Pola Kerja Nelayan Serapan Kerja Kerja dan Pertumbuhan Nelayan Sekoci .1 Serapan Tenaga Kerja Nelayan

132 dan penjualan hasil tangkapan ditangani oleh pengambek dari masyarakat Sendang Biru. Selain itu nelayan andon, walaupun sementara tinggal di Sendang Biru tetap harus masuk ke dalam keanggotaan nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru. Saat ini sudah banyak nelayan lokal yang menguasai teknologi penangkapan dan memiliki perahu sekoci, sementara nelayan andonpun sudah banyak yang berbaur dengan masyarakat Sendang Biru dan diantaranya ada yang menjadi pengambek untuk memasok perbekalan operasi dan menangani penjualan hasil tangkapan. Kedatangan nelayan andon selanjutnya mengakibatkan perubahan pola kerja nelayan Sendang Biru, yang sebelumnya lebih banyak melakukan penangkapan ikan dengan pola berburu hunting yang sifatnya individu, beralih ke pola memancing fishing di rumpon secara berkelompok. Perjalanan menuju fishing ground biasanya dilakukan bersama oleh 5 hingga 10 buah perahu sekoci, bagi nelayan lokal yang belum memiliki rumpon diperbolehkan menangkap ikan di rumpon milik nelayan andon. Kepemilikan dan pembuatan rumpon dilakukan secara berkelompok, karena satu unit rumpon dikelola untuk 5 unit kapal Sekoci sebagai fishing ground bersama. Nelayan yang bekerja pada sebuah sekoci yang sama umumnya memiliki hubungan kekerabatan. Praktek ini diperkuat oleh partisipasi keluarga nelayan yang terlibat langsung dalam persiapan pemberangkatan dan saat pendaratan hasil tangkapan. Keterlibatan keluarga dalam persiapan dan pendaratan ikan tersebut banyak dipengaruhi oleh tidak adanya peluang kerja lain di Desa Tambakrejo sehingga sebagian besar nelayan sekoci dan keluarganya menggantungkan sepenuhnya sumber pendapatan mereka dari kegiatan penangkapan.

4.5.3.4 Jumlah Pelaku Usaha

Perubahan persentase jumlah kapal sekoci yang berpangkalan di PPP Pondokdadap dalam satu tahun merupakan gambaran dari dinamika keluar masuknya nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan madidihang pada suatu tahun tertentu. Nilai persentasenya menunjukkan dinamika perubahan jumlah pelaku usaha, yaitu apabila nilainya negatif berarti ada pelaku usaha yang keluar dan sebaliknya bila nilainya positif berarti ada pelaku usaha baru 133 yang masuk. Rataan persentase pertambahan jumlah perahu sekoci PPP Pondokdadap tahun 2001-2010 adalah 19.2, menunjukkan bahwa dalam setiap tahun terdapat penambahan pelaku usaha baru sebesar 19.2 seperti tersaji pada Tabel 25. Tabel 25 Dinamika jumlah upaya penangkapan trip Madidihang dengan kapal sekoci di PPP Pondokdadap 2001-2010 Tahun 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 Rataan Jumlah sekoci unit 77 128 154 145 211 301 273 342 323 303 225.7 Perubahan - 66.2 20.3 -5.8 45.5 42.7 -9.3 25.3 -5.6 -6.2 19.2 Sumber: Hasil analisis dari data primer. Nilai persentase tersebut juga menggambarkan adanya peningkatan rataan kapasitas tangkap nelayan sekoci PPP Pondokdadap sebesar 19.2 per tahun.

4.5.3.5 Konflik Pengelolaan

Nelayan sekoci PPP Pondokdadap selama ini telah menghadapi berbagai konflik dalam melaksanakan kegiatannya yakni konflik cara produksi atau alat tangkap, konflik kelas, dan konflik usaha. Konflik cara produksi atau alat tangkap terjadi sejak awal interaksi nelayan andon dengan nelayan lokal dimana sekoci memiliki kemampuan lebih tinggi untuk menangkap ikan dibandingkan dengan sampan pakisan dan payangan. Kapal sekoci mampu menangkap sampai ke perairan ZEEI pada rumpon yang mereka miliki. Sementara pakisan dan payangan tidak mampu sampai ke ZEEI dan menangkap ikan pun dengan cara mencari ikanmemburu ikan karena tidak memiliki rumpon. Konflik terjadi disebabkan nelayan lokal menangkap ikan pada rumpon nelayan andon tanpa izin. Namun akhirnya konflik tidak berkembang karena nelayan sekoci memilih memindahkan rumpon ke wilayah yang sulit dijangkau oleh perahu payangan dan pakisan Konflik kelas terjadi antara nelayan sekoci dengan armada purse seine yang berasal dari Pekalongan, Benoa, dan Muara Angke Jakarta dengan teknologi tangkap yang berbeda. Daya tangkap purse seine yang lebih tinggi menyebabkan armada tersebut dengan mudah melakukan penjarahan ikan yang menyebabkan kerusakan rumpon sehingga menimbulkan kerugian besar bagi nelayan sekoci. Upaya mediasi dari pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Jawa