21 areal atau kawasan wisata yang reaktif, ketersediaan air irigasi untuk persawahan
produktif, jumlah sarana transpor dalam suatu kawasan serta daya dukung tanah
yang dinyatakan berdasarkan ukuran kemampuan dan kesesuaiannya. 2.5 Sistem dan Pemodelan
Fauzi 2005 menyatakan bahwa model adalah representasi dari suatu realitas dari seorang pemodel, dengan kata lain, model adalah jembatan antara
dunia nyata real world dengan dunia berpikir thinking untuk memecah suatu masalah. Proses penjabaran atau merepresentasikan ini disebut modelling atau
pemodelan yang tidak lain merupakan proses berpikir melalui sekuen yang logis. Selanjutnya dikatakan bahwa proses interpretasi dunia nyata tersebut ke dalam
dunia model, berbagai proses transformasi atau model dapat dilakukan. Ada model yang lebih mengembangkan interpretasi verbal bahasa, ada yang
diterjemahkan ke dalam bahasa simbolik seperti bahasa matematika sehingga menghasilkan model kuantitatif. Untuk menjembatani dunia nyata yang dalam
presepsi manusia bersifat kualitatif menjadi model yang bersifat kuantitatif diperlukan proses transformasi berupa alat pengukuran dan proses pengembilan
keputusan Sistem dinamik merupakan sebuah pendekatan yang menyeluruh dan
terpadu, yang mampu menyederhanakan masalah yang rumit tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian Muhamadi, 2001.
Metodologi sistem dinamik dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetic, dan simulasi komputer.
Prinsip dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan dalam sebuah metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik, menghilangkan
kelemahan dari masing – masing disiplin, dan menggunakan kekuatan setiap disiplin untuk membentuk sinergi.
Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya
sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif Eriyatno,1999. Dalam pendekatan sistem
umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah; dan 2
22 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan rasional. Pengkajian
dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; 2 dinamis, dalam arti
faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan 3 probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi
kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno, 1999. Menurut Kholil 2005, pengembangan model dinamik secara garis besar
terdiri dari 4 tahap, yaitu : 1 Tahap seleksi konsep dan variabel
Pada tahap ini dilakukan pemilihan konsep dan variabel yang memiliki relevansi cukup nyata terhadap model yang akan dikembangkan. Dengan
kerangka berfikir sistem system thinking dilakukan pemetaan pengetahuan cognitive map
, yang bertujuan untuk mengembangkan model abstrak dari keadaan yang sebenarnya. Kemudian dilanjutkan dengan penelaahan secara
teliti dan mendalam terhadap asumsi – asumsi, serta konsistensinya terhadap variable dan parameter berdasarkan hasil diskusi dengan pakar. Variabel yang
dinyatakan tidak konsisten dan kurang relevan dibuang. 2 Konstruksi model tahap pengembangan model
Model abstrak yang telah dikembangkan, direpresentasikan dibuat kedalam model dinamiknya dengan bantuan soft ware tool Powersim versi 2.5 berbasis
sistem operasi Windows. Model yang telah dibuat kemudian dilakukan validasi dan verifikasi model simulasi.
3 Tahap analisis sensivitas Tahap ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai
pengaruh nyata terhadap model, sehingga perubahan variabel tersebut akan mempengaruhi model secara keseluruhan. Variabel – variabel yang kurang
tidak berpengaruh dalam model dihilangkan, dan sebaliknya perhatian dapat difokuskan pada variabel kunci.
4 Analisis kebijakan, kegiatan ini dilakukan dengan memberikan perlakuan khusus terhadap model
melalui intervensi struktural atau fungsional, tujuannya untuk mendapatkan alternatif kebijakan terbaik berdasarkan simulasi model
23 Menurut DePinto, et al.2004 yang melakukan pemodelan terhadap total
maksimum load dari limbah dimana ditemukan bahwa model yang baik mempunyai beberapa syarat diantaranya : definisi masalah dan pembangunan
model konseptual, sintesa data, pilihan model dan pembenaran, penjabaran teoritis, konfigurasi spesifik, okasi dan dugaan kunci, kalibrasi dan strategi
konfirmasi dan hasil Kerangka berfikit epistimologi dalam ICZM saling sinergis dengan
karakteristik wilayah pesisir yang merupakan suatu sistem dinamis dan saling terkait antara sistem manusia komunitas dengan sistem alam sehingga kedua
sistem inilah yang bergerak dinamik dalam kesamaan besaran magnitude, sehingga diperlukan integrasi pengetahuan dalam implementasi pengelolaan
pesisir secara terpadu. Integrasi inilah yang dikenal dengan paradigma Social- Ecological System disingkat SES.
