Daya Dukung Wisata Pantai

153 NRTEE. 1998. Sustainable Strategies for Oceans: a Co-management Guide. National Round Table on the Environment and the Economy. Ontario Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders. Company. Toronto. Ortolano, L. 1984. Environmental Planning and Decision Making. John Willey and Sons, New York. Pascoe, S. and S. Mardle. 2001. Optimal Fleet Size in the English Chanel : A Multi Objective Programming Approach. European Review of Agricultural Economics, 28 2 : 161-185 Pemkot Makassar, 2004. Laporan status Lingkungan hidup Kota Makassar. Buku 2 parameter Basis Data. Piagram, P. 1983. Outdoor Recreation and Resources Management. St. Martin’s Press, New York. Prasetyawati, 2001. Kajian pengembangan perikanan di pesisir pangandaran Teluk Perigi Kab. Ciamis – Jawa Barat. Thesis Program Pasca Sarjana IPB. 122 hal. Rais, J, dkk. 2004. Menata Ruang Laut terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta Riley, J.P. and G Skirow. 1975. Chemichal Oceanography. Academic Press Inc,. London. Saru, M.A., 2001. Dampak sedimentasi terhadap pola distribusi makrozoobenthos di sekitar muara Sungai Jeneberang. Tesis. Program Pascasarjana, UniversitasHasanuddin Sjafi’i, B.I.E. 2000. Analisis Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Manado Sulawesi Utara. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sugiarti, 2000. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir di Kotamadya Dati II Pasuruan Jawa Timur. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Samawi, M.F. 2007. Desain Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai Kota Studi Kasus Perairan Pantai Kota Makassar. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB. Samin. 2005. Oksigen Terlarut DO dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD sebagai Salah satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana Vol XXX No 3. 2005 Sekartjakrarini, S. 1993. The Coordination Between Public and Private Sectors: The Role of Partnerships in Ecotourism Development. Texas AM University. Texas Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Storey, D. 1999. Issues of integration, partcipation and empowerment in rural development: the case of LEADER in the Republic of Ireland. Journal of Rural Studies 153:307-315. 154 Suhandi, A.S. 2001. The Indonesian experience on community based ecotourism development. Paper Presented at National Seminar on Sustainable Tourism Development: Community-Based Tourism Development and Coastal Tourism Management in Indonesia. Jakarta, 27-28 June 2002. ESCAP-IOTO-WTO. Jakarta Sunyoto, P. 1993. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. Penebar Swadaya. Jakarta. Supriatna, J., A. Sanjaya, I. Setiawati, dan M.R. Syachrizal. 2000. Ekowisata sebagai usaha pemanfaatan yang berkelanjutan di kawasan lindung. Makalah Disampaikan dalam Workshop Komisi Koordinasi Pemanfaatan Obyek Wisata Alam. Balikpapan, 6-8 Maret 2000. Departemen Kehutanan. Balikpapan Suriawiria, U. 1993. Mikrobiologi Air dan Dasar-DasarBuangan Secara Biologi. Bandung: Penerbit Alumni Sutikno, 1993. Karakteristik Bentuk dan Geologi diIndonesia. Yogyakarta: Diklat PU Wil III. Dirjen PengairanDPU. Takeda, N. 2001. People participation in regional development management Japanese experiences. Paper Presented for the Seminar on “Regional Development Management Policy to Support Autonomy”. Jakarta, 29 March 2001. JICA. Jakarta. www.jica.org. [24 Februari 2004] Todes, A. 2003. Regional planning and sustainability: reshaping development through integrated development plans in the Ugu District of South Africa. Paper Presented to the Regional Studies Associates Conference, Reinventing Regions in the Global Economy. Pisa 12-15 th Turner, G.E., 1988. Codes of practice and manual of procedures for consideration on introductions and transfer of marine and freshwater organisms, EIFACCECPI, Occasional Paper No.23, 44pp. April 2003. Regional Studies Association. Pisa. Warner, M. 1997. Consensus