dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti
berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.
Berdasarkan hal ini petugas kesehatan harus menyadarkan masyarakat bahwa menyusui bukan hanya tanggung jawab perempuan tetapi juga tanggung jawab laki-
laki sebagai sang suami. Dengan demikian sasaran penyuluhan kesehatan pun bukan hanya kaum perempuan tetapi juga pihak suami, dengan harapan pemahaman suami
akan semakin baik tentang pentingnya ASI eksklusif dan akan semakin mendukung istrinya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
5.4 Pengaruh Informasi terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Informasi adalah sumber-sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi penerimanya untuk pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi
bagi ibu menyusui sangat penting untuk mengambil keputusan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Hasil penelitian di Kecamatan Woyla Barat
menunjukkan bahwa 54,6 dari 97 orang ibu mendapatkan informasi yang kurang tentang pemberian ASI eksklusif, Sedangkan dari hasil analisis bivariat menggunakan
uji Chi-Square didapatkan bahwa informasi berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian Asi eksklusif p=0,001. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijayati 20101 di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kota
Universitas Sumatera Utara
Malang, bahwa ada hubungan yang signifikan antara informasi yang diterima dengan perilaku pemberian ASI eksklusif
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa masih banyak ibu menyusui yang belum terpapar informasi. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya minat ibu dan
kurangnya waktu untuk mengikuti penyuluhan atau mencari informasi tentang ASI eksklusif ini. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dari kelompok ibu yang
mendapatkan informasi yang baik, 27 responden 61,4 memberikan ASI secara eksklusif.Ini mengindikasikan bahwa informasi memegang peranan yang penting
dalam perubahan perilaku. Hal ini dapat dimaklumi karena semakin banyak informasi positif yang diterima tentang ASI eksklusif, maka akan semakin meningkat
pengetahuan. Dengan meningkatnya pengetahuan akan semakin mendukung seseorang untuk semakin baik perilakunya.
Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makanan yang alamiah, namun sering kali ibu-ibu kurang mendapat informasi bahkan sering kali
mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam
menyusui bayinya Utami Rusli, 2008. Kenyataan ini sesuai dengan kenyataan yang didapatkan selama penelitian
bahwa banyak responden yang mendapat informasi bayi yang berusia 0-6 bulan cukup diberi hanya ASI saja namun banyak juga yang mendengar dari iklan bahwa
susu formula lebih baik daripada ASI dan hanya sedikit responden yang pernah mendengar bahwa perawatan payudara selama hamil dan nifas penting untuk
Universitas Sumatera Utara
kelancaran ASI. Hal ini tentu mengindikasikan bahwa informasi yang di dapatkan oleh responden sangat beragam yang bersifat positif dan negatif.
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau malah lebih baik daripada ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI
kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau ketika memulangkan bayi.
Ketika baru melahirkan biasanya banyak ibu mengeluh bahwa ASI yang keluar hanya sedikit. Karena khawatir sang bayi kelaparan maka diambillah jalan
pintas dengan memberikan susu formula yang justru semakin memperburuk dan menghambat produksi ASI. Malah banyak juga ibu-ibu yang membuang ASI yang
pertama keluar kolostrum karena dianggap susu basi dan dapat mengakibatkan bayi diare. Dan bila terjadi diare maka biasanya ibu akan menghentikan pemberian ASI
karena dianggap akan memperparah diare pada bayi. Oleh karena itu peran petugas kesehatan sangat diperlukan terutama dalam konseling dan penyuluhan sebagi upaya
menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Menurut Liliweri 2007 fungsi utama dan pertama dari informasi adalah
menyampaikan pesan informasi atau menyebarkan luaskan informasi kepada orang lain. Informasi adalah pesan yang disampaikan melalui suatu proses komunikasi dari
penyampai pesan komunikator kepada penerima pesan komunikan. Menurut Notoatmodjo 2011 informasi merupakan fungsi penting untuk
membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, informasi- informasi akan pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi ibu menyusui sudah mudah
diperoleh, baik melalui media televisi maupun langsung dari petugas kesehatan. Yang terpenting saat ini adalah ibu menyusui harus menyadari terlebih dahulu bahwa
informasi tentang ASI eksklusif sangat penting bagi mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik
demi masa depan anak-anaknya kelak. Jadi dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil ibu menyusui dalam
memberikan ASI secara eksklusif juga sangat tergantung dari informasi yang diterima. Oleh karena ibu menyusui harus mendapatkan informasi yang banyak
tentang pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan informasi kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI
eksklusif dan kelebihan-kelebihan ASI dibandingkan susu formula melalui penyuluhan kesehatan baik saat hari posyandu maupun di puskesmas. Dan petugas
kesehatan juga dianjurkan untuk tidak mempromosikan susu formula pada ibu-ibu menyusui bila usia bayinya masih di bawah 6 bulan dan ASI nya lancar.
5.5 Kewenangan Mengambil Keputusan