Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis

29 dengan tujuan pelesrtarian, pengendalian dan pengawasan sumber daya hayati dan non hayati daerah pesisir, pantai, laut dan pulau-pulau kecil. Hal ini di dorong oleh berbagai faktor yang mempengaruhi ekosistim pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang terjadi di Kota Makassar seperti terjadinya tekanan pemanfaatan lahan dan ruang serta SDA yang ada diwilayah tersebut secara tidak terkendali, terhadap ekosistim wilayah pesisir. Sasaran pembangunan kelautan dan perikanan meliputi terciptanya pemanfaatan, perlindungan, pengendalian dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan dalam menjaga kelestarian ekosistim pesisir,laut dan pulau-pulau kecil sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayanmasyarakat pesisir, terciptanya penataan ruang kawasan pesisir yang akan mendorong pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berbasis masyarakat guna mencegah dan menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mewujudkan pengembangan pariwisata bahari. Pemda Makassar, 2004 Dalam pengelolaan ekowisata, kegiatan pembangunan akan tetap berlanjut apabila memenuhi tiga prasyarat daya dukung lingkungan yang ada. Pertama, bahwa kegiatan ekowisata harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik ekologis sesuai dengan kebutuhan dengan kegiatan ini. Kedua, jumlah limbah dari kegiatan ekowisata dan kegiatan lain yang dibuang kedalam lingkungan pesisirlaut hendaknya tidak melebihi kapasitas asimilasi atau kemampuan suatu sistem lingkungan dalam menerima limbah tanpa terjadi indikasi pencemaran lingkungan. Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat pulih hendaknya tidak melebihi kemampuan pulih sumber daya tersebut dalam kurun waktu tertentu Dahuri, 1993. Sebaiknya untuk menjaga keberlanjutan dari pengelolaan ekowisata maka lingkungan harus bebas dari limbah, artinya tidak diberikan ruang untuk terjadinya pencemaran di daerah wisata Selanjutnya Fandeli 2000 menyatakan bahwa terdapat beberapa usaha yang dapat meningkatkan daya tarik wisata, usaha yang demikian ini antara lain: 1. Usaha sarana wisata, penyewaan peralatan renang, selam, selancar, dan sebagainya. 2. Usaha jasa, jasa pemandu wisata dan jasa biro perjalanan. 30 Tipologi pariwisata yang menjadi alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme wisata alam yang mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis kegiatan ini jelas mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan konservasi untuk mempertahankan daya tariknya agar keuntungan ekonomi dari kegiatan pariwisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung sering mendapat manfaat ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil sekali Dahuri, 2003. Saifullah 2000 mengungkapkan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan pariwisata : 1. Bidang ekonomi  Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung.  Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.  Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.  Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.  Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cenderung tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan dalam menunjang pembangunan daerah. 2. Bidang sosial budaya Keanekaragaman kekayaan sosial budaya merupakan modal dasar dari pengembangan pariwisata. Sosial budaya merupakan salah satu aspek penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sosial budaya dapat memberikan ruang bagi kelestarian sumber daya alam, sehingga hubungan antar sosial budaya masyarakat dan konservasi sumber daya alam memiliki keterkaitan yang erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan lapisan sosial masyarakat. 31 3. Bidang lingkungan Karena pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan dan ekosistem yang masih alami, menarik, dan bahkan unik, maka pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah alami sehingga katerkaitan antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling melengkapi menjadi satu paket ekowisata. Berhasil tidaknya pengembangan daerah tujuan wisata sangat tergantung pada tiga faktor utama, yaitu: atraksi, aksessibilitas dan amenitas Samsuridjal dan Kaelany, 1997. Betapapun baik dan menariknya suatu atraksi yang dapat ditampilkan oleh daerah tujuan wisata, belum menarik minat wisata untuk berkunjung karena masih ada faktor lain yang menjadi pertimbangan menyangkut fasilitas-fasilitas penunjang yang memungkinkan mereka dapat menikmati kenyamanan, keamanan, dan alat-alat telekomunikasi. Walaupun keberadaan sarana dan prasarana sangat dibutuhkan, namun pengembangannya harus menghindari bahaya eksploitasi, sehingga lingkungan hidup tidak mengalami degradasi Soewantoro, 2001.

