Sejarah Usaha Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

50 Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 Jenis Pekerjaan Jumlah penduduk Jiwa Persentase Petani Tanaman Pangan 535 24,0 Peternak 66 3,0 Perikanan 111 5,0 Perkebunan 89 4,0 Pedagang 245 11,0 TNIPolri 2 0,1 PNS 17 0,8 Jasa 312 14,0 Buruh Tani 223 10,0 Lain-lain 631 28,3 Total 2231 100,0 Sumber : Data kependudukan Kecamatan Ciawi 2009 Berdasarkan Tabel 8 tersebut terlihat bahwa penduduk di Desa Citapen yang bermata pencaharian sebagai peternak adalah sebanyak 66 jiwa atau tiga persen dari total jumlah penduduk Desa Citapen. Maka sektor ini merupakan peluang yang terbuka bagi penduduk untuk usaha dalam sektor peternakan karena masih sedikit penduduk yang bermatapencaharian sebagai peternak.

5.2 Sejarah Usaha

Usaha peternakan milik Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan domba dan kambing. Pada awalnya Bapak Sarno bukanlah peternak domba dan kambing akan tetapi bekerja di peternakan ayam potong di Desa Cibedug sebagai karyawan selama tiga tahun. Selama bekerja di peternakan ayam potong, Bapak Sarno terus belajar dan menekuni pekerjaannya sehingga ia diangkat menjadi pengawas peternakan dan merangkap sebagai penanganan obat-obatan untuk ternak ayam. Walaupun jabatan Bapak Sarno meningkat, akan tetapi menurutnya ia tidak mengalami kemajuan karena tetap saja bekerja pada usaha orang lain. Bapak Sarno memiliki cita-cita ingin mandiri dengan memiliki sebuah peternakan. Oleh karena itu Bapak Sarno berhenti bekerja di peternakan ayam potong tersebut. Pada tahun 1991 Bapak Sarno memutuskan mengontrak rumah di Desa Citapen dengan luas 200 meter persegi. Di sinilah Bapak Sarno memulai usahanya dengan 51 modal sendiri mendirikan kandang dan membeli sepuluh ekor bakalan domba dan kambing untuk di budidayakan. Pada awal pegembangan usahanya, Bapak Sarno mengalami kekurangan modal. Bapak Sarno ingin memperbanyak jumlah ternaknya akan tetapi modal yang dimiliki terbatas. Maka Bapak Sarno berinisiatif memaruhkan ternaknya ke orang lain agar ternaknya cepat berkembang tanpa harus mengeluarkan biaya lagi. Dari tiga ekor yang diparuhkan, ternak domba tersebut selama setahun menghasilkan sepuluh ekor domba. Hasil ini dibagi dua oleh Bapak Sarno dengan pembagian lima ekor untuk yang mengurus ternaknya dan lima ekor lagi untuk Bapak Sarno. Semakin lama jumlah domba dan kambing Bapak Sarno semakin banyak hingga ratusan ekor dan usahanya semakin berkembang. Bapak Sarno juga melihat ada peluang untuk usaha penggemukan domba dan kambing. Hal ini terlihat dari penjualan domba dan kambing yang terus meningkat terutama pada saat Hari Raya Idul Adha. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini Bapak Sarno telah memiliki kandang domba yang berkapasitas 150 ekor dan pada saat ini membangun kandang baru dengan kapasitas 120 ekor.

5.3 Lokasi Usaha