Analisis Keberlanjutan Analisis Data

53 Distances; 5 analisis sensitivitas Leverage Analysis untuk melihat atribut atau peubah yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan. Analisis sensitivitas atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi dilihat dalam bentuk perubahan Root Mean Square RMS, khususnya pada sumbu X skala sustainabilitas. Semakin besar nilai perubahan RMS semakin besar peranan atribut tersebut atau semakin sensitif dalam pembentukan nilai keberlanjutan pada skala sustainabilitas, dan 6 evaluasi pengaruh galat Error acak digunakan analisis Monte Carlo untuk mengetahui: a pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, b pengaruh variasi pemberian skor, c stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, d kesalahan pemasukan atau hilangnya data missing data , dan e nilai stress dapat diterima apabila 20. Análisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan Madidihang dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling MDS yang disebut metode RAPFISH yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap Pitcher dan Preikshot 2001; Kavanagh and Pitcher 2004. Analisis keberlanjutan dinyatakan dalam indeks keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan tuna. Analisis dilakukan melalui tiga tahapan: 1. Penentuan atribut pemanfaatan sumberdaya Madidihang Thunnus albacares yang mencakup lima dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Pada setiap dimensi dipilih beberapa atribut yang mewakili dimensi yang bersangkutan untuk selanjutnya digunakan sebagai indikator tingkat keberlanjutan dari dimensi tersebut. Atribut pada setiap dimensi memang sangat banyak tetapi untuk memudahkan analisis selanjutnya maka dipilih yang benar-benar secara kuat mewakili dimensi yang bersangkutan, tidak tumpang tindih dengan atribut yang lain dan mudah mendapatkan datanya. Adapun atribut-atribut dari setiap dimensi yang akan digunakan untuk menilai keberlanjutan usaha penangkapan tuna diacu dari Charles 2001 dan Pitcher dan Preikshot 2001. Berdasarkan kajian awal diperoleh gambaran mengenai atribut masing-masing dimensi keberlanjutan disajikan pada Lampiran 1. 54 2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinasi berdasarkan kriteria keberlanjutan. Berdasarkan pengamatan di lapangan ataupun data sekunder yang tersedia, yang sesuai dengan scientific judgment dari pembuat skor, maka setiap atribut diberikan skor yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi usaha penangkapan ikan tuna tersebut. Rentang skor berkisar antara 0-5 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut yang dimulai dari nilai buruk 0 sampai baik 5 . Nilai ”buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya nilai ”baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan bagi keberlanjutan pembangunan. Diantara dua ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara, tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut akan sangat ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menetukan jumlah peringkat. 3. Penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan Madidihang. Atribut masing-masing dimensi serta kriteria baik dan buruk mengikuti konsep yang dipakai oleh Fisheries Com 1999 dan Fisheries Center 2002 serta pendapat dari para pakarstakeholder yang terkait dengan sistem yang dikaji. Nilai indeks dan status keberlanjutan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 4 kategori status keberlanjutan. Setiap atribut diperkirakan skornya, yaitu skor 3-5 untuk kondisi baik good, 0 untuk jelek bad dan di antara 0-5 untuk keadaan di antara baik dan buruk. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan sistem yang dikaji relatif terhadap titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi statistik MDS. Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk bad 0 sampai yang terbaik good 100. Nilai indeks 50 dapat dinyatakan bahwa sistem yang dikaji telah berkelanjutan, sebaliknya 50 sistem tersebut belum atau tidak berkelanjutan. Tabel 2 Kategori indeks keberlanjutan setiap dimensi sistem yang dikaji Nilai Indeks Kategori Keberlanjutan 00,00 – 25,00 Buruk; Tidak Berkelanjutan 25,01 – 50,00 Kurang; Kurang Berkelanjutan 55 50,01 – 75,00 Cukup; Cukup Berkelanjutan 75,01 – 100,00 Baik; Sangat Berkelanjutan Sumber: Budiharsono, 2002. 4 Penyusunan indeks dan status keberlanjutan multidimensi. Analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram yang menggambarkan keberlanjutan dari masing-masing dimensi. Pada ruang atribut dua dimensi ini, sumbu X mewakili derajat keberlanjutan dari buruk sampai baik, sedangkan dimensi lainnya yaitu sumbu Y mewakili faktor faktor lainnya. Agar status keberlanjutan secara keseluruhan dapat dinilai, maka dilakukan skoring terhadap masing-masing dimensi dengan menggunakan pendapat 3 tiga pakar pengelolaan sumberdaya perikanan. Hasil skoring tesebut kemudian dianalisis dengan menggunakan program penentuan skoring dimensi menggunakan Microsoft excel. Program ini dikembangkan oleh Budiharsono 2002 yang dimodifikasi dari Analytical Hierarchy Process AHP. Hasil analisis ini adalah nilai status keberlanjutan multidimensi yang menggambarkan keberlanjutan usaha perikanan Madidihang secara keseluruhan. Menurut Kavanagh 2001 in Budiharsono 2006, analisis “Monte Carlo” berguna untuk mempelajari: 1 pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut; 2 pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda; 3 stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4 kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data ; 5 tingginya nilai ”stress” hasil analisis nilai stress dapat diterima jika 25. Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem 56 yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan ≥50 maka sistem dikatakan berkelanjutan dan jika nilai indeks ≤50 berarti tidak berkelanjutan. Analisis sensivitas dapat memperlihatkan atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan ikan tuna dengan melihat perubahan bentuk root mean square RMS ordinasi pada sumbu x. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan Madidihang. Dalam análisis tersebut akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena pemahaman terhadap atribut atau kondisi lapangan yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian peneliti, proses análisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stres nilai stres dapat diterima jika nilainya 25 Kavangh 2001; Fauzi dan Anna 2002. Untuk menganalisis nilai galat pada pendugaan nilai ordinasi optimasi pemanfaatan sumberdaya Madidihang digunakan análisis Monte Carlo.

3.4 Definisi Operasional

1. Nelayan sekoci adalah nelayan atau kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan penangkapan ikan tuna Thunnus spp. di perairan selatan Jawa Samudera Hindia dengan menggunakan kapalarmada dengan kapasitas berkisar 10-20 GT. 2. Sumberdaya Perikanan Madidihang adalah sumberdaya ikan tuna jenis ekor kuning yang umumnya tertangkap oleh nelayan sekoci. 3. Catch per Unit Effort CPUE adalah hasil tangkapan per satuan unit upaya yang dinyatakan dalam satuan ton per trip atau satuan ton per hari. 4. Yield adalah hasil tangkapan ikan yang dinyatakan dalam satuan berat. 5. Effort adalah upaya untuk menangkap ikan dengan menggunakan teknologi penangkapan tertentu yang dinyatakan dalam satuan trip atau hari melaut fishing day. 6. Analisis Sebaran Spasial adalah analisis untuk memvisualisasikan sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Samudera Hindia selatan Jawa 57 Timur secara menegak menggunakan Grapher 7.0 dan secara melintang dengan menggunakan Ocean Data View 7. Analisis Deret Waktu atau Time Series Analysis merupakan alat analisis untuk melihat hubungankorelasi, koherensi dan beda fase antara parameter suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan menggunakan metode Wavelet dan Fast Fourier Transform FFT. 8. Analisis Korelasi Silang adalah analisis terhadap hubungan antara suhu permukaan laut dengan CPUE dan antara klorofil-a dengan CPUE. Untuk melihat apakah ada hubungan antara fluktuasi ke dua parameter menggunakan regresi linier sederhana. 9. Analisis Kelayakan Usaha dimaksudkan untuk melihat berbagai indikator yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha perikanan Madidihang