Dinamika Stok Karbon Penggunaan Model 1. Simulasi Dinamika Tegakan Pada Berbagai Skenario Tebangan

Data pada Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa penambahan waktu siklus tebang ternyata tidak berkorelasi positif dengan penambahan nilai NPV dari pemanenan kayu, namun NPV akan meningkat dari rotasi tebang pertama hingga rotasi tebang ketiga. Data NPV di atas juga menggambarkan bahwa pada siklus tebang 20 tahun akan memberikan NPV yang paling tinggi pada berbagai rotasi tebang. Pada skenario alternatif 1 IT= 25 nilai NPV sebesar Rp.175.702ha – Rp.2.187.799ha, pada skenario penebangan berdasarkan regulasi pemerintah IT=50 nilai NPV sebesar Rp.3.543.654ha – Rp.4.511.201ha, pada skenario alternatif 2 IT=75 nilai NPV sebesar Rp.5.328.605ha – Rp.6.708.406ha, dan pada skenario penebangan oleh masyarakat IT=100 nilai NPV sebesar Rp.7.113.557ha – Rp.8.827.879ha. Hal ini membuktikan bahwa tidak selamanya dengan meningkatnya siklus tebang maka pendapat dari pemanenan kayu akan semakin meningkat Amacher et.al.. Menurut Tokede et al. 2008 ada peluang jumlah pohon dan volume kayu yang dapat ditebang pada rotasi kedua dan rotasi ketiga pada hutan alam di Papua mengalami peningkatan. Hal ini diduga disebabkan karena riap tegakan akan semakin meningkat dengan adanya pembukaan hutan pada saaat penebangan pertama. Berdasarkan hasil simulasi nilai NPV pada Tabel 10, dapat disimpulkan bahwa pada siklus tebang 20 tahun akan memberikan nilai NPV yang lebih besar pada berbagai intensitas tebangan dibandingkan dengan siklus tebang yang lain. Hal ini disebabkan karena dengan penambahan waktu siklus tebangan ternyata tidak memberikan penambahan jumlah produksi kayu yang berarti yang dapat memberikan keuntungan. Sehingga meskipun jumlah kayu yang ditebang pada siklus 25, 30 dan 35 lebih banyak namun kurang memberikan manfaat benefit yang besar karena waktu tunggu yang terlalu lama.

5.5.4. Dinamika Stok Karbon

Simulasi terhadap stok karbon dilakukan untuk mengetahui pengaruh siklus tebangan dan skenario tebangan terhadap dinamika stok karbon dalam tegakan. Hasil simulasi dinamika stok karbon pada berbagai siklus dan intensitas tebangan dapat dilihat pada Gambar 16. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Gambar 16. Dinamika stok karbon pada berbagai skenario tebangan a siklus 20 tahun, b siklus 25 tahun, c siklus 30 tahun dan d siklus 35 tahun. 11:47 AM Thu, Sep 15, 2011 Grafik dinamika Karbon tonha Page 2 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 Years 1: 1: 1: 200 400 C TOTAL[Momi Waren]: 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 11:48 AM Thu, Sep 15, 2011 Grafik dinamika Karbon tonha Page 2 0.00 12.50 25.00 37.50 50.00 Years 1: 1: 1: 200 400 C TOTAL[Momi Waren]: 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 11:50 AM Thu, Sep 15, 2011 Grafik dinamika Karbon tonha Page 2 0.00 15.00 30.00 45.00 60.00 Years 1: 1: 1: 200 400 C TOTAL[Momi Waren]: 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 11:51 AM Thu, Sep 15, 2011 Grafik dinamika Karbon tonha Page 2 0.00 17.50 35.00 52.50 70.00 Years 1: 1: 1: 200 400 C TOTAL[Momi Waren]: 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Gambar 17. Dinamika stok karbon dalam tegakan pada rotasi I, II dan III a skenario tanpa penebangan IT=0, b skenario alternatif 1 IT=25, c skenario penebangan berdasarkan regulasi pemerintah IT± 50, d skenario alternatif 2 IT=75 dan d skenario penebangan oleh masyarakat IT=100. Gambar 16 dan 17 di atas menunjukkan bahwa intensitas penebangan sangat berpengaruh terhadap dinamika stok karbon di dalam tegakan hutan intensitas tebangan berkorelasi negatif dengan stok karbon. Semakin besar intensitas tebangan maka akan semakin sedikit stok karbon di dalam tegakan. Sebaliknya, semakin meningkatnya siklus tebang akan semakin meningkatkan stok karbon di dalam tegakan. Namun jumlah stok karbon pada awal rotasi pertama seluruh siklus pada skenario alternatif 2 IT=75 dan skenario penebangan oleh masyarakat IT=100 lebih besar pada pada stok karbon pada intensitas tebangan pada awal rotasi kedua. Jumlah stok karbon pada awal rotasi kedua pada seluruh siklus dan skenario tebangan lebih besar dari pada stok karbon pada awal rotasi ketiga kecuali pada skenario penebangan oleh masyarakat a b c d e tonha tonha tonha tonha tonha Thn Thn Thn Thn Thn Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com IT=0 pada seluruh siklus tebangan dan skenario alternatif 1 IT=25 pada siklus 35 tahun. Hal ini terjadi karena dengan adanya penambahan waktu maka akan memberikan peluang bertambahnya stok karbon di dalam tegakan selama daya dukung pertumbuhan suatu tegakan belum maksimal Calle, 2007. Montagnini dan Jordan 2005 juga menegaskan bahwa stok karbon dalam tegakan akan bertambah seiring dengan bertambahnya waktu namun cenderung akan statis apabila suatu tegakan sudah mencapai pertumbuhan maksimal. Berdasarkan Gambar 16 dan 17 di atas dapat dijelaskan bahwa penambahan intensitas tebangan dari 0 menjadi 25 skenario alternatif 1 akan mengakibatkan berkurangnya stok karbon sebesar 8 dari 186,76 tonha menjadi 171,29 tonha. Penambahan intensitas tebangan menjadi 50 skenario penebangan berdasarkan regulasi pemerintah akan mengakibatkan berkurangnya stok karbon sebesar 15 dari 186,76 tonha menjadi 157,83 tonha. Penambahan intensitas tebangan menjadi 75 skenario alternatif 2 akan mengakibatkan stok karbon berkurang sebesar 23 dari 186,76 tonha menjadi 144,60 tonha, dan pada intensitas tebangan 100 skenario penebangan oleh masyarakat mengakibatkan berkurangnya jumlah stok karbon sebesar 29 dari 186,76 tonha menjadi 133,11 tonha. Hal ini juga menunjukkan bahwa kurang lebih 30 dari stok karbon dalam tegakan terdapat pada pohon dengan diameter 50 cm up. Namun pada rotasi-rotasi selanjutnya penurunan stok karbon pada berbagai intenstas tebangan cenderung meningkat karena tegakan akan lebih banyak di dominasi oleh pohon-pohon dengan diameter 50 cm up. Data selengkapnya mengenai stok karbon dalam tegakan berdasarkan siklus dan skenario tebangan dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.5.5. Dinamika Emisi CO