Berdasarkan Tabel 12 dan data pada Lampiran 6.1- 6.6 dapat disimpulkan bahwa usaha jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO
2
akan memperoleh NPV maksimal pada intensitas tebangan 0 tanpa penebangan. Namun jika
skenario tersebut hendak dilakukan bersamaan dengan skenario pemanenan kayu, maka hanya dapat dilakukan pada intensitas tebang maksimal 25 dengan asumsi
emisi yang dihasilkan dari penebangan hanya 50 dari total penebangan. Sedangkan pada tingkat emisi 75 dan 100 tidak memungkinkan untuk
melakukan skenario penebangan kayu dan pengelolaan kayu secara bersamaan.
5.5.7. Perbandingan Antara Volume Tebangan Dan Stok Karbon
Perbandingan antara volume tebangan per hektar dan stok karbon per hektar dilakukan untuk memberikan deskripsi yang jelas mengenai hubungan
antara kedua variabel tersebut. Hubungan antara jumlah volume kayu yang ditebang dengan stok karbon dalam tegakan dapat dilhat pada Gambar 18.
Gambar 18. Hubungan antara volume tebangan m
3
ha dengan perubahan stok karbon tonha dalam tegakan.
Gambar 18 di atas menunjukkan bahwa besarnya volume tebangan m
3
ha berkorelasi negatif dengan stok karbon tonha dalam tegakan. Semakin besar
volume pohon m
3
ha yang dikeluarkan dari dalam tegakan hutan maka akan semakin berkurang stok karbon di dalam hutan. Pada intensitas tebangan 0
jumlah volume kayu yang ditebang tidak ada dan stok karbon dalam tegakan sebanyak 186,76 tonha, pada skenario alternatif 1 IT=25 jumlah volume kayu
m
3
ha tonha
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
yang ditebang 16,14 m
3
ha dan stok karbon dalam tegakan sebanyak 171,29 tonha, pada skenario pengelolaan kayu berdasarkan regulasi pemerintah
IT=50 jumlah volume kayu yang ditebang sebanyak 32,28 m
3
ha dan stok karbon dalam tegakan sebanyak 157,83 tonha, pada skenario alternatif 2
IT=75 jumlah volume kayu yang ditebang 48,42 m
3
ha dan stok karbon dalam tegakan sebanyak 144,60 tonha, serta pada skenario pengelolaan kayu oleh
masyarakat IT= 100 jumlah volume kayu yang ditebang sebanyak 65,56 m
3
ha dan stok karbon sebanyak 133,11 tonha. Gambar di atas juga menunjukkan
bahwa penebangan kayu dengan intensitas 100 pada pohon-pohon berdiameter 50 cm up akan mengurangi sekitar 53,65 tonha stok karbon dalam tegakan atau ±
29 dari total stok karbon per hektar.
Gfittiths dan Jarvis 2005 mengemukakan bahwa kegiatan ekspolitasi hutan akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan karbon di dalam tegakan
hutan, sehingga diperlukan suatu keputusan yang tepat didalam menentukan besarnya intensitas tebangan dan siklus yang dibutuhkan agar tegakan tersebut
dapat kembali menyerupai tegakan awal. Lovett dan Bateman 2000 mengemukakan bahwa jumlah karbon stok dalam pohon masak tebang di dalam
tegakan yang tidak ditebang menunjukkan besarnya kemungkinan besarnya CO
2
yang dapat teremisi ke udara jika penebangan dilakukan. Sehingga stok karbon dalam tegakan merupakan indikator kemungkinan besarnya CO
2
yang dapat diemisi ke udara jika penebangan dilakukan.
Khusus untuk negara-negara yang sedang berkembang dan tidak termasuk dalam negara annex I negara penghasil emisi, hal ini tentulah menjadi suatu
problem ditengah-tengah besarnya kebutuhan dana untuk pembangunan. Disatu sisi adanya komitmen global untuk mengurangi pemanasan global tapi disisi lain
adanya desakan kebutuhan dana yang cukup besar untuk pembangunan. Oleh sebab itu beberapa komitmen-komitmen internasional dibuat untuk memberikan
kompensasi bagi negara-negara yang sedang berkembang dan memiliki potensi hutan yang cukup besar untuk menekan laju penebangan hutan, sehingga hutan
tidak sebagai penghasil emisi source tetapi sebagai penyerap sink emisi. Salah satu komitmen global yang telah disepakati adalah REDD Reduced Emission
from Deforestration and Degradation. Dari mekanisme REDD ini negara-negara
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
berkembang diharapkan memperoleh kompensasi maupun insentif dari kegiatan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan.
5.5.8. Perbandingan