Korelasi CPUE dengan Kondisi Hidro-oseanografi Selatan Jawa
86
konsentrasi-a dengan CPUE total dilakukan dengan analisis spektral dan deret waktu digunakan untuk menentukan periode fluktuasi dan nilai puncak
densitas energi dari fluktuasi sebaran suhu, klrorofil-a dan CPU, sehingga dapat dilihat pola korelasinya. Gambaran mengenai pola fluktuasi antara
variabel tersebut di sajikan pada Gambar 18.
Gambar 18 Sebaran temporal suhu permukaan laut SST, klorofil-a, dan CPUE tahun 2005-2010.
Dari Gambar 18, diperoleh gambaran bahwa berdasarkan analisis spektral dan deret waktu di atas menunjukkan bahwa antara SST, klorofil-a dan
CPUE mengalami fluktuasi yang sama. Fluktuasi terjadi setiap periode 12 bulan dan setiap 6 bulan ada periode puncak dan bawah. Kejadian dari
fluktuasi tersebut memiliki pola yang sama dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Periode yang nyata dari ke tiga variabel tersebut terjadi pada waktu yang relatif
bersamaan, yaitu pada bulan Januari 2005 hingga 2006, SST secara gradual naik, pola ini diikuti dengan naiknya konsentrasi klorofil-a, puncaknya pada
sekitar bulan Maret, selanjutnya menurun secara gradual hingga bulan Juli. Pada bulan Juli terjadi limit bawah dan mengikuti deret waktu menaik kembali
hingga bulan Oktober, dan perlahan menurun kembali pada bulan Februari tahun 2006. Sebaliknya untuk CPUE pada saat SST naik, CPUE Madidihang
menurun. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa CPUE dan klorofil-a berkorelasi negatif dengan SST, sedangkan konsentrasi klorofil-a
dengan CPUE berkorelasi positif. Hal ini akan lebih jelas pada pengujian
87
korelasi silang antara CPUE dengan sebaran klorofil-a, CPUE dengan SST, dan SST dengan klorofil-a.
Fluktuasi dari ketiga variabel tersebut seiring dengan pola musim musim yang terjadi di perairan selatan Jawa, khususnya di Jawa Timur. Angin muson
tenggara Juni-Agustus membawa udara kering dan dingin dari Benua Australia menyebabkan suhu permukaan laut di selatan Jawa Timur cenderung
lebih dingin dibandingkan pada musim angin muson barat laut, serta terjadinya upwelling
di selatan Jawa Timur yang membawa massa air lapisan bawah yang lebih dingin ke permukaan. Pada saat terjadinyta upwelling tersebut, banyak
unsur hara yang terbawa ke permukaan perairan, sehingga biomassa fitoplankton, konsentrasi klorofil-a meningkat. Sebaliknya pada saat angin
muson barat laut Desember-Februari udara hangat dan lembab dari Benua Asia menyebabkan suhu permukaan laut di selatan Jawa lebih hangat. Selain
itu, massa air Arus Pantai Jawa APJ yang bergerak ke timur membawa massa air hangat dari bagian tropis di barat Samudera Hindia. Dengan demikian,
sebaran konsentrasi klorofil-a di selatan Jawa Timur berkaitan dengan proses upwelling
dan downwelling. Pada saat upwelling di musim timur konsentrasinya cenderung meningkat dan sebaliknya menurun pada saat
downwelling di musim barat, sehingga dalam periode satu tahun akan
meningkat pada pertengahan tahun dan selanjutnya menurun pada awal tahun. Sebaran temporal CPUE menunjukkan pola yang serupa dengan pola
konsentrasi klorofil-a di selatan Jawa walaupun berbeda intensitasnya. Hal ini diduga berkaitan dengan tingginya kelimpahan ikan kecil yang merupakan
mangsa Madidihang di rumpon sebagai fishing ground. Dengan demikian, secara umum variasi tahunan suhu permukaan, klorofil-a dan CPUE adalah
mengikuti pola angin muson, yaitu pada musim timur dimana suhu permukaan laut menurun dan konsentrasi klorofil-a meningkat, jumlah hasil tangkapan
CPUE Madidihang juga meningkat, dan sebaliknya pada musim barat dimana suhu permukaan laut meningkat dan konsentrasi klorofil-a menurun, jumlah
hasil tangkapan CPUE Madidihang menurun.
88