Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

202 keuntungan kepada pelaku usaha, sehingga baik digunakan untuk pengembangan industri perikanan tangkap tuna rakyat. 3. Hasil evaluasi status keberlanjutan setiap dimensi menunjukkan bahwa untuk dimensi ekologi sangat berkelanjutan, dimensi ekonomi dan teknologi berada dalam status cukup berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan dari Madidihang di ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa masih tinggi, sehingga estimasi pendugaan stock Madidihang yang dilakukan oleh IOTC 2009 dan pemerintah Indonesia tidak benar kalau sudah mengalami overexploited dan atau fully-exploited. Namun demikian, untuk dimensi sosial dan kelembagaan menunjukkan status yang kurang berkelanjutan. Kondisi ini menjadi petunjuk bahwa kegiatan pemanfaatan sumberdaya Madidihang di perairan ZEEI oleh nelayan sekoci pada masa akan datang keberlanjutannya menghawatirkan, sehingga perbaikan atau penataan terhadap atribut-atribut sensitif pada dimensi sosial dan kelembagaan menjadi sangat urgen dan penting dilakukan oleh pemerintah. 4. Kebijakan pemerintah untuk pengelolaan sumberdaya perikanan Madidihang di perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur yang dilakukan oleh nelayan sekoci di PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang masih kurang dan tidak berpihak, sehingga untuk perbaikandirumuskan kebijakan yang di bagi dalam dua skenario, yaitu skenario jangka pendek 5 tahun dan jangka menengah 10 tahun. Kebijakan pada jangka pendek meliputi: 1 peningkatan kualitas dan kapasitas kelembagaan, 2 peningkatan kapasitas nelayan dan penyelesaian konflik, dan 3 peningkatan kualitas ikan hasil tangkapa. Pada skenario jangka menengah, terdapat dua kebijakan yang difokuskan terhadap pengembangan kapasitas kelembagaan yang mendukung kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru, yang meliputi: perluasan dermaga, pengadaan konveyor , pembangunan laboratorium mutu, penyediaan lahan untuk fasilitas pengembangan pelabuhan, kegiatan usaha dan pemukiman serta peningkatan kapasitas nelayan dan pelaksanaan pola kemitraan antara perusahan swasta nasional sebagai inti dengan nelayan sekoci sebagai plasma. 203

6.2 Saran

1. Keterkaitan antara kondisi hidro-oceanografi dengan kondisi hasil tangkapan Madidihang di rumpon secara temporal dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat keputusan peningkatan, pengurangan upaya, penentuan masa tangkap dan alat tangkap serta metode penangkapan yang efektif untuk menangkap Madidihang. Keterkaitan antara kondisi kondisi hidro-oceanografi dengan kondisi hasil tangkapan Madidihang di rumpon baru diteliti pada tataran tingkat CPUE. Presisi keberadaan Madidihang di rumpon pada penelitian ini belum diketahui dengan pasti, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai prilaku Madidihang di rumpon yang berada di Samudera Hindia selatan Jawa Timur sehingga keberadaan Madidihang pada siang dan malam hari dapat diketahui dengan pasti. 2. Kapal sekoci dengan alat bantu rumpon, perlu dipertahankan dan bisa dikembangkan untuk pemanfaatan sumberdaya Madidihang di perairan ZEEI lainnya. Namun agar diperoleh hasil tangkapan yang memiliki kualitas yang tinggi, perlu dilengkapai dengan peralatan pengawetan yang memadai di kapal, serta nelayannya dibekali dengan pengetahuan tentang penanganan pasca tangkap di kapal. 3. Diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah Indonesia dan institusi atau pihak yang terkait dalam pembangunan perikanan tangkap di PPP Pondokdadap Sendang Biru, khususnya pemerintah kabupaten Malang, Dinas Perikanan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan. Pemerintah Indonesia harus segera merivisi kebijakan tentang estimasi sumberdaya Madidihang di Samudera Hindia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Nomor 45 tahun 2011, karena kalau tidak segera dicabut atau direvisi akan merugikan nelayan Republik Indonesia dan hanya menguntungakan nelayan asing. 4. Diperlukan reorientasi kebijakan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Malang yang dititik beratkan terhadap pengembangan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai nelayan, seperti peningkatan dan pembangunan PPP Pondokdadap yang sesuai dengan fungsi pokok dan penunjang dari kriteria tersebut, perbaikan sistem lelang, 204 disamping perbaikan pada dimensi ekonomi, ekologi dan teknologi. Peningkatan pengawasan, perlindungan dan pengaturan rumpon milik nelayan sekoci, merupakan penentu dalam keberhasilan dari peningkatan status keberlanjutan kegiatan perikanan tangkap Madidihang di PPP Pondokdadap Sendang Biru. Adanya pola kemitraan plasma-inti merupakan alternatif model pengembangan yang baik untuk dilakukan di PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang dalam melaksanakan pengelolan perikanan Madidihang yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.