Gambar 6. Causal loop diagram antara komponen dalam model. Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah pohon dalam tegakan
berpengaruh positif terhadap jumlah biomassa dan stok karbon dalam tegakan. Selain itu, besarnya volume kayu yang diproduksi akan berpengaruh negatif
terhadap jumlah karbon yang tersimpan dalam tegakan, atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi produksi kayu maka akan semakin banyak emisi CO
2
yang dihasilkan. Banyaknya stok karbon dan banyaknya volume kayu yang ditebang
akan menentukan besarnya penerimaan dari sektor kayu dan karbon.
5.3.1. Submodel Model Dinamika Struktur Tegakan
State variable dalam model dinamika struktur tegakan adalah jumlah pohon berdasarkan kelompok jenis kayu dan kelas diameter. Materi stock dalam
model terdiri dari jumlah pohon pada kelas diameter yang dibagi berdasarkan selang 10-19 cm, 20-29 cm, 30-39 cm, 40-49 cm, 50-59 cm, dan 60 cm up. Aliran
materi dalam model dinamika tegakan dimulai dengan ingrowth inflow yang akan menambah materi stock pada kelas diameter terkecil 10-19 cm,
sedangkan ingrowth inflow ditentukan oleh adanya informasi converter besarnya ingrowth rate . Kemudian materi stock pada kelas diameter terkecil
10-19 cm akan mengalami mortality outflow yang diakibatkan adanya kematian secara alami maupun kematian yang diakibatkan karena adanya kegiatan
penebangan efek tebang. Selain itu, materi stock pada kelas diameter terkecil
Ingrowth Jumlah Phn
+ +
Mortality -
Efek Tebang
Biomassa Stok
Karbon -
Upgrowth +
+ -
+
Jumlah PohonTebang
Volume Masak Tebang
- +
Biaya Produksi Kayu
Biaya Karbon
Benefit Kayu
Benefit Karbon
+ Penerimaan
Karbon
Penerimaan Kayu
+ +
+ +
-
+ +
+ +
Total Pendapatan +
+ -
+ +
Emisi Karbondioksida
+ -
-
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
10-19 cm akan mengalami upgrowth outflow ke kelas diameter 20-29 cm. Dimana upgrowth ditentukan dengan adanya informasi converter besarnya
upgrowth rate . Selanjutnya upgrowth outflow dari kelas diameter terkecil 10-19 cm akan menjadi aliran materi masuk inflow pada kelas diameter 20-29
cm. Proses ini terus berlanjut dengan dinamika yang sama sampai pada kelas diameter 40-49 cm, 50-59 cm dan 60 cm up. Namun pada kelas diameter 50 up
terdapat tambahan aliran materi outflow karena adanya kegiatan penebangan kayu pada kelas diameter dimaksud. Aliran materi outflow karena penebangan
pada kelas diameter 50 up dipengaruhi oleh besarnya intensitas tebangan dan siklus tebangan converter pada tegakan dimaksud. Efek tebang pada seluruh
kelas diameter hanya terjadi pada saat penebangan dilakukan siklus tebang dan sangat dipengaruhi oleh intensitas penebangan.
Model konseptual yang dibuat untuk menjelaskan struktur tegakan pada tiga kelompok jenis kayu termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
dilihat pada Gambar 7, 8, 9 dan 10.
Gambar 7. Model konseptual dinamika struktur tegakan kelompok jenis kayu Meranti
M 15 Ingrowth M
Mort M 1 M 25
Upgrowth M1 Mort M 2
M 35 Upgrowth M2
Mort M 3 M 45
Upgrowth M3 Mort M 4
M 55 Upgrowth M4
Mort M 5 M 65
Upgrowth M5 Mort M 6
Tebang M 1
Tebang M 2
Mort Rate M 1
Mort Rate M 2
Mort Rate M 3
Mort Rate M 4
Mort Rate M 5
Mort Rate M 6
Up Rate M 1
Up Rate M 2
Up Rate M 3
Up Rate M 4
Up rate M 5
Vol Teb M 1
Vol Teb M 2
Vol Teb M
M 15 M 25
M 35 M 45
M 55 M 65
N Phn Inti M N 50 up M
Vol M 15
Vol M 25
Vol M 35
Vol M 45
Vol M 55
Vol M 65
Vol Phn Inti M
Vol Msk Teb M Vol Total M
N M Ingrowth
Rate M
Siklus Tebang
Intensitas Teb
~ Efek
Teb 15 ~
Efek Teb 25
~ Efek
Teb 35 ~
Efek Teb 45
~ Efek
Teb 55 ~
Efek Teb 65
SUB MODEL DINAMIKA STRUKTUR TEGAKAN KELOMPOK KAYU MERANTI
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 8. Model konseptual dinamika struktur tegakan kelompok jenis kayu Non Meranti.
Gambar 9. Model konseptual dinamika struktur tegakan kelompok jenis kayu Non Komersil.
