 responden diantaranya
memiliki sikap yang positif, 25 responden diantaranya mempunyai panutan dan 20 responden diantaranya memiliki budaya yang mendukung untuk memberikan ASI
eksklusif. Dari data di atas terlihat bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif
adalah para ibu yang terutama memiliki situasi yang baik untuk bertindak dan sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian didapatkan
situasi yang baik untuk bertindak yang dimiliki oleh para responden ini yang paling tinngi adalah responden menyatakan bahwa produksi ASI lancar dan bayi selalu
menyusu sampai puas dan ibu tidak pernah mengalami gangguan psikologis selama menyusui. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi bayi dan ibu untuk dapat
melaksanakan ASI eksklusif karena di samping produksi ASI harus mencukupi kebutuhan si bayi, kondisi psikologis ibu juga harus diperhatikan. Bagi ibu yang
mengalami gangguan psikologis tidak di anjurkan untuk menyusui bayinya karena dikhawatirkan akan melakukan tindak kekerasan terhadap bayinya. Bila dilihat dari
sikap para responden ini ternyata 28 responden memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Sikap para responden ini yang paling menonjol adalah
mereka menyatakan sikap tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian susu formula pada bayi sebelum berusia 6 bulan karena mereka telah mengetahui
bahwa tidak ada yang lebih baik untuk bayi mereka selain hanya ASI saja.
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari faktor yang lain maka dari 32 responden yang memberikan ASI eksklusif ini memiliki tingkat pengetahuan yang baik serta mempunyai panutan
dalam hal pemberian ASI eksklusif. Adapun pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang tertinggi yang di dapatkan dari hasil penelitian adalah responden
mengetahui bahwa bayi yang mengalami diare harus tetap diberikan ASI. Sementara untuk panutan umumnya responden menjadikan ibu kandung, petugas kesehatan,
anggota keluarga lain dan teman sebagai panutan dalam hal pemberian ASI esklusif, namun yang terbanyak adalah teman dan petugas kesehatan.
Dari segi kewenangan dan budaya juga memegang peranan penting bagi ibu- ibu yang memberikan ASI eksklusif ini. Dari 32 responden yang memberikan ASI
eksklusif, 21 diantaranya memiliki kewenangan yang baik dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini kewenangan yang baik adalah si ibu mampu memutuskan
sendiri untuk memberikan atau tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Namun yang diharapkan tentunya si ibu mampu mempunyai kewenangan untuk
memutuskan sendiri secara mandiri untuk memberikan ASI eksklusif. Disamping itu budaya yang mendukung dalam lingkungan si ibu juga memberi kontribusi yang
besar bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif seperti bayi berusia 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja tanpa makananminuman yang lain, tidak ada perberlakuan
pantangan makananminuman terhadap ibu setelah melahirkan dan kebiasaan lain yang merugikan secara kesehatan dan menghambat pemberian ASI eksklusif. Dari
hasil penelitian didapatkan bentuk budaya yang paling banyak berlaku dalam lingkungan responden adalah pemberian ASI dihentikan bila bayi sakit terutama
Universitas Sumatera Utara
diare. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena sebenarnya fungsi rehidrasi bagi tubuh bayi yang mengalami diare dapat dilakukan dengan pemberian ASI eksklusif.
Responden yang memiliki dukungan suamiibuibu mertua dan informasi yang baik tentang ASI eksklusif mambuat responden mampu memberikan ASI eksklusif
kepada bayi mereka. Bentuk dukungan yang tertinggi yang diberikan oleh suami adalah membantu aktivitas ibu saat ibu menyusui bayi dan membelikan makanan atau
menyediakan biaya untuk membeli makanan terutama yang dapat meningkatkan produksi ASI. Sementara bentuk dukungan tertinggi yang diberikan oleh ibu dan ibu
mertua responden adalah tidak pernah memberikan pisang atau makanan lain kepada bayi setelah lahir sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif oleh 32 responden ini
ternyata ada 13 responden yang pernah mendapat informasi yang baik tentang ASI eksklusif. Adapun Informasi yang paling banyak diketahui oleh 13 responden ini
adalah responden pernah mendengar bahwa untuk bayi 0-6 bulan cukup diberi hanya ASI saja.
Dari semua pembahasan diatas dapat diketahui bahwa hal yang paling utama yang mampu membuat 32 responden tersebut memberikan ASI eksklusif adalah
adanya situasi yang baik untuk bertindak dan adanya sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif dan di dukung juga dengan faktor-faktor lain yaitu :
dukungan suamiibuibu mertua, keterpaparan informasi, kewenangan mengambil keputusan, pengetahuan, budaya dan panutan yang tentunya saling berkaitan dalam
membentuk prilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pemberian ASI tidak Eksklusif