Status Keberlanjutan Perikanan dan Wisata Skenario Basis

121 kompensasi untuk tiap pencemar penduduk yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk. Nilai kompensasi sendiri diperoleh dari nilai IPAL yang terdiri dari nilai investasi dan operasional dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin rendah jumlah nilai kompensasi yang dibayar oleh setiap penduduk Dalam Simulasi model basis jumlah nilai IPAL hanya dialokasikan sebesar 30 dari total nilainya. Hal ini juga diasumsikan sama dengan efektfitas kerja dan alokasi nilai kompensasi. Dari hasil simulasi dengan alokasi anggaran IPAL dan efektifitas kerja 30, diperoleh nilai manfaat bersih perikanan dan wisata Rp 1.469.772.082bln dan manfaat total yang diperoleh sampai tahun ke-10 menjadi Rp 12.538.802.584.706,- lihat gambar 32. Nilai manfaat ini diperoleh dari akumulasi manfaat perikanan dan wisata dikurangi dengan biaya total yang berasal dari operasional IPAL yang dibayarkan oleh penduduk Imbangan nilai insentif pada model basis menggambarkan jumlah keuntungan tiap-tiap sumber pencemar penduduk. Pada hasil simulasi model imbangan nilan insentif diperoleh sebesar Rp 1.153,-orangbln pada awal periode menjadi total Rp 8.397.567,- pada akhir simulasi. Jadi bila dibandingkan antara nilai kompensasi dan imbangan nilai insentif yang diperoleh penduduk, masih terdapat selisih nilai bersih yang menguntungkan. Pada awal simulasi nilai insentif adalah Rp 1.153,-orangbln dikurangi dengan nilai kompensasi yang dibayar penduduk sebesar Rp 798,-, masih terdapat keuntungan bersih sebesar Rp 355,-orangbln

6.4.4 IPAL, Daya Dukung dan Keuntungan Ekonomi

Dalam model pengelolaan pencemaran yang dibangun, IPAL mempunyai peranan penting sebagai pengendali beban pencemaran yang bermuara di perairan Makassar. Kinerja IPAL sangat menentukan keberlanjutan aktivitas perikanan dan wisata, hal ini dikarenakan beban limbah yang berasal dari penduduk Kota Makassar akan dikelola terlebih dahulu hingga mencapai titik aman konsentrasi sebelum dibuang ke perairan pantai, Menurut Pemkot Makassar 2010 dana pembangunan IPAL akan dialokasikan sebesar 407 milyar. Instalasi pengolahan air limbah saat ini hanya baru melayani beberapa kecamatan dan diharapkan semua kecamatan memiliki intalasi pengolahan sehingga Makassar akan terbebas dari limbah. 122 . Gambar 34 Hasil simulasi nilai efektifitas IPAL terhadap nilai keuntungan dan manfaat perikanan dan wisata skenario basis Dengan adanya proses pengolahan limbah sebelum masuk ke perairan pantai, tentu akan tetap menjaga lingkungan supaya tidak tercemar. Perairan yang tidak tercemari beban limbah tentu akan dapat memberikan jasa lingkungan sesuai dengan peruntukkan berdasarkan tingkat kesesuaian dan daya dukungnya. Jadi IPAL memgang peranan penting agar perairan pesisir pantai tetap terpelihara daya dukung untuk berbagai aktivitas termasuk perikanan dan wisata. Dampak dari tetap terpeliharanya daya dukung lingkungan akan memberikan efek positif dari sisi ekonomi, selain tentunya efek pembiayaan untuk pembangunan dan operasionalisasi IPAL tersebut Berdasarkan hasil simulasi model dengan skenario basis memperlihatkan bahwa nilai keuntungan perikanan dan wisata cukup besar yakni Rp 1.775.022.080,-bulan pada awal simulasi dan kemudian menjadi Rp Rp 213.002.649.792,-bln pada akhir periode. Selain nilai keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat atau pelaku usaha pada bidang perikanan dan wisata, pemerintah juga dapat memperoleh pemasukan berupa pajak yang dipungut sebesar 10 dari tingkat keuntungan usaha dengan asumsi yang digunakan dalah pajak PPh atau pajak penghasilan. Bila dilihat dari sisi ekonomi maka pembangunan IPAL bukan membebani anggaran secara negatif tetapi memberikan manfaat ekonomi dua sisi baik bagi masyarakat maupun pemerintah, 123 itupun belum memperhitungkan manfaat lainnya seperti terpeliharanya ekosistem dan estetika serta lainnya.

