Beban Limbah Skenario Optimis

139 berdasarkan loading beban COD kesemuanya masih memungkinkan karena nilai kapasitas asimilasi masih diatas beban limbah yang masuk ke perairan. Berdasarkan nilai pada simulasi, total beban COD yang berasal dari semua aliran terlihat nilai negative mulai awal simulasi sampai akhir periode 10 tahun kedepan Gambar 50 Status keberlanjutan Perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah COD skenario optimis Gambar 51 Status keberlanjutan perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah NO 3 skenario optimis 140 Berdasarkan hasil simulasi model optimis, status keberlanjutan perikanan dan wisata untuk parameter NO 3 juga mempelihatkan bahwa kegiatan perikanan dan wisata dapat dimungkinkan dilakukan di semua aliran beban limbah tanpa terkecuali. Demikian juga halnya status keberlanjutan dengan parameter PO 4 juga memperoleh hasil yang sama yakni dalam kondisi berlanjut dimana hasil simulasi memperoleh nilai negatif untuk semua aliran sungai dan kanal baik pada awal maupun akhir simulasi Gambar 52 Status keberlanjutan perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah PO4 skenario optimis

6.6.3 Pencemaran dan nilai Kompensasi Skenario Optimis

Model skenario optmis jumlah penduduk sebagai sumber pencemar mengalami perubahan bila dalam skenario pesimis penduduk berubah mengalami peningkatan pada nilai pertumbuhan, pada skenario optimis pertumbuhan penduduk mengalami penurunan angka pertumbuhan dari 1,63 menjadi 1. Hasil simulasi menunjukkan bahwa jumlah penduduk mengalami pertumbuhan yang relatif kecil, pada awal simulasi jumlah penduduk adalah 1.274.732 jiwa meningkat tipis menjadi 1.415.027 jiwa pada akhir simulasi untuk 10 tahun kedepan. Jumlah ini merupakan gabungan dari total sumber pencemar yang terdiri dari penduduk kota Makassar sendiri ditambah dengan jumlah penduduk ‘tamu’ dari wisatawan yang menginap. Angka jumlah tamu diperoleh dari jumlah 141 kamar hotel yang ada di Makassar dengan rasio rata-rata tutupan kamar okupansi. Semakin tinggi jumlah sumber pencemar maka semakin tinggi pula pencemaran berupa limbah yang dihasilkan begitu juga sebaliknya Nilai kompensasi pada skenario model optimis mengalami peningkatan relatif tinggi, hal ini terjadi karena peningkatan atribut kinerja IPAL dari basis 30 menjadi 90. Hal ini dengan sendirinya akan memberikan beban biaya pada pengadaan dan operasionalisasi IPAL. Dalam skenario model pencemaran yang dibangun ini, IPAL dibiayai oleh penduduk sebagai sumber pencemar dengan prinsip setiap pencemar harus membayar atas setiap cemaran yang dihasilkan ke lingkungan agar tetap bersih Polluters must pay principle. Prinsip ini coba diterapkan dalam model pengelolaan pencemaran pantai Kota Makassar secara sederhana, karena mestinya pembebanan insentif lingkungan ini tidak diterapkan secara merata pada semua penduduk kerena setiap indivisdu mempunyai kontribusi yang berbeda-beda dalam mencenari lingkungan selain itu ada unsur industry yang tidak diterapkan dalam model. Gambar 53 Hasil simulasi nilai kompensasi terhadap manfaat perikanan dan wisata skenario optimis Pada negara yang telah menerapkan prinsip pajak insentif lingkungan terdapat perlakuan yang berbeda unuk setiap orang yang mencemari lingkungan, misalnya orangnya yang menggunakan mobil dengan sumber bahan bakar yang lebih ramah lingkungan akan dibebani pakak yang lebih ringan dibandingkan 142 dengan yang menggunakan mobil dengan emisi pencemaran yang lebih tinggi. Demikian juga untuk penggunaan barang-barang lainnya seperti air condition ac, kantong plastik dan sebagainya yang mengakibatkan cemaran yang lebih tinggi akan dibebani pajak yang lebih tinggi pula. Selain itu dalam ekonomi lingkungan terdapat istilah eksternalitas, dimana aktivitas seseorang akan memberikan dampak kepada orang lain atau lingkungan. Dalam konsep perhitungan juga dikenal perhitungan dengan memasukkan unsure kerusakan lingkungan sebagai bagian dari kalkulasi kelayakan usaha contohnya adalah ECBA extended cost benefit analysis . Unsur insentif dalam pengelolaan limbah yang dibebankan ke masyarakat mestinyanya dapat diterapkan, selain memberikan efek jera juga menimbulkan rasa keadilan antara yang mencemari lingkungan dengan yang tidak. Hasil simulasi model optimis dengan periode simulasi 10 tahun memperlihat hasil bahwa jumlah insentif dengan kinerja IPAL 90 memberikan beban yang cukup tinggi yakni Rp 2.395orgbln. pada awal simulasi menjadi Rp 2.028,-orgbln diakhir simulasi model. Jumlah insentif relatif lebih tinggi dari model basis maupun model skenario pesimis. Sementara hasil simulasi imbangan akan nilai insentif didapatkan nilai Rp 2.022blnorg menjadi Rp 25.046.074. Mengacu pada hasil simulasi tersebut, maka walaupun secara relatif lebih tinggi jumlah insentif yang dibayarkan masyarakat akan tetapi imbangan atas insentif tersebut diperoleh nilai imbangan yang sangat tinggi.

