Analisis Sistem dan Pemodelan

105 No. Dimensi dan Atribut Nilai dugaan parameter Keterangan 5 Jumlah kamar hotel di Makassar buah 3.661 Disbudpar,2009 6 Fraksi pertumbuhan hotel 0,20 Disbudpar,2009 7 Tingkat hunian okupansi 0,47 Disbudpar,2009 8 Daya dukung KJA unit 3.258 Analisis deskriptif data sekunder 2010 9 Daya dukung budidaya rumput laut unit 554 Analisis deskriptif data sekunder 2010 10 Daya dukung Wisata pantai orghari 414 Analisis deskriptif data sekunder 2010 11 Fraksi limbah BOD mghari 0,000007696 - 0,001869819 Analisis data primer 2010 12 Fraksi Limbah COD mghari 0,000040744 - 0,076350938 Analisis data primer 2010 13 Fraksi limbah NO3 mghari 0,00000006791- 0,00032488103 Analisis data primer 2010 14 Fraksi Limbah PO4 mghari 0,000000509296 - 0,000338125581 Analisis data primer 2010 15 Nilai Ekonomi IPAL Rp 407.000.000.000,- Pemkot Makassar, 2011 16 Faktor konversi beban limbah 2,592 Analisis data primer 2010 17 Keuntungan KJA Rp 1.483.755 Analisis data sekunder 2010 18 Kapasiitas asimilasi BOD 83269,32 Analisis data primer 2010 19 Kapasiitas asimilasi COD 0,256419 Analisis data primer 2010 20 Kapasiitas asimilasi NO3 0,019943 Analisis data primer 2010 21 Kapasiitas asimilasi PO4 0,070665 Analisis data primer 2010 22 Kompensasi IPAL Rp 319.283 Analisis data sekunder 2010 23 Umur IPAL bln 120 Analisis deskriptif data sekunder 2010 24 Debit s Jenneberang m 3 1028,50 dtk Analisis data primer 2010 25 Debit S Tallo m 3 387,85 dtk Analisis data primer 2010 26 Debit Kanal Panampu m 3 39,154 dtk Analisis deskriptif data sekunder 2010 27 Debit Kanal Jongaya m 3 24,921 dtk Analisis data sekunder 2010 28 Debit Kanal Benteng m 3 1,494 dtk Analisis data sekunder 2010 106 No. Dimensi dan Atribut Nilai dugaan parameter Keterangan Debit Kanal H Bau m 3 1,8998 dtk Analisisdata sekunder 2010 29 Biaya Operasional IPAL Rptahun 40.700.000.000 Analisis deskriptif data sekunder 2011 30 Keuntungan Budidaya rumput laut Rp 833.333 Coremap, mitra bahari sulsel 2009 31 Keuntungan Wisata Rp 1.500.000 Analisis deskriptif data sekunder 2010 32 Pajak PPh dan retribusi usaha 10 Analisis deskriptif data sekunder 2011 Model pengelolaan pencemaran perairan pesisir bagi keberlanjutan perikanan dan wisata pantai Kota Makassar adalah sebagi berikut : Gambar 19 Model pengelolaan pencemaran perairan Makassar Model ini menggambarkan aliran beban limbah BOD 5 , COD, NO 3 dan PO 4 yang masuk perairan pesisir Makassar melalui berbagai aliran sungai dan kanal. Jumlah populasi sumber pencemaran yang terdiri dari penduduk dan wisatawan di kota Makassar, dimana tingkat pertumbuhan dan okupansi tingkat hunian kamar sebagai pemicu dinamik. Sumber aliran terdiri dari Sungai Jenneberang, Sungai Tallo, Kanal Panampu, Jongaya, Benteng dan Haji Bau. Tiap aliran memiliki debit dan konsentrasi limbah yang berbeda-beda. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL serta kapasitas asimimilasi menjadi atribut 107 pengurang beban limbah. Status keberlanjutan perikanan dan wisata terukur dari penurunan kapasitas asimilasi yang mempengaruhi daya dukung. Operasionalisasi IPAL dibiayai oleh sumber pencemar melalui pungutankompensasi yang dikeluarkan. Alokasi nilai kompensasi menentukan kinerja IPAL yang mempengaruhi daya dukung perairan untuk aktivitas perikanan dan wisata. Nilai keuntungan dari usaha perikanan dan wisata akan memberikan memberikan manfaat bersih setelah dikurangi dengan biaya kompensasi. Keuntungan dari usaha perikanan dan wisata selain memberikan insentif atas biaya kompensasi yang dikeluarkan oleh pencemar juga memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa Pendapatan Asli Daerah PAD

