5.5.9. Perbandingan Besarnya Emisi Dan Kemampuan Tegakan Untuk Menyerap Emisi
Membandingkan besarnya emisi emisi CO dan kemampuan tegakan untuk menyerap emisi CO
yang menjadi perhatian dalam hal ini. Selama ini isu mengenai apakah hutan sebagai sumber penghasil emi
masih merupakan perdebatan, terutama bagi hutan besar-besaran. Perbandingan antara besarnya emisi CO
kayu dan kemampuan tegakan untuk menyerap emisi Gambar 20.
Gambar 20. Perbandingan antara emisi CO dan kemampuan tegakan dalam menyerap emisi CO
Berdasarkan Gambar intensitas tebangan maka akan semakin besar emisi CO
kegiatan penebangan, dan hal tersebut juga secara langsung akan mempengaruhi kemampuan tegakan untuk menyerap emisi CO
intensitas penebangan 50 jumlah emisi CO pada jumlah CO
2
teremisi yang diakibatkan dari kegiatan penebangan, tetapi pada siklus kedua dan ketiga, kesetimbangan tersebut hanya terjadi pada intensitas
tebangan 25. Dengan kata lain bahwa apabila intensitas tebangan dinaikkan maka tegakan hutan akan menjadi sumber emisi CO
20 40
60 80
100 120
140 160
Source
tonHa
Perbandingan Besarnya Emisi CO
2
dari Kegiatan Penebangan Kayu Dan Kemampuan Tegakan Untuk Menyerap Emisi CO
2
.
Membandingkan besarnya emisi emisi CO
2
dari kegiatan penebangan kayu dan kemampuan tegakan untuk menyerap emisi CO
2
merupakan salah satu topic yang menjadi perhatian dalam hal ini. Selama ini isu mengenai apakah hutan
sebagai sumber penghasil emisi source ataukah sebagai penyerap emisi masih merupakan perdebatan, terutama bagi hutan-hutan yang dieksploitasi secara
besaran. Perbandingan antara besarnya emisi CO
2
dari kegiatan penebangan kayu dan kemampuan tegakan untuk menyerap emisi CO
2
dapat dilihat pada
. Perbandingan antara emisi CO
2
tonha dari kegiatan penebangan dan kemampuan tegakan dalam menyerap emisi CO
2
Berdasarkan Gambar 20 di atas, dapat terlihat bahwa semakin besar intensitas tebangan maka akan semakin besar emisi CO
2
yang dihasilkan dari kegiatan penebangan, dan hal tersebut juga secara langsung akan mempengaruhi
kemampuan tegakan untuk menyerap emisi CO
2
. Pada penebangan intensitas penebangan 50 jumlah emisi CO
2
yang terserap masih lebih besar dari teremisi yang diakibatkan dari kegiatan penebangan, tetapi pada
siklus kedua dan ketiga, kesetimbangan tersebut hanya terjadi pada intensitas angan 25. Dengan kata lain bahwa apabila intensitas tebangan dinaikkan
maka tegakan hutan akan menjadi sumber emisi CO
2
. Lamas et al.
Sink Source
Sink Source
I II
III 25
50 75
100
Kegiatan Penebangan Kayu
dari kegiatan penebangan kayu merupakan salah satu topic
yang menjadi perhatian dalam hal ini. Selama ini isu mengenai apakah hutan ataukah sebagai penyerap emisi sink
hutan yang dieksploitasi secara dari kegiatan penebangan
dapat dilihat pada
tonha dari kegiatan penebangan
2
tonha. di atas, dapat terlihat bahwa semakin besar
yang dihasilkan dari kegiatan penebangan, dan hal tersebut juga secara langsung akan mempengaruhi
. Pada penebangan pertama, pada yang terserap masih lebih besar dari
teremisi yang diakibatkan dari kegiatan penebangan, tetapi pada siklus kedua dan ketiga, kesetimbangan tersebut hanya terjadi pada intensitas
angan 25. Dengan kata lain bahwa apabila intensitas tebangan dinaikkan et al. 2005 juga
Sink
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
mengungkapkan hal yang sama bahwa intensitas tebangan berkorelasi negatif dengan penyerapan CO
2
di dalam tegakan. Selanjutnya juga dituliskan bahwa seharusnya harga CO
2
ditentukan oleh besar kecilnya intensitas tebangan. Semakin besar intensitas tebangan maka harga CO
2
akan semakin murah, dan sebaliknya.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
1. Struktur tegakan areal bekas tebangan hutan adat di lokasi penelitian masih dapat dilakukan penebangan baik sekarang maupun pada siklus berikutnya.
2. Model struktur tegakan yang dihasilkan sebagai berikut:
Model struktur tegakan kelompok jenis kayu Meranti adalah N=177,9e
-0,69x
R
2
= 91,6
Model struktur tegakan kelompok jenis kayu Non Meranti adalah N=330e
-0,80x
R
2
= 97,9
Model struktur tegakan kelompok jenis kayu Non Komersil adalah N=95,54e
-0,54x
R
2
= 99,2
Model struktur tegakan total adalah N=574e
-0,69x
R
2
= 98,0 3. Siklus tebang 20 tahun pada skenario penebangan kayu memberikan nilai
NPV yang lebih besar pada berbagai skenario tebangan dibandingkan dengan siklus tebang yang lain.
4. Intensitas tebangan berkorelasi negatif dengan stok karbon dalam tegakan dan jumlah emisi yang dihasilkan dari kegiatan penebangan kayu.
5. Intensitas penebangan 0 akan memberikan NPV maksimal pada skenario jasa lingkungan untuk penyerapan emisi CO
2
. 6. Skenario penebangan kayu dan skenario jasa lingkungan untuk penyerapan
emisi CO
2
hanya dapat dilakukan pada intensitas tebang maksimal 25 dengan asumsi emisi yang dihasilkan dari penebangan hanya 50 dari total
penebangan.
6.2. Saran
1.
Pembuatan Petak Ukur Permanen PUP sangat diperlukan pada setiap unit pengelolaan hutan.
2.
Perlu dilakukan pembuatan tingkat emisi rujukan untuk rencana pengelolaan karbon.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com