19 atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga susu maupun kenaikan
biaya variabel. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin berisiko. Perbandingan switching value pada usaha
Peternakan Unggul yaitu skenario II lebih peka atau sensitif dibandingkan skenario I, hal ini dikarenakan pada skenario II kemampuan usaha kambing perah
PE dengan kapasitas kandang sebanyak 50 ekor ternak kambing dan kemampuan investasi awal sebanyak 21 ekor, penerimaan outflow yang dikeluarkan lebih
besar dibandingkan inflow yang dihasilkan sehingga kurang efisien menggunakan biaya investasi yang ditanamkan.
2.3 Penelitian yang Akan Dilakukan
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak
pada alat analisis yang digunakan, dimana penelitian yang akan dilakukan mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan
Kambing di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini menggunakan analisis studi kelayakan bisnis yang meliputi
beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan. Persamaan lainnya dengan
penelitian yang telah dilakukan Fitrial 2009, Rosid 2009 dan Widodo 2010 yaitu melakukan analisis nilai pengganti switching value untuk mengetahui
kekuatan perusahaan dengan kondisi yang berubah-ubah. Oleh karena itu penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi mengenai alat analisis yang
digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya
yaitu perbedaan lokasi penelitian dimana penelitian ini akan dilakukan di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan membandingkan kondisi peternakan sebelum dan sesudah pengembangan dengan menganalisis dari
beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan ekonomi, lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial yang akan dibagi menjadi dua
yaitu kondisi peternakan pada awal sebelum pengembangan dan kondisi
20 peternakan pada saat pengembangan yaitu penambahan kambing dan domba serta
pembangunan kandang baru. Disamping itu secara teknis ditambahkan teknologi yaitu kandang yang dibangun disesuaikan dengan ukuran untuk domba dan
kambing, serta antara domba dan kambing dipisahkan. Pada aspek finansial untuk menilai kelayakan usaha, umumnya semua
peneliti menggunakan alat analisis yang sama yaitu kriteria investasi seperti Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Internal Rate of Return
IRR dan Payback Period PP. Pada aspek finansial kelayakaan suatu usaha dapat ditentukan dengan hasil keluaran nilai dari kriteria investasi tersebut, karena
kriteria tersebut memiliki nilai yang baku dan telah ditentukan nilai kelayakannya. Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dikatakan layak
yang artinya usaha tersebut menguntungkan atau memberikan manfaat apabila nilai NPV0, Net BC1, IRR lebih besar dari Discount Rate DR, dan PP lebih
kecil dari umur usaha. Dengan demikian peneliti dapat menilai apakah usaha yang diteliti layak atau tidak untuk dijalankan. Namun pada aspek nonfinansial tidak
ada nilai yang baku untuk menilai apakah aspek-aspek nonfinansial layak atau tidak untuk dijalankan. Akan tetapi ada beberapa kriteria-kriteria aspek
nonfinansial yang dapat menilai apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya umumnya hanya memaparkan keadaan atau mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Namun
pada penelitian yang dilakukan, peneliti mencoba untuk memberikan kriteria kelayakan aspek nonfinansial ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Kriteria kelayakan aspek nonfinansial setiap usaha berbeda-beda, setiap usaha
memiliki kriteria kelayakan aspek nonfinansial masing-masing berdasarkan jenis usahanya. Walaupun nilainya tidak baku akan tetapi kriteria kelayakan dapat
dipenuhi. Pada aspek pasar kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan
kambing milik Bapak Sarno dilihat dari peluang pasar dan strategi bauran pemasaran produk, harga, tempat, promosi. Aspek pasar dikatakan layak apabila
peluang pasar usaha penggemukan domba dan kambing menunjukkan peluang
21 yang tinggi atau permintaan lebih besar dari penawaran ternak domba dan
kambing. Produk yang ditawarkan merupakan produk yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen dan sesuai dengan permintaan konsumen. Produk juga
memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Untuk harga, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno harus
sesuai dengan produk yang ditawarkan dan memiliki harga bersaing dengan peternak lainnya. Tempat penjualan mudah ditemukan oleh konsumen sehingga
konsumen tidak mengalami kesulitan untuk membeli domba maupun kambing. Promosi juga harus dilakukan untuk meningkatkan jumlah penjualan sehingga
memperoleh keuntungan yang tinggi pula. Pada aspek teknis usaha penggemukan domba dan kambing, kriteria
kelayakan usaha akan dilihat dari lokasi usaha apakah sesuai dengan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, serta fasilitas
transportasi. Selain itu juga pemilihan lokasi dilihat dari hukum dan peraturan yang berlaku seperti adanya ijin bangunan. Keadaan iklim yang mendukung untuk
usaha penggemukan domba dan kambing, sikap masyarakat setempat adat istiadat yang mendukung atau tidak dengan adanya usaha penggemukan domba
dan kambing milik Bapak Sarno serta rencana masa depan usaha apabila melakukan perluasan atau pengembangan usaha apakah masih memungkinkan
untuk dilaksanakan di tempat yang sama. Jumlah
produksi penggemukan
domba dan
kambing juga
dipertimbangkan, apakah permintaan telah diketahui terlebih dahulu sehingga jumlah ternak yang akan digemukkan diketahui. Tersedianya kapasitas kandang
dan peralatan yang dibutuhkan. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja mengelola peternakan serta adanya perubahan teknologi yang dapat mendukung usaha
penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno. Proses produksi juga diperhatikan dimulai dari datangnya bakalan domba dan kambing ke kandang
hingga domba dan kambing tersebut dijual ke konsumen. Selain itu, layout usaha juga diperhatikan sehingga proses penggemukan domba dan kambing mudah
untuk dilakukan, penggunaan lahan yang optimal dan memungkinkan dengan mudah jika usaha melakukan pengembangan.
22 Pada aspek manajemen, kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah
pelaksanaan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, manajemen bentuk organisasi, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan yang
dilakukan tiap-tiap jabatan. Sedangkan untuk aspek hukum, hal yang akan dianalisis adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan yang berkaitan dengan
kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti
bank. Pada aspek ekonomi usaha penggemukan domba dan kambing kriteria
kelayakan usaha yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah
dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah
pengangguran. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan usaha pada penggemukan
domba dan kambing yang dilihat adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah, air dan sekitarnya,
apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.
Adanya kriteria atau indikator kelayakan usaha pada aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial
ekonomi dan aspek lingkungan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, maka penelitian ini dapat melengkapi kekurangan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Fitrial 2009, Rosid 2009 Widodo 2010, dan Dodo 2007, yang hanya
mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Dengan adanya kriteria tersebut maka peneliti dapat menilai apakah usaha penggemukan domba dan kambing tersebut
layak atau tidak apabila ditinjau dari aspek nonfinansial.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis