Status Keberlanjutan Perikanan dan Wisata Skenario Pesimis

132 model basis, yakni hanya sebesar Rp 437,-orang sementara pada model basis nilai imbangan insentif adalah Rp 1.153,-orangbln. Selanjutnya pada akhir simulasi nilai insentif yang diperoleh adalah 2.704.804orang juga lebih kecil dari model basis yakni total Rp 8.397.567,- . Walaupun demikian bila dibandingkan antara nilai kompensasi dan imbangan nilai insentif yang diperoleh penduduk, masih terdapat selisih nilai bersih yang menguntungkan. Pada awal simulasi nilai insentif adalah Rp 437,-orangbln dikurangi dengan nilai kompensasi yang dibayar penduduk sebesar Rp 266,-, masih terdapat keuntungan bersih sebesar Rp 171,-orangbln. Jadi terdapat banyak kehilangan nilai ekonomi yang cukup besar bila kinerja IPAL dioperasikan dengan rasio 30 pada model basis dengan 10 pada model pesismis

6.5.4 IPAL, Daya Dukung dan Keuntungan Ekonomi Skenario Pesimis

Sama halnya dengan model basis, penyusunan skenario pesimis hanya memberikan perubahan pada beberapa atribut. Beberapa atribut yang membedakan antara model basis dengan limbah akan mempengaruhi kinerja IPAL untuk memproses limbah yang masuk keperairan. Pengaruh penurunan kinerja IPAL akan mempengaruh tingkat daya dukung lingkungan perairan Makassar akan aktivitas perikanan dan wisata Dalam skenario model pesimis, nilai kinerja IPAL dialokasikan hanya sebesar 10. Skenario ini merupakan kemungkinan paling minimal dari kinerja IPAL. Akibat penurunan kinerja IPAL maka akan berakibat pada penurunan kemampuan untuk pengolahan limbah yang mengalir masuk ke perairan pesisir Kota Makassar. Daya dukung perairan secara logika juga akan mengalami penurunan, dan diskenariokan juga hanya sebesar 10 daya dukung lahan yang tersisa untuk aktivitas perikanan dan wisata. Nilai IPAL total dengan kinerja 10 yakni hanya 4,07 milyar sementara nilai kompensasi oleh masyarakat untuk membiayai IPAL juga mengalami penurunan Berdasarkan hasil simulasi model dengan skenario pesimis memperlihatkan bahwa nilai keuntungan perikanan dan wisata mengalami penurunan cukup besar yakni Rp 1.775.022.080,-bulan pada skenario basis menjadi hanya Rp 591.674.027bln pada awal simulasi dan kemudian menjadi Rp 71.000.883.264 menurun dari Rp 213.002.649.792,-bln pada akhir periode. 133 Selain nilai keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat atau pelaku usaha pada bidang perikanan dan wisata, pemerintah juga dapat memperoleh pemasukan berupa pajak yang dipungut sebesar 10 dari tingkat keuntungan usaha dengan asumsi yang digunakan dalah pajak PPh atau pajak penghasilan. Nilai Pendapatan daerah dari hasil simulasi adalah Rp 88.751.104,-bln Gambar 44 Hasil simulasi nilai efektifitas IPAL terhadap nilai keuntungan dan manfaat perikanan dan wisata skenario pesimis

6.6. Skenario Optimis

Skenario optimis dalam penelitian adalah suatu skenario kebijakan pengelolaan pencemaran pesisir kota Makassar yang dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan dari perikanan dan wisata. Selain itu skenario ini mempertimbangkan kemampuan pemerintah dalam hal ini pemerintah kota Makassar untuk menjalankan program-program tersebut. Skenario optimis disusun dengan merubah berbagai atribut penting yang bisa menjadi pemicu bagi pengelolaan pencemaran. Perubahan nilai atribut model pengelolaan pencemaran skenario optimis diantaranya adalah penurunan nilai pertumbuhan penduduk sebagai sumber pencemar dari 1,63tahun menjadi 1tahun, peningkatan kinerja IPAL dari 30 menjadi 90, serta penurunan tingkat konsentrasi parameter pencemar rata-rata 50 dari nilai pada basis model