Adrianto and Aziz, 2006. Social-Ecological System
SES didefinisikan sebagai : a ... system of biological unit ecosystem unit linked with and affected by one or more social systems
Anderies, et.al, 2004 dalam
Andrianto, 2006. Salah satu contohnya adalah konsep Coastal Livelihood
System Analysis CLSA
yang dikembangkan dalam kerangka pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, di mana aspek sistem alam ekologiekosistem
dan sistem manusia tidak dapat dipisahkan
2.6 Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
Karakteristik lingkungan, modeling, dan proses pengambilan keputusan melalui evaluasi berdasarkan survey lapangan dengan sistem informasi geografis
terdapat tiga tahapan antara lain Carver et al., 1996 : 1 Pra-lapangan, koleksi dataprosessing terhadap sumber-sumber data primer dan sekunder ; 2 lapangan,
koleksi data di lapangan, verifikasi, update dan modeling ; 3 pengembangan sistem pengambilan keputusan secara spasial SDSS; Spatial Decision Support
System , merupakan penggunaan data base dan model yang dikembangkan untuk
strategi pengembilan keputusan Sistem informasi geografis SIG adalah suatu sistem komputer yang
mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data dan tampilan data geografis yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan. Sistem komputer ini
terdiri dari perangkat keras hardware, perangkat lunak software dan manusia
24 personal yang dirancang untuk secara efisien memasukkan, menyimpan,
memperbaharui, memanipulasi, menganalisa dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis ESRI, 1995. Yang paling utama adalah
kemampuan SIG menyajikan data spasial yang dilengkapi dengan informasi sebab SIG dapat menangkap data spasial baik dari peta ataupun data atribut yang
memiliki informasi geografis. SIG juga mampu menerima peta dari berbagai skala dan proyeksi dan mentransformasi menjadi skala yang standar sehingga hasilnya
yang diperoleh juga menjadi standar. Aplikasi SIG sudah banyak digunakan untuk pengelolaan penggunaan lahan di bidang perikanan, pertanian, kehutanan
serta pembangunan pemukiman penduduk dan fasilitasnya. Hanya dalam beberapa tahun penggunaan SIG telah tersebar luas pada bidang ilmu lingkungan,
perairan dan sosial ekonomi. SIG juga telah digunakan di bidang militer, pemodelan perubahan iklim global dan geologi bahkan pada bidang politik.
Inderaja disefenisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tampa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. Dalam indera sistem satelit, informasi keadaan permukaan bumi direkam oleh
sensor yang dapat menangkap sinyal gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh penampakan atau gejala yang terdapat dipermukaan bumi.
Sensor yang dipasang pada satelit harus peka terhadap beberapa panjang gelombang elektromagnetik. Sinyal dapat memberikan data dan informasi tentang
keadaan permukaan bumi. Sinyal tersebut ditangkap dan kemudian dikirim ke stasiun bumi atau direkam terlebih dahalu bila satsiun yang ada tidak dapat
dijangkau lillesand Kiefer, 1990. Menurut Hartanto 1995 paling tidak terdapat beberapa fungsi inderaja
dalam perencanaan tata ruang di wilayah pesisir dan lautan ; pertama memberikan informasi perubahan keruangan spatial dari waktu ke waktu. Kedua,
menggambarkan ruang saat ini untuk berbagai kegiatan. Mendapatkan data awal yang akan ditransformasikan kedalam perangkat lain seperti GIS Sistem
informasi geografis untuk analisis perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan lautan lebih lanjut. Keempat memberikan data luasan setiap penggunaan ruang
dengan menggunakan software tertentu IDRISI, ERDAS, ErMapper, sehingga
25 akan memberikan gambaran yang lebih jelas dalam peruntukan ruang sesuai
dengan daya dukung ruang pada wilayah pesisir dan lautan. Dan kelima, memudahkan perencanaan dalam melakukan pemetaan manual maupun digital,
sehingga akan menghasilkan peta yang lebih akurat dalam perencanaan tata ruang di wilayah pesisir dan lautan.
Beberapa cara untuk mengintegrasikan indraja dengan SIG dikemukakan oleh Campbell 1997 adalah :
1. Foto udara dan hasil photography dari citra satelit setelah diolah dan diklasifikasikan dintepretasikan secara manual dan dijadikan peta tematik seperti
: penutupan lahan, dapat didigitasi kedalam SIG 2. Data digital INDERAJA dianalisis dan diklasifikasikan secara digital, output
dari proses tersebut berupa peta konvensional kemudian didigitasi ke dalam SIG 3. Data digital dianalisis dan diklasifikasikan dengan menggunakan metode
digital otomatis dan hasilnya langsung dapat ditransfer ke dalam SIG. 4. Data mentah hasil INDERAJA dimasukkan langsung ke dalam SIG apabila
terdapat perangkat lunak yang dapat menganalisis data citra dan SIG sekaligus Aplikasi SIG sudah banyak digunakan untuk pengelolaan penggunaan
lahan dibidang pertanian, kehutanan, serta pembangunan pemukiman penduduk dan fasilitasnya transportasi. Hanya dalam beberapa tahun penggunaan SIG
telah tersebar luas pada bidang ilmu lingkungan, perairan, dan sosial ekonomi. SIG juga telah digunakan dibidang militer, pemodelan perubahan iklim global dan
geologi, terutama dengan menggunakan SIG tiga dimensi Cara yang terbaik untuk integrasi INDERAJA dan SIG adalah proses
digital dan transfer data diantara kedua sistem tersebut. Penelitian yang menggunakan data inderaja yang dioleh secara digital, otomatis, intepretasi dan
analisis data citra belum dapat diterima seutuhnya pada tingkatan ketelitian yang diperlukan SIG. Banyak penelitian masih difokuskan pada aspek pemerosesan
digital seperti minimalisasi distorsi dan kesalahan selama transformasi data, teknik otomatisasi yang lebih baik untuk mengintepretasi dan meningkatkan
ketelitian pada proses klasifikasi David and Simon ; Davis et al., 1991
26 Tabel 2 Beberapa aplikasi SIG di wilayah pesisir khususnya dibidang perikanan
APLIKASI KETERANGAN
1. Pengelolaan Lahan
Pembuatan beberapa profil DAS di areal kehutanan, lahan budidaya, daerah permukiman, perubahan garis pantai, tanah
payau, tanah pasir dengan kemiringan 3-6 dan parameter lain dengan memperkirakan sumber air.
2. Pengelolaan habitat air
tawar Studi kasus dalam analisis dampak pencemaran. Membangun
basis data untuk habitat potensial, data atribut dari kondisi habitat dan aliran arus, DAS, lokasi pembuangan bahan
pencemar. Menggambarkan dampak di bagian hilir sungai terhadap potensi kehilangan produksi ikan. Analis habitat yang
terpengaruh oleh bahan pencemar, dan konversi areal habitat untuk pemiliharaan ikan
3. Pengelolaan habitat laut
Membangun basis data untuk beberapa data atribut. Membangun kriteria untuk model kesesuaian habitat dengan
menggambarkan hubungan antara variabel spasial. Overlay peta untuk memproduksi data yang dihasilkan.
4. Potensi Pengembangan
budidaya Dalam penentuan lokasi untuk sesuai dengan budidaya udang
diperlukan beberapa data, antara lain ; salinitas, jenis tanah, pola curah hujan, penggunaan lahan mangrove dan non-
mangrove. Data yang digunakan merupakan parameter- parameter lingkungan dan infrakstruktur yang tersedia,
penggunaan lahan, jenis tanah, hidrologi, geomorfologi pantai dan karakteritik meteorologi. Sedangkan untuk lokasi yang
sesuai untuk pembenihan udangdan ikan data yang diperlukan adalah sebagai berikut : kualitas air, pola penggunaan lahan,
jarak dari sumber air, geomorfologi dan jarak dari tambak
5. Studi Sumberdaya
wilayah Pesisir Identifikasi variabel sosial ekonomi yang terpengaruh akibat
pembangunan diwilayah pesisir. Data yang digunakan adalah populasi, ketenagkerjaan, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, infrakstruktur dan fasilitas umum.
