Fosfat PO4 Hubungan Pencemaran Perairan dan Perikanan
101
kawasan untuk kegiatan wisata rekreasi adalah 6 jamhari dan waktu yang dihabiskan oleh setiap pengunjung 3 jamhari Julianda 2007 maka daya
dukungnya adalah sebagai berikut: Pulau kayangan 15 orang;Pulau Lae-lae 53 orang; Tanjung Bayam, Tanjung Bunga dan Akarena 162 orang; pantai Losari 137
orang; Pantai Barombong 47 orang. Daya dukung untuk wisata pantai dapat dilihat pada tabel 18:
Selain dari sisi ekologis dari lingkungan pantai, akatifitas dari wisata pantai juga mestinya ditinjau dari tingkat kenyamanan dari wisata atau wisatawan
itu sendiri terhadap lingkungan Somerville et al. 2003 dalam Laapo 2010 menyatakan bahwa selain karakteristik fisik pantai berpasir, kesesuaian wisata
pantai juga memerlukan pengukuran terhadap estetika kebersihan kesehatan pantai dari sisi unsur yang dapat menyebabkan penyakit bagi turis. Terkait dengan
kesehatan pantai tersebut, diperlukan 7 tujuh parameter khusus yakni sisa-sisa kotoran rumah tangga, sampah dengan zat berbahaya ada unsur melukai,
misalnya pecahan kaca, sampah ukuran besar pohon, sampah umum kertas, botol dan lainnya, sampah berbahan bakar minyak, feces, dan sampah bentuk
lain. Lokasi dan kemampuan daya dukung wisata dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15 Lokasi dan daya dukung untuk wisata pantai
No Lokasi
Panjang Pantai m
Daya dukung oranghari
1 Pulau Kahyangan 373,38
15 2 Pulau Lae-lae
1.325,32 53
3 Pantai Tg Bayam, Tg bunga dan Akarena 4.058,28
162 4 Pantai Losari
3.434,75 137
5 Pantai Barombong 1.181,97
47 Sumber : Data sekunder yang diolah 2010
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, L., 2006. Paradigma Social-Ecological System Dalam Pemulihan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Pasca Tsunami : Studi Kasus
Wilayah Pesisir Krueng Raya, Kabupaten Aceh barat, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Seminar 10 tahun PKSPL. Bogor 15
Agustus 2006
Allert, G. dan S.S. Santika, 1987. Metode penelitian air. Penerbit Usaha Nasional.Surabaya.
Arifin . 2001. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Pesisir dan arahan Pengembangan- nya bagi Pariwisata Bahari di Teluk Palu. Propinsi Sulawasi Tengah. Tesis.
Program Pascasarjana. IPB. Aronoff, S. 1989. Geographic Information System : A Management Prespective.
WDL Publication, Ottawa, Canada. Astirin, O.P, Setyawan, A.D., Harini, M. 2002. Keragaman Plankton sebagai
Indikator Kualitas Sungai di Kota Surakarta Biodiversitas Volume 3, Halaman: 236-241
Bakosurtanal, 1996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine. Kupang Nusa Tenggara Timur. Pusbina-Inderasig. Bakosurtanal.
Cibinong Bengen DG. 2002a. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau. Makalah disampaikan
dalam seminar sehari “Peluang Pengembangan Investasi Pulau-Pulau Kecil di Indonesia”, Hotel Indonesia, Jakarta 10 Oktober 2002.
Bengen DG. 2002b. Sinopsis, Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. PKSPL-IPB Bogor.
Bengen, DG., 2004. Ragam Pemikiran. Menuju Pembangunan Pesisir dan laut Berkelanjutan Berbasis Eko-sosiosistem. Pusat Pembelajaran dan
Pengembangan Pesisir dan Laut P4L. Bogor Bock, J.G. 2001. Towards participatory communal appraisal. Community
Development 362:146-153. Bohari, R. 2010. Model Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dan
Berkelanjutan di Pantai Kota Makassar Sulawesi Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2004. Makassar Dalam Angka 2010.Makassar.
Campbell, J.B. 1987. Introductiom to Remote Sensing. Guilford Press, New York.
Carver, S. Heywood, I., Cornelius, S., and Sear, D. 1996. Evaluation Field Based GIS For Environmental Characterization, Modeling and Decision
Support in GIS and Environmental Modelling. Progress and Research Issues. GIS World Book. USA