participation: an example for protected area planning. Public Administration and Development Journal 17:413-432. [WCED] Word Commission on Environment and Development, 1987. Our Common Future. Oxford University Press. South Melbourne, Australia. Widigdo, B. 2000. Pemanfaatan Pesisir dan Lautan untuk Kegiatan Perikanan Budidaya Aquaculture. Makalah Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan TOT Wilayah Pesisir Terpadu. Kerjasama PKSPL IPB –Proyek Pesisir CRC URI. Bogor, 13-28 November 2000. Wong PP. 1998. Coastal Tourism Development in Southeast Asia: Relevance and Lessons for Coastal Zone Management. Journal of Ocean Coastal Management Vol 38 : 89-109 UNEP, 1993. Training Manual on Assessment of the Quantity and Type of Land- Based Pollutant Discharges Into the Marine and Coastal Environment. RCUEAS Technical Reports Series No.1. Bangkok, 65p 155 Yulianda, F. 2007. Makalah Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Seminar Sains Departemen Manajemen Sumberdaya Periran FPIK-IPB, 21 Februari, Bogor Zakai D, Nanette, Furman C, 2002. Impacts of intensive recreational diving on reef corals at Eilat, northern Red Sea. Biological Conservation 105 2002 179– 187. . . 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Aliran beban limbah yang berasal dari sungai Jenneberang dan Sungai Tallo serta beberapa kanal utama yang bermuara di pantai kota Makassar cukup tinggi. Beban limbah bulanan rata-rata tonbulan adalah BOD 5 25596.42, COD 146178.40, NO 3 227.82, PO 4 2. Sungai Jenneberang, Muara Sungai Jenneberang, Pelabuhan, Sungai Tallo tercemar ringan, sedangkan stasiun Tanjung Bunga, Pantai losari, Potere, Muara Sungai Tallo, Kanal Panampu, Benteng, H Bau, Jongaya termasuk tercemar sedang. Parameter limbah yang belum melampaui kapsitas asimilasi karena mempunyai nilai konsentrasi yang belum melewati batas baku mutu air yang diperkenankan adalah BOD 1565.28. Hal ini akan berdampak buruk pada pengelolaan perikanan dan wisata di pesisir pantai Kota Makassar bila tidak ditangani dengan baik 5. Namun untuk parameter COD, NO 3 dan PO 4 3. Indeks pencemaran dengan kategori sedang terdapat pada semua kanal yang ada serta Pantai Losari ,Tanjung Bunga dan Potere. Kanal-kanal yang ada di Kota Makassar umumnya memiliki tingkat indeks pencemaran sedang karena umumnya melintasi daerah perkotaan dengan populasi yang tinggi sehingga tentu akan membawa beban limbah yang besar. Walaupun demikian untuk beberapa stasiun pengukuran terdapat nilai indeks pencemaran dengan taraf tercemar ringan yakni Sungai Jenneberang, Sungai Tallo dan perairan sekitar pelabuhan. telah melewati batas baku mutu dan beberapa stasiun telah melampaui kapasitas asimilasinya 4. Status daya dukung lingkungan mengalami penurunan yang akan mengancam keberlanjutan aktivitas perikanan dan wisata dengan adanya loading beban limbah yang besar dari sungai-sungai dan kanal yang bermuara di perairan pesisir Kota Makassar bila tidak ditangani dengan baik 5. Pengelolaan pencemaran pesisir pantai Kota Makassar dapat berkelanjutan dengan penerapan insentif bagi pencemar, tetap memperhatikan kualitas lingkungan perairan yang ada serta penerapan pengendalian beban limbah dan 148 pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Beberapa kebijakan yang penting dilakukan adalah pengendalian jumlah pertumbuhan penduduk, tingkat kesadaran masyarakat akan lingkungan, penyediaan instalasi pengolahan air limbah untuk setiap sumber pencemar atau kecamatan di Kota Makassar, dan peningkatan alokasi anggaran untuk konservasi lingkungan

7.2. Saran