6. Studi indeks kepekaan
lingkungan Klasifikasi P. Sumatera bagian timur dan jawa barat bagian
utara, kedalam 5 kelas tingkat kepekaan lingkungan terhadap pencemaran minyak
7. Perencanaan di wilayah
pesisir Berdasarkan karakteristik biofisikekologi dari wilayah pesisir
dibandingkan dengan kriteria kebutuhan biofisik untuk berbagai kegiatan pembangunan. Wilayah pesisir Kalimantan
Timur dapat dibagi menjadi beberapa tipe kegiatan pembangunan seperti pemukiman, sawah,
tambak, pertambangan dan padang penggembalaan.
Sumber : Dahuri et al., 1996 Memadukan berarti ‘menyatukan’ memberikan implikasi adanya kesatuan
dan konsistensi dalam pengolahan data mulai dari awal sampai akhir, yang mempertimbangkan adanya masalah ketidakkompitebelan antar data yang
disebabkan oleh bentuk, struktur asli serta sifat-sifatnya. Memadukan indraja dan
27 SIG sudah lama menjadi masalah, sehubungan dengan adanya perbedaan struktur
dan karakteristk data yang diperoleh melalui prosedur yang berbeda-beda Terdapat beberapa keuntungan pada kombinasi pengunaan INDERAJA
dan SIG pada pengolahan informasi untuk studi Davis and Simonet 1991 ; Davis et al, 1991 yaitu :
1. Data INDERAJA dapat digunakan dengan cepat pada saat memperbaharui peta, khususnya pada data hasil survey lapang yang lambat dan belum tentu
selesai pada selang waktu proyek. 2. Basis data dan SIG dapat menyediakan data tambahan untuk membantu dalam
klasifikasi atau analisis data INDERAJA, dengan demikian dapat meningkatkan ketepatan peta yang dihasilkan. Sebagai contoh penambahan data seperti
topography, geologi tanah, dan sebagainya, dapat berguna sebagai penunjuk yang vital bagi intepretasi penutupan lahan dibandingkan respon dari informasi spektral
data INDERAJA. 3. Data INDERAJA sangat bermanfaat sekali apabila dikombinasikan dengan
SIG dari sumber data lainnya, atau citra dari berbagai waktu dan spektrum yang berbeda disajikan secara bersama-sama. SIG memiliki fasilitas untuk menerima
integrasi dari berbagai format data. Pekerjaan dengan SIG membutuhkan data, khususnya data spasil yang teliti, penutupan spektral dan temporal untuk analisis
dan pemodelan fenomena-fenomena alami yang kompleks dan INDERAJA dapat memberikan semua tuntutan data tersebut
2.7 Wisata Pantai
“Wisata” merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokan menjadi 2
dua yaitu wisata pantai dan wisata laut bahari. Wisata pantai lebih mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat, sedangkan wisata laut
bahari lebih mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air lautnya Yulianda, 2007.
Kota Makassar mempunyai potensi dan daya tarik pariwisata yang cukup banyak dan dapat dikembangkan 81 objek. Objek-objek tersebut adalah objek
wisata pulau, sungai dan pantai 26 objek, objek wisata budaya dan sejarah 11
28 objek, objek wisata pendidikan 8 objek dan fasilitas olahraga 5 objek. Diantara
objek-objek tersebut, yang masih sangat minim dan kurang dikembangkanadalah objek wisata pulau, sungai dan pantai, padahal objek tersebut memiliki potensi
yang sangat tinggi. Kota Makassar mempunyai potensi pariwisata yang potensial, karena wilayahnya berada di dataran dengan ketinggian 0-25 m dengan panorama
alam yang indah,terutama di sepanjang pantai dengan beberapa pulau pulau kecil, sehingga mempunyai berbagai potensi pariwisata perairanbahari cukup banyak.