NM 15 NM 25
NM 35 NM 45
NM 55 NM 65
Ingrowth NM Upgrowth NM 1
Upgrowth NM 2 Upgrowth NM 3
Upgrowth NM 4 Upgrowth NM 5
Mort NM 1 Mort NM 2
Mort NM 3 Mort NM 4
Mort NM 5 Mort NM 6
Mort Rate NM 1
Mort Rate NM 2
Mort Rate NM 3
Mort Rate NM 4
Mort Rate NM 5
Mort Rate NM 6
Up Rate NM 1
Up Rate NM 2
Up Rate NM 3
Up Rate NM 4
Up Rate NM 5
Tebang NM 1
Tebang NM 2
Vol Teb NM 1
Vol Teb NM 2
Vol Teb NM
NM 15 NM 25
NM 35 NM 45
NM 55 NM 65
N Phn Inti NM N 50 up NM
N NM
Vol NM 15
Vol NM 25
Vol NM 35
Vol NM 45
Vol NM 55
Vol NM 65
Vol Phn Inti NM
Vol Masak Teb NM
Vol Total NM Ingrowth
Rate NM ~
Efek Teb 15
~ Efek
Teb 25 ~
Efek Teb 35
~ Efek
Teb 45 ~
Efek Teb 55
~ Efek
Teb 65
Intensitas Teb
Siklus Tebang
SUB MODEL STRUKTUR TEGAKAN KELOMPOK KAYU NON MERANTI
NK 15 Ingrowth NK
Mort NK 1 NK 25
Upgrowth NK 1 Mort NK 2
Up Rate NK 1
NK 35 Upgrowth NK 2
Mort NK 3
Up Rate NK 2
NK 45 Upgrowth NK 3
Mort NK 4
Up Rate NK 3
NK 55 Upgrowth NK 4
Up Rate NK 4
Mort NK 5 NK 65
Upgrowth NK 5 Mort NK 6
Up Rate NK 5
Mort Rate NK 1
Mort Rate NK 2
Mort Rate NK 3
~ Efek
Teb 15 ~
Efek Teb 25
Mort Rate NK 5
Mort Rate NK 6
NK 15 NK 25
NK 35 NK 45
NK 55 NK 65
N NK
Vol NK 15
Vol NK 25
Vol NK 35
Vol NK 45
Vol NK 55
Vol NK 65
Vol Total NK Ingrowth
Rate NK ~
Efek Teb 35
~ Efek
Teb 45 ~
Efek Teb 55
~ Efek
Teb 65 Mort Rate
NK 4 SUB MODEL STRUKTUR TEGAKAN KELOMPOK KAYU NON KOMERSIL
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 10. Model dinamika tegakan total. Gambar konseptualisasi model dinamika tegakan Gambar 7, 8 dan 9
menunjukkan adanya aliran materi inflow dan outflow antar kelas diameter, dari kelas diameter terkecil ke kelas diameter yang lebih besar, dan seterusnya. Hal ini
merupakan dinamika yang terjadi di dalam tegakan hutan yang mengakibatkan struktur tegakan menyerupai huruf J- terbalik. Secara umum aliran materi pada
seluruh tegakan dipengaruhi oleh ingrowth, upgrowth dan mortality, kecuali pada kelompok jenis kayu Meranti dan Non Meranti dengan diameter 50 up masak
tebang, terdapat aliran materi lain yang dapat mengurangi jumlah pohon yaitu penebangan. Kegiatan penebangan hanya dilakukan pada awal sikus tebang.
Total tebangan sangat dipengaruh oleh intensitas penebangan dan jumlah pohon masak tebang diameter 50 up. Selanjutnya total tebangan akan dikonversi ke
dalam volume m
3
menurut kelompok jenis kayu dan kelas diameter untuk memperoleh volume total tebangan maupun volume berdasarkan kelompok jenis
dan kelas diameter. Total volume hasil tebangan akan digunakan untuk melakukan analisis ekonomi pada sub model pengembalian ekonomi. Sedangkan
sub model dinamika tegakan total dibuat untuk penghubungkan berbagai peubah
M 15 M 25
M 35 M 45
M 55 M 65
BA M 15
BA M 25
BA M 35
BA M 45
BA M 55
BA M 65
BA M
NK 15 NK 25
NK 35 NK 45
NK 55 NK 65
BA NK 15
BA NK 25
BA NK 35
BA NK 45
BA NK 55
BA NK 65
BA NK
N Total N M
N NK BA Total
BA M BA NK
BA NM NM 65
NM 55 NM 45
NM 35 NM 25
NM 15 BA
NM 15 BA
NM 25 BA
NM 35 BA
NM 45 BA
NM 55 BA
NM 65
N NM BA NM
N Phn Inti Komersil
N Phn Inti M N Phn Inti NM
N 50 up N 50 up NM N 50 up M
Vol Teb Total
Vol Total Komersil
Vol Total NM Vol Total M
Vol Msk Teb Total
Vol Masak Teb NM
Vol Msk Teb M Vol Total
Phn Inti Vol Phn Inti
NM Vol Phn
Inti M
Total Tebangan
~ Ef ek
Teb 15 ~
Ef ek Teb 25
~ Ef ek
Teb 35 ~
Ef ek Teb 45
~ Ef ek
Teb 55 ~
Ef ek Teb 65
Tebang NM 1
Tebang NM 2
Tebang M 1
Tebang M 2
Vol Teb NM
Vol Teb M
SUB MODEL DINAMIKA TEGAKAN TOTAL
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
pada sub model dinamika tegakan, antara lain bidang dasar tegakan BA jumlah pohon N, tebangan total, volume total tegakan, volume tebangan, jumlah pohon
inti, volume pohon inti serta efek tebangan.
5.3.2. Submodel Dinamika Stok Karbon Dalam Tegakan