Dinamika Pengembalian Ekonomi Dari Pengelolaan Karbon

yang dihasilkan pada siklus 20 tahun sebesar 24,1 tonha, siklus 25 tahun sebesar 26,2 tonha, siklus 30 tahun sebesar 28,2 tonha dan pada siklus 35 tahun sebesar 30,2 tonha. Selain itu besarnya emisi yang dihasilkan dari kegiatan penebangan kayu akan semakin besar dengan semakin besarnya asumsi emisi yang dihasilkan. Menurut IPCC 2000 dan Smith et.al. 2007, emisi CO 2 yang diakibatkan dari perubahan tutupan lahan mencapai 20-25 dari total emisi gas rumah kaca global. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa dari total emisi yang diakibatkan dari perubahan lahan, 87 berasal dari areal hutan. Emisi tersebut dominan disebabkan karena kebakaran hutan gambut, konversi hutan dan penebangan kayu. Khusus untuk penebangan kayu, masih ada hal-hal yang menjadi celah perdebatan dalam menghitung besarnya emisi CO 2 yang diakibatkan. Hal ini dikarenakan kayu-kayu yang dipanen dari dalam hutan tidak semuanya mengalami pembakaran atau perlakuan yang akan mengakibatkan karbon yang tersimpan dalam kayu akan teremisi ke udara. Sehingga asumsi yang digunakan bahwa emisi yang dihasilkan dari penebangan kayu sebesar 100 sangat tergantung pada perlakuan terhadap kayu yang dipanen.

5.5.6. Dinamika Pengembalian Ekonomi Dari Pengelolaan Karbon

Simulasi pengembalian ekonomi dari jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO 2 dilakukan untuk melihat manfaat ekonomi yang diperoleh. Selain itu juga untuk melihat kemungkinan peluang untuk menjalankan usah penebangan kayu dan jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO 2 secara bersama-sama, meskipun isu tersebut pada masa sekarang ini cenderung kontradiktif. Komponen biaya yang digunakan dalam model dinamika pengembalian ekonomi dari pengelolaan karbon mengacu kepada Permenhut RI Nomor : P.36Menhut- II2009. Hasil simulasi nilai NPV dari dari jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO 2 pada berbagai intensitas dan siklus tebang serta besarnya emisi dapat dilihat pada Tabel 12. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Tabel 12. Hasil simulasi nilai NPV dari jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO 2 No. Siklus tahun Skenario Tebangan Hasil Simulasi Nilai NPV Emisi 50 Emisi 75 Emisi 100 I II III I II III I II III 1. 20 Tanpa Tebang + + + + + + + + + Alternatif 1 + + + - + + - + + Pemerintah - + + - + + - + + Alternatif 2 - + + - + + - + + Masyarakat - + + - + + - + + 2. 25 Tanpa Tebang + + + + + + + + + Alternatif 1 + + + - + + - + + Pemerintah - + + - + + - + + Alternatif 2 - + + - + + - + + Masyarakat - + + - + + - + + 3. 30 Tanpa Tebang + + + + + + + + + Alternatif 1 + + + - + + - + + Pemerintah - + + - + + - + + Alternatif 2 - + + - + + - + + Masyarakat - + + - + + - + + 4. 35 Tanpa Tebang + + + + + + + + + Alternatif 1 + + + - + + - + + Pemerintah - + + - + + - + + Alternatif 2 - + + - + + - + + Masyarakat - + + - + + - + + Tabel di atas menunjukkan bahwa pada asumsi tingkat emisi 50, pada skenario alternatif 1 IT=25 masih layak untuk dikelola untuk penyerapan CO 2 , karena masih menunjukkan nilai NPV positif +. Sedangkan pada asumsi tingkat emisi 75 dan 100, sudah tidak layak lagi dikelola untuk penyerapan CO 2 karena akan memberikan nilai NPV yang negatif -. Hal ini menunjukkan bahwa pada skenario dimaksud ternyata jumlah CO 2 terserap dalam tegakan masih lebih besar dari pada jumlah emisi yang dihasilkan dari penebangan. Sedangkan untuk skenario alternatif 2 IT=75 dan skenario penebangan oleh masyarakat IT=100 akan memberikan nilai NPV yang negatif -, atau dengan kata lain bahwa emisi dari kayu yang ditebang lebih besar dari pada emisi yang dapat diserap oleh tegakan. Data selengkapnya mengenai besarnya hasil simulasi nilai NPV dari jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO 2 dapat dilihat pada Lampiran 6.1 – 6.6. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Berdasarkan Tabel 12 dan data pada Lampiran 6.1- 6.6 dapat disimpulkan bahwa usaha jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO 2 akan memperoleh NPV maksimal pada intensitas tebangan 0 tanpa penebangan. Namun jika skenario tersebut hendak dilakukan bersamaan dengan skenario pemanenan kayu, maka hanya dapat dilakukan pada intensitas tebang maksimal 25 dengan asumsi emisi yang dihasilkan dari penebangan hanya 50 dari total penebangan. Sedangkan pada tingkat emisi 75 dan 100 tidak memungkinkan untuk melakukan skenario penebangan kayu dan pengelolaan kayu secara bersamaan.

5.5.7. Perbandingan Antara Volume Tebangan Dan Stok Karbon