Pemda Makassar, 2004 Untuk Pariwisata Alam seperti pantai banyak dijumpai di daerah ini
sehingga Kota Makassar menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata alam dan wisata sejarah karena kota Makassar
dahulu dikenal dengan kota maritim dan niaga, bahkan bandar terbesar pada saat itu, maka akan sulit kita melepaskan antara Kota Makassar dengan Sejarah,
budaya, maritim dan religius. Beberapa lokasi wisata antara lain adalah Benteng fort Rotterdam, makam Pangeran Diponegoro, Makam Raja raja Tallo,
Perkampungan multi etnis, dan objek wisata lainnya. Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi tersebut adalah :Kurangnya sarana dan
infrastruktur pendukung pariwisata, masih kurangnya promosi, masih kurangnya kerjasama dalam pengelolaan objek-objek pariwisata. seperti halnya potensi pada
11 pulau di kota Makassar yaitu : Pulau Kayangan, Lae-lae, Barang Lompo, Barang Caddi, Kodingareng Lompo, Kodingareng Keke, Bone Tambung,
Lanjukang, Langkai, Lumu-lumu, yang keseluruhannya seluas 1,4 Km2. Pemda Makassar, 2004
Luas wilayah Kota Makassar adalah 175,77 km2 yang terdiri atas 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Makassar berbatasan langsung dengan Selat
Makassar, mempunyai garis pantai sepanjang 32 Km serta mencakup 11 pulau dengan luas keseluruhan 178.5 Ha atau 1,1 dari luas wilayah daratan. Dengan
kondisi geografis yang demikian, maka prospek pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan dengan melakukan eksplorasi terhadap potensi kelautan dan
perikanan, harusnya sangat kondusif bagi peningkatan investasi. Seperti diketahui bahwa pembangunan kelautan merupakan upaya pemanfaatan sumberdaya alam
dan konservasi sumberdaya di kawasan pesisir dan laut di bidang perikanan
29 dengan tujuan pelesrtarian, pengendalian dan pengawasan sumber daya hayati dan
non hayati daerah pesisir, pantai, laut dan pulau-pulau kecil. Hal ini di dorong oleh berbagai faktor yang mempengaruhi ekosistim pesisir, laut dan pulau-pulau
kecil yang terjadi di Kota Makassar seperti terjadinya tekanan pemanfaatan lahan dan ruang serta SDA yang ada diwilayah tersebut secara tidak terkendali, terhadap
ekosistim wilayah pesisir. Sasaran pembangunan kelautan dan perikanan meliputi terciptanya pemanfaatan, perlindungan, pengendalian dan pengawasan
sumberdaya kelautan dan perikanan dalam menjaga kelestarian ekosistim pesisir,laut dan pulau-pulau kecil sekaligus meningkatkan taraf hidup
nelayanmasyarakat pesisir, terciptanya penataan ruang kawasan pesisir yang akan mendorong pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan, berwawasan
lingkungan dan berbasis masyarakat guna mencegah dan menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mewujudkan pengembangan pariwisata bahari.
Pemda Makassar, 2004 Dalam pengelolaan ekowisata, kegiatan pembangunan akan tetap berlanjut
apabila memenuhi tiga prasyarat daya dukung lingkungan yang ada. Pertama, bahwa kegiatan ekowisata harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik
ekologis sesuai dengan kebutuhan dengan kegiatan ini. Kedua, jumlah limbah dari kegiatan ekowisata dan kegiatan lain yang dibuang kedalam lingkungan
pesisirlaut hendaknya tidak melebihi kapasitas asimilasi atau kemampuan suatu sistem lingkungan dalam menerima limbah tanpa terjadi indikasi pencemaran
lingkungan. Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat pulih hendaknya tidak melebihi kemampuan pulih sumber daya tersebut dalam
kurun waktu tertentu Dahuri, 1993. Sebaiknya untuk menjaga keberlanjutan dari pengelolaan ekowisata maka lingkungan harus bebas dari limbah, artinya
tidak diberikan ruang untuk terjadinya pencemaran di daerah wisata Selanjutnya Fandeli 2000 menyatakan bahwa terdapat beberapa usaha
yang dapat meningkatkan daya tarik wisata, usaha yang demikian ini antara lain: 1. Usaha sarana wisata, penyewaan peralatan renang, selam, selancar, dan
sebagainya. 2. Usaha jasa, jasa pemandu wisata dan jasa biro perjalanan.