Pemerintah menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 enam bulan dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya
Mengingat hal tersebut, selayaknya kepada ibu diberikan kesempatan seluas- lasnya untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya tanpa intervensi dari pihak
mertua atau orangtua yang dapat menghalangi tercapainya program ASI eksklusif. Oleh karena itu, ibu menyusui harus berani mengambil keputusan untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya supaya bayinya lebih sehat.
5.6 Situasi untuk Bertindak
Hasil penelitian di Kecamatan Woyla Barat menunjukkan bahwa 78,4 dari 97 orang ibu mempunyai situasi yang baik untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya, sedangkan hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa situasi untuk bertindak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian ASI eksklusif p=0,125. Situasi untuk bertindak merupakan keadaan yang terjadi pada seorang
individu untuk melakukan suatu tindakanaksi. Situasi yang mendukung akan membuat tujuan mudah dicapai. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dari
kelompok ibu yang memiliki situasi yang baik , 63,2 diantaranya tidak memberikan ASI secara eksklusif. Ini mengindikasikan bahwa siatuasi untuk bertindak yang
dimiliki ibu tidak mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Situasi mendukung yang dimaksudkan disini adalah kondisi ibu dan juga
kondisi bayi baik secara fisik, dan psikologis yang tidak menghalangi ibu untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Situasi yang terjadi ini tentunya sangat menentukan juga suksesnya pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa masih banyak ibu menyusui yang tidak dapat memanfaatkan situasi yang mendukung untuk pemberian ASI eksklusif.
Hal ini dapat terjadi karena suksesnya pemberian ASI eksklusif tidak hanya didukung oleh situasi, namun masih banyak faktor lain seperti dukungan keluarga. Artinya
walaupun situasi sangat mendukung, bila tidak mendapat dukungan dari keluarga terutama suamiorangtuamertua tetap saja ASI eksklusif tidak diberikan.
Namun demikian, dengan banyaknya ibu yang mempunyai situasi yang baik, masalah situasi bukanlah menjadi penghalang bagi si ibu untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Oleh karena itu situasi yang baik ini seharusnya dapat dimanfaatkan juga dengan baik demi tercapainya pemberian ASI secara eksklusif.
5.7 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau kepandaian dari manusia dan segala sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang untuk
mengenal dan mengetahui berbagai hal. Hasil analisis univariat diperoleh bahwa kebanyakan ibu menyusui di Kecamatan Woyla Barat memiliki pengetahuan yang
kurang yaitu 54,6 dari 97 orang ibu yang diteliti. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi yang diterima masih kurang, atau kurangnya minat ibu untuk meningkatkan
pengetahuannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang ASI eksklusif berdampak pada perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI
eksklusif p0,001. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengetahuan seseorang tentang kesehatan, maka akan semakin tinggi keinginan untuk hidup sehat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulianda 2010 bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang ASI merupakan faktor resiko pemberian ASI eksklusif. Semakin baik
pengetahuan tentang ASI eksklusif maka ibu-ibu akan semakin sadar tentang betapa pentingnya pemberian ASI eksklusif serta manfaatnya bagi ibu dan bayi, demikian
pula sebaliknya. Senada dengan hasil penelitian diatas, penelitian terdahulu juga menyebutkan
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, dalam penelitiannya Rohani 2005 menjelaskan bahwa akan terjadi peningkatan pemberian
ASI eksklusif jika disertai dengan peningkatan pengetahuan. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian Nurhuda dan Mahmudah 2010 yang menyebutkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang ASI tidak ada pengaruhnya dengan praktek pemberian ASI ekslusif.
Bila dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, kebanyakan ibu menyusui tidak mengetahui bahwa bayi yang diare tetap harus diberikan ASI. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu menyusui tidak mengetahui bahwa dengan tetap memberikan ASI saat bayi diare akan menghindari terjadinya dehidrasi pada bayi
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Ada anggapan dari ibu menyusui bahwa bila bayi diare tetap diberi ASI maka diarenya tidak akan berhenti dan akan memperparah kondisi bayi.
Pengetahuan merupakan awal dari perubahan perilaku. Artinya jika ingin mengubah perilaku ibu menyusui, maka mulailah dari meningkatkan pengetahuan ibu
hamil terlebih dahulu. Peningkatan pengetahuan ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi seluas-luasnya kepada ibu menyusui akan pentingnya
pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini dapat diperoleh secara formal maupun informal. Bila
dikaitkan dengan tingkat pendidikan maka dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi
masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal
baru guna pemeliharaan kesehatannya Depkes RI 1996. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga
informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini di dasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga
perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama long lasting dan menetap karennna di dasari oleh kesadaran.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan
ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pengetahuan yang rendah
Notoatmodjo, 2003. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden yang didapatkan sebagian
besar berlatar belakang pendidikan SD dan SMP. Tentu kenyataan ini sejalan dengan yang telah dikemukakan di atas bahwa pendikan responden berkaitan dengan
pengetahuan dan dibuktikan dengan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif
p0,001. Di samping itu mayoritas responden adalah ibu rumah tangga yang umumnya
hanya di rumah dan sangat terbatas aksesnya untuk keluar. Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini
disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif Depkes
RI, 1999. Bila ditilik dari segi umur dan paritas maka 67 responden berada pada
rentang dewasa awal dan umumnya telah memiliki anak lebih dari satu orang. Seharusnya keadaan ini justru sangat mendukung untuk pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang
berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta membina bayi yang
dilahirkan, sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun disebut juga masa reproduksi sehat, di mana pada masa ini diharapkan ibu telah mampu untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional terutama dalam menghadapi persalinan, nifas dan merawat bayi. Semakin meningkatnya umur dan
tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih baik Hurlock, 1997.
Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas dimana produksi hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan pada usia remaja
perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap sehingga dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam produksi ASI.
Husaini 2001 mengatakan bahwa umur 35 tahun lebih, ibu melahirkan termasuk beresiko karena pada usia ini erat katannya dengan anemia gizi yang dapat
mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan. Dari segi paritas yang dapat dilihat adalah pengalaman pemberian ASI
eksklusif, menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu
untuk memberikan ASI eksklusif atau tidak. Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui hanya karena tidak tahu cara-cara
Universitas Sumatera Utara
yang sebenarnya dan bila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang kurang baik yang dialami oleh orang lain mungkin akan membuat ibu menjadi ragu untuk
menyusui. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang
pengetahuan menyusui dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain terhadap pengetahuan yang
dapat mempengaruhi perilaku saat ini atau kemudian Arini, 2012.
5.8 Pengaruh Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif