mengurangi pemanasan global. Salah satu produk penting dari hutan yang saat ini menjadi isu hangat di kalangan internasional adalah produk karbon.
Kabupaten Manokwari merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang memiliki cukup banyak areal bekas tebangan pemegang IUPHHK
maupun IPKMA. Areal bekas tebangan tersebut ditinggalkan begitu saja oleh pengelolanya karena dianggap sebagai areal tidak produktif. Pemerintah daerah
dalam hal ini Dinas Kehutanan setempat juga mengalami kendala dalam penyusunan rencana pengelolaan areal-areal bekas tebangan tersebut. Hal ini
diperparah lagi dengan tidak tersedianya data struktur dan komposisi tegakan tinggal yang memadai. Salah satu alasan mengapa kegiatan Inventarisasi Tegakan
Tinggal ITT tidak dilakukan oleh para pemegang IUPHHK maupun IPKMA adalah karena kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan
biaya, waktu dan tenaga yang sangat besar. Sebaliknya data komposisi dan struktur tegakan tinggal sangat diperlukan dalam menentukan tindakan-tindakan
pembinaan tegakan guna meningkatkan produktivitas dan kualitas tegakan pada siklus tebangan berikutnya ataupun untuk perencanaan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana seharusnya hutan bekas tebangan masyarakat adat
dikelola berdasarkan pendekatan dinamika sistem untuk pengaturan hasil hutan kayu dan karbon?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skenario pengaturan hasil hutan kayu dan karbon skala kecil pada areal bekas tebangan hutan adat di Kabupaten
Manokwari Provinsi Papua Barat.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan regulasi dan strategi pengelolaan areal bekas
tebangan hutan adat di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
1.5. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran hubungan antar variabel pengaturan hasil dalam pengelolaan hutan areal bekas tebangan dideskripsikan pada Gambar 1. Prinsip
pengelolaan kelestarian hasil pada tegakan hutan tidak seumur hutan alam adalah tercapainya suatu kondisi tertentu dari suatu tegakan melalui pengaturan
produktivitas hutan, yaitu menyeimbangkan antara pertumbuhan growth dengan hasil yield yang dipanen.
Pada setiap unit pengelolaan hutan terdapat kegiatan perencanaan, pemanenan dan pembinaan hutan. Dalam kegiatan perencanaan pengaturan hasil
penentuan preskripsi penebangan intensitas dan siklus tebangan dan penyerapan karbon hutan yang optimal berdasarkan keadaan tegakan, informasi biaya dan
manfaat dan perilaku dinamika struktur tegakan. Perilaku dinamika struktur tegakan dapat diperoleh melalui informasi pertumbuhan dari Petak Ukur
Permanen PUP.
Untuk menentukan preskripsi penebangan dan serapan karbon yang optimal dikembangkan model dinamika sistem yang terdiri dari model dinamika
struktur tegakan dan model pengembalian ekonomi. Dengan melakukan simulasi berbagai intensitas penebangan dan siklus tebang dapat ditentukan preskripsi
pengaturan hasil hutan kayu dan penyerapan karbon yang optimal baik ditinjau dari aspek kelestarian produksi, aspek sosial dan ekonomi.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 1. Kerangka pemikiran pengaturan hasil hutan kayu dan penyerapan karbon.
UNIT PENGELOLAAN HUTAN
Fungsi Ekonomi
Fungsi Ekologis,
sosial
Pemanenan Perencanaan
Pembinaan
Pengaturan Hasil
KAYU dan STOK KARBON
Model Pengembalian Ekonomi
Model Dinamika Struktur Tegakan
Data biaya dan manfaat
Inventarisasi Tegakan
Data growth yield
Petak Ukur Permanen
Simulasi Model Dinamika Sistem
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
II. TINJAUAN PUSTAKA