2.8 Pemanfaatan Perikanan

Indonesia mempunyai potensi perikanan pantai dengan luas area sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut sedangkan potensi lahan kegiatan budi daya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta hektar yang terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia. Produksi perikanan budi daya Indonesia sampai tahun 2005 mencapai 1.295.300 ton. Meski demikian, jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara produsen perikanan lainnya seperti China, India, Jepang dan Filipina. Pada tahun 2005 saja produksi perikanan budidaya China sudah mencapai sekitar 32.444.000 tonSementara itu dari sisi potensi lahan, total lahan budi daya di kawasan pesisir budidaya udangtambak mencapai 913.000 hektar yang tersebar di 28 propinsi. Namun demikian, pemanfaatan lahan budi daya untuk tambak baru mencapai sekitar 40 persen atau 344.759 hektar. Sebagai ilustrasi, dengan produktivitas tambak sebesar 3 tonha maka apabila seluruh potensi lahan dimanfaatkan maka 32 produksi yang bisa dihasilkan dari budi daya di kawasan pesisir mencapai 2,739,000 ton per musim tanam atau kurang lebih 5,478,000 ton per tahun. DKP, 2007 Luasnya perairan pantai dengan pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia merupakan potensi yang cukup besar dalam pengembangan budidaya laut mariculture. Jenis-jenis biota laut yang dapat dibudidayakan antara lain ikan-ikan karang, kerang dan tiram, rumput laut algae, teripang, dan kuda laut. Menurut Sunyoto 2000, penentuan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dengan metode keramba jaring apung KJA harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti: terlindung dari badai dan gelombang besar, jauh dari pencemaran, tidak berada dalam alur pelayaran, kondisi perairan sesuai salinitas 33-35 ppt, suhu 27-32°C, kecepatan arus 0,2-0,5 mdet, DO ≥ 4 p pm, p H antara 7 .6 -8.7, amonia 0,1 ppm, BOD 5 5 ppm, serta total bakteri 3000 selm 3 Lahan budidaya rumput yang cocok terutama sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yang meliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi. Adapun persyaratan lahan budidaya Eucheuma sp. adalah: . • Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat. • Lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. Kecepatan arus yang cukup untuk budidaya Eucheuma sp. 20 - 40 cmdetik. • Dasar perairan budidaya Eucheuma sp. adalah dasar perairan karang berpasir. • Pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm. • Kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal. • Suhu air berkisar 27 -30°C dengan fluktuasi harian maksirnaI 4°C. • Salinitas kadar garam perairan antara 30 -35 permil optimum sekitar 33 permil. • pH air antara 7 -9 dengan kisaran optimum 7,3 -8,2 • Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran. Pemilihan lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut menurut Indriani dan Suminarsih 1999 adalah sebagai berikut : lokasi harus bebas dari pengaruh angin topan, tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar, mengandung 33 makanan nutrien untuk tumbuhnya rumput laut, bebas dari pencemaran industri dan rumah tangga, lokasi mudah dijangkau sehingga tidak memberatkan biaya transportasi, serta dekat dengan sumber tenaga kerja . Pembangunan perikanan dipengaruhi oleh kondisi geografis Kota Makassar yang merupakan wilayah daratan dan kepulauan sehingga peningkatan potensi perikanan diarahkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan dengan sasaran meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya baik rumput laut, keramba jaring apung maupun pengembangan budidaya ikan hias . Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan salah satu kekayaan alam yang harus dikelola dan didayagunakan sebagai piranti kekuatan ekonomi riil dan dapat dikembangkan sebagai lokomotif perekonomian bagi kemakmuran masyarakat oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan bukan hanya berorientasi pada peningkatan produksi saja namun pengembangan dan pengelolaan diharapkan dapat berlangsung secara berkesinambungan.

2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penyebab penurunan kualitas perairan pantai Losari diduga berasal dari tiga sumber yang dominan yaitu adanya pemusatan penduduk di kota, kegiatan industri di sekitar kota makassar dan kegiatan pertanian di hulu sungai Jeneberang serta Sungai Tallo. Terpusatnya penduduk di kota menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar. Selanjutnya limbah tersebut masuk ke dalam perairan pantai Losari melalui run-off dan mengakibatkan pendangkalan pantai serta perubahan beberapa parameter kaulitas air seperti kandungan DO, BOD, COD, peningkatan kandungan deterjen dan munculnya senyawa-senyawa beracun dan eutrofikasi. Kegiatan industri yang ada di kota Makassar diduga ikut mempengaruhi penurunan kualitas perairan pantai Losari. Dalam banyak hal limbah industri walaupun telah diproses di IPAL, namun kualitasnya masih jelek nilainya masih di atas ambang batas yang telah ditetapkan saat dibuang ke laut, sehingga masih berpengaruh terhadap kualitas ekosistim perairan. Jenis bahan pencemar yang berasal dari industri adalah bahan organik yang degrdable dan non degradable persisten menyebabkan perubahan DO, BOD, COD, TSS, dan eutrofikasi Samawi 2007. Selanjutnya dikatakan bahwa pencemaran terbesar yang masuk ke pantai Makassar adalah bahan organik dan padatan tersuspensi yang