6.6.4 IPAL, Daya Dukung dan Keuntungan Ekonomi Skenario Optimis

Dalam skenario model optimis, nilai kinerja IPAL dialokasikan sebesar 90, juga dengan sendirinya kinerja IPAL juga meningkat dari 30 di model basis menjadi lebih tinggi Skenario ini merupakan kemungkinan maksimal dari kinerja IPAL. Peningkatan kinerja IPAL pada skenario model optimis akan memberikan dampak maksimal terhadap kinerja untuk dapat mengeliminir beban limbah yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar. Dengan pengurangan beban limbah yang maksimal oleh IPAL maka diharapkan daya dukung lingkungan perairan juga tetap terpelihara sesuai kinerja IPAL. Hasil simulasi model optimis dengan kinerja IPAL 90 menunjukkan bahwa biaya IPAL setiap 143 bulan adalah Rp 3.052.500.000,-bln. Biaya IPAL ini akan dibagi secara merata pada semua sumber pencemar dalam bentuk insentif. Gambar 54 Hasil simulasi nilai efektifitas IPAL terhadap nilai keuntungan dan manfaat perikanan dan wisata skenario optimis Dampak peningkatan kinerja IPAL adalah peningkatan daya dukung lingkungan akan aktivitas wisata dan perikanan. Berdasarkan hasil simulasi model dengan skenario optimis memperlihatkan bahwa nilai keuntungan perikanan dan wisata mengalami peningkatan yakni Rp 5.325.066.245bln diawal simulasi, kemudian terakumulasi menjadi sekitar 639 milyar rupiah diakhir simulasi 10 tahun ke depan. Jadi bila dikaji nilai investasi IPAL 407 milyar dan keuntungan IPAL dari aktivitas perikanan dan wisata terdapat selisih keuntungan yang cukup tinggi. Selain keuntungan dari aktivitas wisata dan perikanan, keuntungan lainnya masih dapat diperoleh dari lingkungan perairan pesisir yang lebih bersih yang tidak dimasukkan dalam model. Selain itu pemerintah daerah juga memperoleh pemasukkan dari pajak dan ritribusi berupa PAD yang dipungut dari kedua aktivitas tersebut. Jadi pada prinsipnya pengadaan IPAL memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi dan operasionalsanya. Selain itu memberikan efek keberlanjutan bagi perikanan dan wisata di peraran pantai Kota Makassar