Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis

15 menggunakan tambahan konsentrat dedak. Sedangkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan kontrol tidak menggunakan pakan tambahan. Pemberian konsentrat pada pengemukan domba dan kambing tidak selamanya menguntungkan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pakan tersebut lebih banyak dibandingkan hasil yang didapat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Dodo 2007 yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif. Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Harapan Mekar, Situ Gede, Bogor, Jawa Barat. Kelompok tani Harapan Mekar memiliki 76 kelompok peternak kambing. Hasil analisis non- finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 0,005. Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 0,005.

2.2 Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing telah banyak dilakukan. Namun pada peternakan Bapak Sarno belum pernah dilakukan sebelumnya. Deskripsi tentang studi terdahulu diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang sama yaitu tentang analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing, baik berupa pengembangan maupun evaluasi usaha yang telah dijalankan. Penelitian tentang kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial 2009 pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara non finansial, aspek pasar dan manajemen layak untuk dijalankan. Sementara aspek lainnya seperti aspek teknis dan aspek hukum tidak terlalu dibahas secara keseluruhan. Berbeda dengan penelitian Widodo 2010 mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahawa usaha tersebut layak pada aspek non finansial. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara 16 permintaan dan penawaran. Untuk aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu menyerap tenaga kerja. Perbedaan ini dikarenakan aspek non finansial belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada penelitian yang dilakukan Rosid 2009 mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa PE. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung. Bila salah satu aspek kurang memenuhi kriteria kelayakan maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan untuk memenuhi kriteria kelayakan aspek nonfinansial. Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biaya- biaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsi-asumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cash flow perusahaan selama periode usaha. Dibuatnya aliran kas perusahaan kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi bertujuan untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan financial. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC dan Payback Period PP. Walaupun demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan juga mengakibatkan nilai yang didapat berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrial 2009, mengenai analisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm dengan umur ekonomis usaha selama lima tahun, tingkat diskonto 8,5 persen diperoleh nilai 17 NPV sebesar 359.346.744 rupiah, Net BC dan Gross BC sebesar 2,53, IRR sebesar 11,7 persen dan PP selama 1,5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo 2010 yang hanya memiliki produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net BC, PP dan BEP, usaha penggemukan domba pada Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu 31.615.070 rupiah, IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate sebesar 6,5 persen. Nilai Net BC lebih besar dari satu, yaitu 2,93. Payback Period PP yang diperoleh adalah sebesar 3,3 tahun atau sama dengan 3 tahun 3 bulan, dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai Break Even Point BEP usaha penggemukan domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak kambing melalui penelitian aksi partisipatif yang dilakukan oleh Dodo 2007, hasil analisis finansial pada penelitian ini menunjukkan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan yaitu nilai NPV 18.817.579 rupiah, nilai IRR 41,6 persen, dan nilai PP 2,4 tahun. Selain itu, usaha ini lebih menguntungkan jika diarahkan pada pinjaman semi komersial tanpa bunga, yaitu nilai Profit Margin 24,11 persen lebih besar dari nilai Profit Margin pada pinjaman komersial, yaitu 19,86 persen. Oleh karena itu, dalam perhitungan analisis kriteria investasi hanya dilakukan pada pinjaman semi komersial tanpa bunga. Untuk memenuhi kebutuhan investasi, modal dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada. Sumber dana yang dicari dapat dipilih, seperti menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman. Penggunaan masing-masing modal memiliki keuntungan dan kerugian. Hal ini dapat dilihat dari segi biaya, waktu, persyaratan untuk memperolehnya dan jumlah yang dapat dipenuhi. Penelitian mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa PE yang dilakukan oleh Rosid 2009 berbeda dengan Fitrial 2009 dan Widodo 2010, penelitian yang dilakukan oleh Fitrial dibagi menjadi 18 dua skenario. Skenario I modal sendiri dan pinjaman dan skenario II yaitu modal sendiri. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, usaha Peternakan Unggul berdasarkan dua skenario menunjukan bahwa skenario I dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net BC dan PP lebih menguntungkan dibandingkan dengan skenario II. Masing-masing nilai yang diperoleh yaitu NPV sebesar 359.966.477 rupiah, IRR sebesar 127 persen, Net BC sebesar 5,77 dan PP 2,01 tahun atau setara dengan dua tahun tiga hari. Skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah 57.872.694 rupiah, IRR sebesar 44 persen, Net BC sebesar 1,61 dan PP 6,88 tahun. Dalam beberapa penelitian analisis kelayakan usaha para peneliti melakukan analisis nilai pengganti switching value, analisis ini dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput penjualan. Fitrial 2009 melalui pendekatan nilai analisis switching value menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5,34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4,79 persen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodo 2007 berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak pada usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan delapan persen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo 2010 berdasarkan analisis switching value, penurunan volume penjualan pada peternakan Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3,695072 persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6,97746 persen. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan Rosid 2009, dengan menggunakan dua skenario. Analisis switching value pada skenario I diperoleh tingkat penurunan harga susu yang dapat ditolerir sebesar 30,16 persen dan kenaikan biaya yang dapat ditolerir sebesar 55,43 persen. Sedangkan skenario II diperoleh tingkat kepekaan terhadap penurunan harga susu kambing sebesar 13,03 persen. Peningkatan biaya variabel diperoleh sebesar 18,52 persen. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan skenario II lebih peka 19 atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga susu maupun kenaikan biaya variabel. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin berisiko. Perbandingan switching value pada usaha Peternakan Unggul yaitu skenario II lebih peka atau sensitif dibandingkan skenario I, hal ini dikarenakan pada skenario II kemampuan usaha kambing perah PE dengan kapasitas kandang sebanyak 50 ekor ternak kambing dan kemampuan investasi awal sebanyak 21 ekor, penerimaan outflow yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan inflow yang dihasilkan sehingga kurang efisien menggunakan biaya investasi yang ditanamkan.

2.3 Penelitian yang Akan Dilakukan