1. Dalam memanfatkan sumberdaya pesisir pantai Kota Makassar sebaiknya semua stakeholder tetap memperhatikan kesesuaian dan daya dukung yang ada, agar pemanfaatan dapat optimum dan lestari. Kualitas ekologis lingkungan pantai agar selalu dapat terjaga dengan baik diantaranya dengan menjaga pantai dari sampah dan pencemaran 2. Perlu upaya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap lingkungan agar tidak membuang sampah di aliran sungai dan kanal, selain itu pemerintah Kota Makassar perlu menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan peningkatan penegakkan hukum berkaitan dengan sampah disekitar aliran sungai, kanal dan perairan pantai 3. Perlunya penelitian lanjutan tentang penerapan jumlah insentif pembiayaan pengelolaan pencemaran dengan dengan nilai yang bervariasi pada setiap pencemar sesuai dengan besaran limbah yang dihasilkan LAMPIRAN 158 159 Lampiran 1 Data Pengukuran Parameter Fisik di Pantai Kota Makassar Stasiun Parameter Koordinat lokasi Suhu oC Salinitas 000 Kedalaman m Kec Arus mdet S Jeneberang 30,7 5 2 1,200 S 05 11.592 E 119o 23.735 M S. Jeneberang 31,0 30 3,5 0,300 S 05 11.534 E 119o 22.813 Tanjung Bunga 31,0 31 3,5 0,185 S 05 11.848 E 119o 23.159 Pantai losari 30,7 32 1,5 0,165 S 08 08.820 E 119o 24.384 Pelabuhan 30,0 34 17 0,178 S 05 07.848 E 119o 23.159 Potere 30,5 35 7 0,126 S 05 06.492 E 119o 25.499 M S Tallo 31,0 30 2,5 0,400 S 05 05.639 E 119o 26.772 S Tallo 31,0 30 5 0,950 S 05 06.676 E 119o 26.527 K Panampu 31,3 15 0,70 0,700 K Benteng 29,3 2 0,56 0,580 K H Bau 28,6 2 0,35 1,180 K Jongaya 30,2 27 1,17 1,500 Lampiran 2 Data Pengukuran Parameter Kimia di Pantai Kota Makassar Stasiun Parameter Koordinat lokasi pH DO mgl BOD mgl COD mgl NO3 mgl PO4 mgl S. Jenneberang 7,50 6,70 6,80 36 0,060 0,450 S 05 11.592 E 119o 23.735 Muara S. Jennb 7,00 5,80 5,00 25 0,090 0,250 S 05 11.534 E 119o 22.813 Tanjung Bunga 8,00 6,15 6,00 31 0,490 0,240 S 05 11.848 E 119o 23.159 Pantai losari 8,00 6,32 8,00 38 0,840 0,250 S 08 08.820 E 119o 24.384 Pelabuhan 8,00 7,80 7,50 40 0,060 0,240 S 05 07.848 E 119o 23.159 Potere 7,50 5,40 6,00 22 0,780 0,210 S 05 06.492 E 119o 25.499 Muara S Tallo 8,00 5,60 9,00 27 0,950 0,290 S 05 05.639 E 119o 26.772 S Tallo 8,40 3,7 7,00 23 0,020 0,280 S 05 06.676 E 119o 26.527 Rata-rata 7,80 5,47 6,91 30,2 0,411 0,276 S 05 06.676 E 119o 26.527 Kanal Panampu 6,92 4 2,5 154 0,304 0,377 Kanal Benteng 7,31 3,9 2,4 98 0,417 0,434 Kanal H Bau 6,93 3,7 2,7 98 0,451 0,281 Kanal Jongaya 7,17 2,4 2,4 164 0,204 0,663 Rata-rata 7,58 5,27 5,55 60,5 0,39 0,330 160 Lampiran 3 Perhitungan beban Pencemaran Bulanan Pantai Kota Makassar Stasiun Debit Rata2 m3dtkQ Parameter kimia Konsentrasi limbah C Beban limbah BL Beban limbah bulanan S.Jenneberang 1028,5 BOD 6,8 6993,80 18127,930 COD 36 37026,00 95971,392 NO3 0,06 61,71 159,952 PO4 0,45 462,83 1199,642 S.Tallo 387,85 BOD 7 2714,95 7037,150 COD 23 8920,55 23122,066 NO3 0,02 7,76 20,106 PO4 0,28 108,60 281,486 Kanal Panampu 39,1545 BOD 2,5 97,88625 253,721 COD 154 6029,793 15629,223 NO3 0,303 11,8638135 30,751 PO4 0,377 14,7612465 38,261 Kanal Benteng 1,49408 BOD 2,4 3,585792 9,294 COD 98 146,41984 379,520 NO3 0,417 0,62303136 1,615 PO4 0,434 0,64843072 1,681 Kanal Haji Bau 1,8998 BOD 2,7 5,12946 13,296 COD 98 186,1804 482,580 NO3 0,451 0,8568098 2,221 PO4 0,281 0,5338438 1,384 Kanal Jongaya 24,921 BOD 2,4 59,8104 155,029 COD 164 4087,044 10593,618 NO3 0,204 5,083884 13,177 PO4 0,663 16,522623 42,827 Jenneberang 655 BOD 6,8 4454 11544,768 COD 36 23580 61119,360 NO3 0,006 3,93 10,187 PO4 0,45 294,75 763,992 Tallo 392,7 BOD 7 2748,9 7125,149 COD 23 9032,1 23411,203 NO3 0,002 0,7854 2,036 PO4 0,28 109,956 285,006 161 Lampiran 4 Perhitungan Indeks Pencemaran Pantai Kota Makassar S. Jenneberang Parameter Ci Lij CiLij C baru CiLi baru pH 7,5 7,75 0,97 0,33 COD 35 80 0,44 0,44 BOD 6,8 20 0,34 0,34 DO 6,7 5 1,34 0,26 0,05 NO3 0,06 0,008 7,50 5,38 PO4 0,45 0,15 3,00 3,39 Rata-rata 1,65 maksimal 5,38 IP 3,98 Muara. S Jenneberang Parameter Ci Lij CiLij C baru CiLi baru pH 7 7,75 0,90 1,00 COD 25 80 0,31 0,31 BOD 5 20 0,25 0,25 DO 5,8 5 1,16 0,73 0,15 NO3 0,09 0,008 11,25 6,26 PO4 0,25 0,15 1,67 2,11 Rata-rata 1,68 maksimal 6,26 IP 4,58 Tanjung Bunga Parameter Ci Lij CiLij C baru CiLi baru pH 8 7,75 1,03 0,33 COD 31 80 0,39 0,39 BOD 6 20 0,3 0,30 DO 6,16 5 1,232 0,61 0,12 NO3 0,49 0,008 61,25 9,94 PO4 0,24 0,15 1,60 2,02 Rata-rata 2,18 maksimal 9,94 IP 7,20