menurun drastis. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut, salah satunya adalah higienitas makanan. Setelah lebih dari 6 bulan, bayi dapat diberikan
makanan pendamping ASI MP ASI, selain pemberian ASI Yuliarti, 2010.
2.4. Pemberian ASI Eksklusif oleh Wanita Karier
Salah satu kendala tidak tercapainya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan menurut sebagian wanita adalah karena pekerjaan. Namun banyak juga ibu bekerja
yang memutuskan untuk tetap menyusui. Masalahnya pemberian ASI eksklusif merupakan satu-satunya makanan terbaik untuk bayi dan harus diberikan selama 6
bulan pertama, tetapi perusahaan biasanya hanya memberikan kebijakan cuti selama 3 bulan, bahkan ada yang kurang. Tentu saja hal tersebut masih jauh dari ketentuan
pemberian ASI eksklusif. Jika diambil 1 bulan di awal maka ibu hanya memiliki kesempatan 2 bulan untuk fokus pada bayinya Yuliarti, 2010.
Yuliarti 2010 menambahkan bahwa pada dasarnya terdapat 3 tiga aspek penting bagi ibu menyusui yang ingin tetap berkarir meliputi persiapan secara fisik,
psikologis dan sosiologis. Persiapan secara fisik bahwa seorang ibu yang bekerja dan memutuskan untuk tetap memberikan ASI tentu harus di dukung oleh kondisi fisik
yang benar-benar sehat. Secara medis, terdapat pengecualian untuk kondisi-kondisi yang memang tidak memungkinkan ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Adapun kondisi ibu yang dapat menghambat proses menyusui adalah adanya infeksi dada atau abses payudara, kanker payudara atau kanker lainnya,ibu yang sedang
menjalani proses terapi radiasi serta produksi ASI yang sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. Di samping itu juga terdapat masalah-masalah kesehatan
yang dialami oleh ibu sehingga disarankan untuk tidak menyusui yaitu ibu yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami penyakit serius; misalnya penyakit jantung atau kanker, galaktosemia, eklampsia, nefritis radang buah pinggang, TBC aktif, HIV, luka herpes pada payudara
dan kekurangan gizi parah. Persiapan psikologis juga tidak dapat diabaikan untuk keberhasilan pemberian
ASI eksklusif ini. Ada berbagai alasan yang digunakan oleh para ibu untuk menolak memberikan ASI eksklusif, misalnya takut kariernya akan terganggu dan khawatir
badannya tak bagus lagi. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah benar. Jika ditinjau dari sisi psikologis, ASI justru menciptakan hubungan keterikatan emosional antara
ibu dan anak. Persiapan sosiologis pun tidak kalah pentingnya. Agar pemberian ASI
eksklusif dapat berjalan lancar, harus ada upaya khusus dan tidak boleh malas. Ibu harus menyisihkan waktu untuk memeras ASI atau menyusui anaknya. Di rumah,
perlu adanya dukungan dari suami, orang tua, saudara, dan anak yang lebih besar dalam hal melancarkan kelangsungan pemberian ASI. Suami turut berperan dalam
mendukung atau membantu pekerjaan istri di rumah, misalnya ketika pagi hari istrinya harus menyusui, suami dapat memandikan anak pertama mereka. Selama ibu
menyusui, suami harus mengambil alih tugas-tugas domestik lainnya yuliarti, 2010.
2.5 Perilaku