Tegakan dan Struktur Tegakan

Ekosistem hutan adalah suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari berbagai interaksi komponen, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, maka analisis sistem merupakan metode khusus yang dapat diterapkan dalam ekosistem hutan. Dalam analisis sistem, sistem alam nyata ditranslasikan ke dalam model matematika kuantitatif. Berdasarkan kompleksitas dari sistem, sistem dapat dibagi dalam 2 dua atau lebih subsistem Soeryanegara, 1995.

2.2. Tegakan dan Struktur Tegakan

Buongiorno dan Gilless 1987 mendefenisikan tegakan stand sebagai luasan yang cukup kecil ditebang dalam periode waktu yang singkat, misalnya satu tahun. Tegakan dapat berupa seluruh areal hutan atau bagian dari areal hutan yang luas, dikelola dengan siklus tebang tertentu. Sedangkan menurut Suhendang 1993, dipandang dari kepentingan manajemen hutan, tegakan merupakan suatu hamparan lahan hutan secara geografis terpusat dan memiliki ciri-ciri kombinasi dari sifat vegetasi komposisi jenis, pola pertumbuhan, kualitas pertumbuhan, sifat fisik bentuk lapangan, memiliki luasan minimal tertentu sebagaimana yang disyaratkan. Struktur tegakan adalah penyebaran fisik dan temporal dari pohon-pohon dalam tegakan yang penyebarannya tersebut berdasarkan jenis, pola penyebaran vertikal atau horizontal, ukuran pohon atau pohon termasuk volume tajuk, indeks luas daun, batang, penampang lintang batang, umur pohon atau kombinasinya Oliver Larson, 1990. Struktur tegakan dapat dibedakan atas struktur tegakan vertikal, struktur tegakan horizontal dan struktur tegakan spasial. Menurut Richard 1964 struktur tegakan vertikal adalah sebaran individu pohon dalam berbagai lapisan tajuk. Sedangkan struktur tegakan horizontal didefenisikan sebagai banyaknya pohon per satuan luas pada setiap kelas diameternya Davis et al., 2001. Bentuk struktur tegakan horizontal hutan alam pada umumnya mengikuti persamaan eksponensial negatif atau bentuk huruf J-terbalik. Akan tetapi struktur tegakan hutan alam tidak selamanya mengikuti bentuk J-terbalik Davis et al., 2001. Hasil penelitian di Hutan Alam Hujan Tropis di Imataca, mendapatkan fakta bahwa struktur tegakan untuk semua jenis mengikuti bentuk J-terbalik, Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com tetapi apabila dibuat untuk setiap jenisnya maka bentuk struktur tegakannya beragam, sesuai dengan sifat toleransinya terhadap naungan. Untuk pertimbangan faktor ekonomi, struktur tegakan dapat menunjukkan potensi tegakan minimal yang harus tersedia, sedangkan untuk pertimbangan ekologis dari struktur tegakan akan diperoleh gambaran mengenai kemampuan regenerasi dari tegakan yang bersangkutan Suhendang, 1993. Prodan 1965 dalam Appanah et al., 1990 menyusun struktur tegakan dengan bentuk kurva yang menyerupai bentuk J-terbalik dengan model N=N e -kD dimana N = kerapatan pohon per satuan luas, D = diameter pohon dan N dan K = Parameter. Penelitian Suhendang 1985 pada hutan alam hujan tropis dataran rendah di Bengkunat, Lampung, menyajikan bentuk sruktur tegakan dalam model fungsi kepekaan peubah acak kontinyu, yaitu berdasarkan sebaran gamma, log normal, eksponensial negatif dan Weibull. Lebih jauh diungkapkan bahwa penggunaan model fungsi kepekatan untuk menyusun struktur untuk tegakan selain keterandalan yang cukup tinggi juga akan lebih memudahkan dalam penggunaannya. Hasil penelitian Suhendang 1995 di Provinsi Riau mendapatkan fakta bahwa model struktur tegakan N=N e -kD dapat diterima oleh semua petak percobaan, dicirikan oleh besarnya koefisien determinasi yang diperoleh R 2 berkisar antara 73 sampai 89 . Utomo 1997 dan Herwinda 1997 telah menerapkan model struktur tegakan N=N e -kD di HPH PT. Siak Raya Timber Riau. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua Petak Percobaan Permanen PPP dengan luas masing-masing 1 satu Ha. Penelitian pertama menerapkan metode tersebut untuk kelompok jenis komersil, sedang yang kedua untuk semua jenis pohon. Besarnya nilai R 2 yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah 92,04 sampai 97,8 . Model struktur tegakan N=N e -kD yang dibentuk oleh Rosmantika 1997 pada hutan alam bekas tebangan di Stagen Pulau Laut Kalimantan Selatan dengan nilai R 2 yang diperoleh sebesar 66 sampai 99,3 . Krisnawati 2001 dalam penelitiannya di Kalimantan Tengah mendapatkan model struktur tegakan N=N e -kD yang mengikuti bentuk J-terbalik dapat diterima oleh semua kelompok jenis pada setiap areal pengamatan dengan besarnya nilai R 2 yang diperoleh sebesar 87,0 sampai 98,8 untuk kelompok jenis Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Dipterocarpaceae, 98,9 sampai 99,6 untuk kelompok jenis non Dipterocarpaceae, dan 98,6 sampai 99,9 untuk kelompok jenis non komersil, sedangkan untuk semua jenis berkisar antara 98,8 sampai 99,6 . Abdullah 2003 dalam penelitiannya pada hutan alam bekas tebangan di Halmahera Tengah mendapatkan bahwa model struktur tegakan N=N e -kD mengikuti bentuk J-terbalik dengan besar nilai R 2 yang diperoleh sebesar 97 untuk semua tegakan. Suhendang 1985 mengemukakan 5 lima kegunaan struktur tegakan hutan, yaitu: 1. Penentuan kerapatan pohon pada berbagai kelas diamaeter. Struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsional antara kerapatan pohon dengan diameternya. Oleh karena itu, struktur tegakan dapat dipakai untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameter, apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui. 2. Penentuan Luas Bidang Dasar LBD tegakan. Luas Bidang Dasar LBD tegakan adalah jumlah luas penampang melintang pohon pada ketinggian setinggi dada atau di atas banir, dari semua pohon yang terdapat pada satuan luas tertentu dan diameter yang tidak kurang dari diameter tertentu. Luas bidang dasar dipakai untuk menentukan kepadatan tegakan hutan, biasanya dinyatakan untuk setiap hektar dan dengan variasi batas diameter, misalnya ≥ 10 cm, ≥ 20 cm, ≥ 40 cm, ≥ 60 cm dan seterusnya. 3. Pengamatan Dendrometrik Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok tegakan hutan, terdapat dugaan kuat adanya hubungan fungsional antara diameter dengan tinggi pohon, baik tinggi total maupun tinggi bebas cabang. Menurut Ogawa et.al 1965 seperti yang dikutip oleh UNESCO 1978, hubungan antara diameter pohon dengan tinggi ini akan mengikuti bentuk parabola atau hiperbola. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk pohon dengan diameter ≥ 60 cm, diameter dan tinggi pohon cenderung bebas satu sama lainnya. Kecenderungan ini bahkan lebih nampak jelas Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com pada jenis-jenis pohon komersil. Beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan adanya hubungan fungsional antara diameter dengan tinggi pohon dengan mengikuti bentuk persamaan T = a D b bila tinggi pohon T dan diameter D, sedangkan a dan b merupakan konstanta. 4. Penentuan volume tegakan yang tidak terkoreksi dan nilai komersil tegakan. Nilai komersil tegakan adalah nilai yang sebenarnya dapat dipasarkan. Volume komersil pohon akan lebih kecil dari volume yang tidak terkoreksi, karena adanya kerusakan selama pemanenan dan pengolahannya. Batasan jenis komersil secara tetap akan berubah, baik disebabkan karena mode, mengikuti perkembangan permintaan secara umum atau pasaran terhadap jenis baru yang melimpah ataupun melalui peningkatan pemanfaatan kayu penggergajian, pengeringan, dll. Pengetahuan nilai komersial tegakan hutan merupakan keharusan bagi perusahaan, untuk menentukan kelayakan usaha atau dalam rangka menetapkan hasil akhir yang akan dipasarkan. Langkah pertama dalam pendugaan nilai komersil tegakan adalah dengan menentukan jumlah batang yang dapat diambil dari tegakan yang diusahakan atau dengan luas bidang dasar tegakan per hektarnya. Data ini harus terperinci menurut setiap jenis komersilnya. 5. Penentuan biomassa tegakan. Biomassa tegakan merupakan jumlah biomassa pohon dari seluruh pohon yang terdapat pada satuan luas tertentu dan dengan diameter yang tidak kurang dari besar diameter tertentu. Biomassa tegakan ini akan dapat diketahui apabila besarnya biomassa setiap pohon yang terdapat dalam areal tegakan tersebut diketahui. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com

2.3. Peranan Struktur Tegakan Hutan dalam Kegiatan Perencanaan Pengusahaan Hutan