6.6.1 Beban Limbah Skenario Optimis

Skenario model optimis dibangun agar diharapkan hasil yang lebih baik bagi pengelolaan beban limbah yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar. 134 Dengan melakukan perubahan pada atribut yang menyebabkan penurunan beban limbah maka hasil yang diharapkan dapat tercapai. Perubahan pada berbagai atribut pada model dilakukan tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya kemampuan pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah untuk dapat melaksanakan baik berupa kebijakan ataupun program pembangunan. Untuk dapat mengurangi angka sumber pencemar penduduk tentu dapat dilakukan dengan program pengendalian penduduk diantaranya Keluarga Berencana, sedangkan peningkatan kinerja IPAL dapat dilakukan dengan pembangunan IPAL baru dengan kapasitas yang lebih besar dari yang telah ada. Gambar 45 Hasil simulasi beban limbah BOD 5 Hasil simulasi beban limbah pada skenario optimis bagi parameter- parameter yang dijadikan acuan diperoleh hasil akhir yang berbeda-beda. Peningkatan kinerja IPAL, penurunan konsentrasi parameter perkapita, serta penurunan jumlah pertumbuhan pencemar sangat mempengaruhi hasil akhir running model. Nilai parameter BOD5 yang diperoleh dari hasil simulasi mengalami penurunan secara drastis. Total beban limbah BOD yang bermuara dipantai Kota Makassar pada skenario optimis hanya tersisa 15.168 tonbln sementara pada skenario basis 25.596 tonbln. Jadi terjadi penurunan beban limbah total mendekati setengah beban pada model basis. Beban limbah terbesar masih dari aliran limbah pada Sungai Jenneberang mengingat debit air sungai Skenario optimis 135 yang relatif lebih tinggi dari aliran sumber pencemaran lainnya. Kontribusi terkecil berasal dari aliran limbah pada Kanal Benteng Gambar 46 Hasil simulasi beban limbah COD Skenario optimis Simulasi model skenario optimis untuk beban limbah COD juga memperlihatkan penurunan drastis. Beban limbah total COD pada awal simulasi 125.390 tonbln menjadi 59.902.200 ton pada akhir simulasi. Peranan IPAL untuk menurunkan beban limbah yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar terlihat jelas pada gambar grafik simulasi untuk semua jenis aliran, pada bulan awal semulasi terlihat curam akibat adanya pengurangan oleh IPAL Kontribusi beban limbah sama dengan skenario basis dikarenakan perubahan atribut seperti IPAL, jumlah pencemar dan konsentrasi dilakukan dengan perubahan yang sama untuk semua aliran limbah.sungai maupun kanal. Loading beban limbah terbesar oleh Sungai Jenneberang dan sungai Tallo sementra terendah Kanal Benteng dan Kanal Haji Bau Perubahan atribut pada skenario optimis juga memberikan dapak penurunan beban limbah secara umum pada semua aliran beban limbah NO3. Hasil simulasi model optimis untuk konsentrasi beban limbah NO3 pada pesisir kota Makassar memperlihatkan hasil yang relatif hampir sama dengan parameter lain. Loading beban NO3 memperlihatkan besaran yang berbeda-beda. 136 Gambar 47 Hasil simulasi beban limbah NO 3 Kontribusi terbesar masih dari aliran beban limbah pada sungai Jenneberang selanjutnya berturut-turut Kanal Panampu, Sungai Tallo, Kanal Jongaya, Kanal H Bau dan Kanal Benteng. Terdapat sedikit perbedaan besaran loading beban antara Kanal Panampu dan Sungai Tallo, walaupun debit Sungai Jenneberang lebih tinggi tetapi memiliki konsentrasi limbah aliran yang lebih rendah dari Kanal Panampu. Skenario optimis Hasil simulasi beban limbah PO 4 total pada skenario optimis diperairan pesisir Kota Makassar adalah tersisa hanya 677,54 tonbln menurun tajam dari 1.565 tonbln pada model basis, sementara pada akhir periode simulasi 10 tahun kedepan jumlah beban limbah PO 4 adalah 94.748 ton menurun jika dibandingkan dengan skenario basis 663.391 ton. Aliran limbah PO 4 terbesar berasal dari Sungai Jenneberang dan terendah oleh Kanal Haji Bau. Variasi beban limbah pada airan beban dikarenakan tingkat konsentrasi parameter dan debit aliran yang berbeda-beda. Jadi secara umum beban limbah PO 4 mengalami penurunan yang diakibatkan oleh kinerja IPAL yang meningkat dari 30 pada model basi menjadi 90 pada skenario optimis, selain dari faktor IPAL penurunan jumlah pencemar penduduk turut memberikan pengaruh pada total beban limbah bukan saja pada konsentrasi PO 4 tetapi pada semua parameter yang dijadikan acuan pada model yang dibangun