6.3. Simulasi Model Pengelolaan

Simulasi skenario model dilakukan untuk mencari dan membentuk model pengelolaan pencemaran kota Makassar untuk mengukur keberlanjutan perikanan dan wisata yang ada. Dalam simulasi skanario model yang dibuat akan dibentuk berbagai parameter dan atribut yang didesain untuk menentukan pengelolaan secara baik. Dalam membentuk skenario pengelolaan pencemaran yang ada di pantai Kota Makassar diperkirakan ada aspek atribut yang luput untuk dimasukkan dalam model, akan tetapi dengan model yang ada diharapkan minimal dapat dijadikan sebagai gambaran tentang pengelolaan pantai kota agar tetap berkelanjutan Analisis kebijakan adalah pengetahuan tentang cara – cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu aspek penting dalam proses analisis kebijakan dengan metode sistem dinamis adalah simulasi model. Simulasi model adalah tiruan perilaku sistem nyata. Dengan menirukan perilaku sistem nyata tersebut maka proses analisis akan lebih cepat, bersifat holistik, hemat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini akan diuraikan tentang bagaimana melakukan analisis kebijakan tersebut secara teknis dan operasional dengan simulasi model Muhamadi 2001. Analisis kebijakan ini dilakukan dengan melakukan intervensi fungsional dan intervensi struktural. Intervensi fungsional adalah intervensi terhadap parameter tertentu atau kombinasi parameter. Intervensi struktural adalah intervensi dengan mengubah unsur, mengubah hubungan yang membentuk struktur model atau intervensi dengan menambahkan 108 sub model penghubung ke dalam model awal. Dalam model ini ini yang menjadi aspek penekanan adalah kualitas perairan yang ada akibat dari pencemaran yang dilakukan oleh masyarakat

6.3.1 Sub Model Beban Limbah BOD

5 Gambar 20.Sub model beban limbah BOD Sub Model ini menggambarkan aliran beban limbah BOD 5 5 yang masuk perairan pesisir Makassar melalui berbagai aliran sungai dan kanal. Sub model ini dibangun berdasarkan jumlah populasi sumber pencemaran yang terdiri dari penduduk dan wisatawan di kota Makassar, dimana tingkat pertumbuhan dan okupansi tingkat hunian kamar sebagai pemicu dinamik. Sumber aliran terdiri dari Sungai Jenneberang, Sungai Tallo, Kanal Panampu, Jongaya, Benteng dan Haji Bau. Tiap aliran memiliki debit dan konsentrasi BOD 5 yang berbeda-beda. Tiap beban limbah akan dikalikan dengan faktor konversi untuk mendapatkan loading beban bulanan. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL menjadi atribut pengurang beban limbah. 109

6.3.2 Sub Model Beban Limbah COD

Gambar 21 Sub model beban limbah COD Sub Model ini menggambarkan aliran beban limbah COD yang masuk perairan pesisir Makassar melalui berbagai aliran sungai dan Kanal. Sub model ini dibangun berdasarkan jumlah populasi sumber pencemaran yang terdiri dari penduduk dan wisatawan di kota Makassar, dimana tingkat pertumbuhan dan tingkat hunian kamar okupansi sebagai pemicu dinamik. Sumber aliran terdiri dari Sungai Jenneberang, Sungai Tallo, Kanal Panampu, Jongaya, Benteng dan Haji Bau. Tiap aliran memiliki debit dan konsentrasi COD yang berbeda-beda. Tiap beban limbah akan dikalikan dengan faktor konversi untuk mendapatkan loading beban bulanan. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL menjadi atribut pengurang beban limbah. Keberlanjutan dinilai dari beban limbah yang dikurangi dengan kapasitas asimilasi