Struktur Tegakan Awal HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Struktur Tegakan Awal

Penelitian ini dilakukan pada areal bekas tebangan tahun 2002-2004 di hutan adat di Distrik Momi Waren dengan membuat petak contoh berukuran 20 m x 50 m sebanyak 50 petak. Struktur tegakan hutan pada lokasi penelitian dikaji melalui inventarisasi tegakan pada fase pertumbuhan tiang dan pohon. Selanjutnya data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kelas diameter dan kelompok jenis pohon, yang meliputi kelompok jenis Meranti, Non Meranti dan Non Komersil. Data rata-rata jumlah pohon pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata jumlah pohon pada lokasi penelitian pohonha No. Kelompok Jenis Kayu Kelas Diameter ф 10-19 ф 20-29 ф 30-39 ф 40-49 ф50-59 ф 60 up 1 Meranti 87.12 35.32 27.34 18.78 3.01 3.23 2 Rimba Campuran 152.19 59.33 24.32 19.86 5.45 2.32 3 Non Komersil 52.11 31.76 19.29 12.05 6.78 3.22 4 Seluruh Jenis 291.42 126.41 70.95 50.69 15.24 8.77 Kelompok jenis Non Meranti merupakan jenis yang paling banyak dijumpai pada lokasi penelitian dengan 25 jenis, diikuti oleh kelompok jenis Meranti 12 jenis dan kelompok jenis Non Komersil sebanyak 8 jenis. Beberapa jenis pohon yang dominan antara lain: Intsia bijuga, Palaquium amboinensis, Pometia coreaceae dan Homalium foetidum. Data kehadiran jenis-jenis pohon pada masing-masing kelompok jenis kayu dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa hutan pada lokasi penelitian didominasi oleh kelompok jenis Non Meranti 46,76, disusul jenis Meranti 31,02 dan jenis Non Komersil 22,22. Model umum struktur tegakan pada lokasi penelitian didekati dengan persamaan Meyer persamaan eksponensial negatif yang dirumuskan sebagai berikut Meyer, 1961 dalam Davis et.al.,1987: Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com N = No e -kD dimana : N = jumlah pohon pada setiap kelas No = konstanta, yang menunjukkan besarnya kerapatan tegakan pada kelas diameter terkecil e = bilangan eksponensial k = laju pengurangan jumlah pohon pada setiap kenaaikan diameter pohon D = Titik tengan kelas diameter. Bentuk struktur tegakan awal berdasarkan kelompok jenis pohon pada lokasi penelitian tebangan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Model sttruktur tegakan hutan bekas tebangan pada lokasi penelitian No. Kelompok jenis kayu Model tegakan No k R 2 1. Meranti 177,9 0,69 91,6 2. Non Meranti 330,0 0,80 97,9 3. Non Komersil 95,54 0,54 99,2 4. Seluruh Jenis 574,1 0.69 98,0 Data struktur tegakan pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa secara umum pada seluruh lokasi penelitian model struktur tegakan N = No e -kD menyerupai huruf J-terbalik yang diindikasikan dengan semakin berkurangnya jumlah pohon dengan bertambahnya kelas diameter dan hal ini berlaku untuk semua kelompok jenis pohon. Hal ini merupakan salah satu penciri dari hutan alam dataran rendah, selain jenis-jenis yang heterogen. Hal ini juga ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinasi pada masing-masing kelompok jenis kayu. Koefisien determinasi kelompok jenis kayu Meranti sebesar 91,6, kelompok jenis Non Meranti sebesar 97,9, kelompok jenis Non Komersil sebesar 99,2 dan tegakan total sebesar 98,0. Bentuk struktur tegakan awal pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Model umum struktur tegakan N = No e -kD dengan D sebagai peubah bebasnya, maka jumlah N sangat tergantung pada besarnya nilai No dan k. Semakin tinggi nilai No, maka jumlah pohon per hektar pada kelas diameter terkecil semakin banyak. Sedangkan semakin besar nilai k, maka laju pengurangan jumlah pohon antar kelas diameter akan semakin besar. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Gambar 5. Struktur tegakan berdasarkan kelompok jenis kayu. Gambar 5 di atas memperlihatkan bahwa pada seluruh lokasi penelitian, kelompok jenis kayu yang paling banyak dijumpai adalah kelompok jenis Non Meranti, disusul oleh kelompok jenis Meranti, dan kelompok jenis Non Komersil. Hal ini diduga karena pada penebangan yang dilakukan pada tahun 2002-2004 jenis-jenis yang banyak ditebang adalah kelompok jenis Meranti, sehingga kelompok jenis Non Meranti masih sangat banyak di dalam tegakan karena tidak ditebang. Dengan masih banyaknya potensi kayu pada kelompok jenis Non Meranti maka ini menjadi aset yang sangat potensial, sehingga penebangan masih dapat dilakukan pada areal tersebut tanpa menunggu waktu yang lama untuk pemulihan tegakan tinggal.

5.2. Penggunaan Asumsi Berbagai Parameter Pertumbuhan