6.5. Skenario Pesimis

Skenario pesimis dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu skenario kebijakan pengelolaan pencemaran pesisir pantai Kota Makassar, yang dilakukan dengan tidak mempertimbangkan menciptakan kondisi atau suasanya yang buruk bagi keberlanjutan salah satu atau seluruh dimensi pengelolaan. Skenario pesisimis pada model pengelolaan pencemaran pantai Kota Makassar dapat juga dikatakan bahwa atribut atau faktor-faktor atribut penting mengalami pengurangan atau degradasi sehingga pengelolan akan semakin buruk. Skenario ini juga dibangun dengan tujuan memberikan gambaran kemungkinan terburuk yang akan dialami, sehingga menjadi petunjuk bagi pemerintah daerah Kota Makassar untuk mengelolan dan membangun wilayah pesisir Makassar. Perubahan nilai atribut pada skenario pesimis model pengelolaan pantai Kota Makassar diantaranya adalah Penurunan kinerja IPAL dari 30 menjadi 10, peningkatan populasi pencemar yakni pertumbuhan penduduk dari 1,65 menjadi 2 pertahun, peningkatan konsentarsi parameter pencemar menjadi 50 diatas model basis. :

6.5.1 Beban Limbah Skenario Pesimis

Hasil simulasi beban limbah untuk parameter-parameter yang dijadikan acuan pada skanario pesimis, diperoleh hasil akhir yang berbeda. Penurunan kinerja IPAL, peningkatan konsentrasi parameter perkapita, serta peningkatan jumlah pertumbuhan pencemar sangat mempengaruhi hasil akhir running model. Nilai parameter BOD5 yang diperoleh dari hasil simulasi paling tinggi pada aliran sungai Jenneberang dan terkecil pada Kanal Benteng. Aliran beban limbah pada Sungai Jenneberang pada awal simulasi 30.817 tonbln meningkat signifikan bila dibandingkan dengan model basis yang hanya 18.128 tonbln, sementara hasil akhir simulasi menjadi 370.724 tonbln dengan lama simulasi 10 tahun. Aliran beban limbah terkecil oleh kanal Benteng sebesar 13,94 tonbln menjadi 167,71 tonbln Hasil simulasi model skenario pesismis untuk beban limbah COD juga berbeda dengan beban limbah pada skenario basis.. Beban terbesar limbah COD tertinggi dialirkan oleh Sungai Jenneberang dengan kontribusi sebesar 124.764 tonbln pada awal periode simulasi cukup tinggi peningkatannya bila dibandingkan model basis sebesar 95.972 tonbln diawal periode, sementara akhir 124 periode jumlah beban adalah 1.500.871 tonbln. Loading beban terendah di Kanal Benteng dan Kanal Haji Bau. Beban limbah COD total yang bermuara di perairan pantai Kota Makassar yang berasal dari sungai dan kanal adalah 179.987 tonbln pada awal simulasi menjadi 17.813.133 tonbln Gambar 35 Hasil simulasi beban limbah BOD 5 skenario pesimis Gambar 36 Hasil simulasi beban limbah COD skenario pesimis 125 Pada simulasi model pesismis konsentrasi beban limbah NO3 pada pesisir kota Makassar memperlihatkan hasil yang relatif hampir sama dengan parameter lain. Loading beban NO 3 memperlihatkan besaran yang berbeda-beda. Kontribusi terbesar masih dari aliran beban limbah pada sungai Jenneberang selanjutnya berturut-turut Kanal Panampu, Sungai Tallo, Kanal Jongaya, Kanal H Bau dan Kanal Benteng. Terdapat sedikit perbedaan besaran loading beban antara Kanal Panampu dan Sungai Tallo, walaupun debit Sungai Jenneberang lebih tinggi tetapi memiliki konsentrasi limbah aliran yang lebih rendah dari Kanal Panampu. Total beban limbah NO 3 yang berasal dari aliran sungai dan kanal adalah 227,82 tonbln pada awal simulasi menjadi 44.868,85 tonbln di akhir periode Gambar 37 Hasil simulasi beban limbah NO3 skenario pesimis Hasil simulasi beban limbah PO4 total pada skenario pesimis diperairan pesisir Kota Makassar adalah 2.235 tonbln meningkat cukup tinggi bila dibandingkan dengan hasil pada skenario basis yang hanya 1.565 tonbln, sementara pada akhir periode simulasi 10 tahun kedepan jumlah beban limbah PO 4 adalah 2.698.131 ton juga meningkat secara signifikan bila dibandingkan dengan beban limbah pada skenario basis 663.391 ton. Sama dengan konsentrasi parameter limbah yang lain, PO 4 yang ada di perairan pesisir kota Makassar