131
Gambar 37 Proporsi nelayan berdasarkan jenis perahu di PPP Pondokdadap tahun 2001-2010.
Nelayan sekoci sebagian besar 90 merupakan nelayan pendatang andon dari suku Bugis Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan yang dikenal
tangguh dan terampil dalam memancing ikan pelagis besar, sementara sisanya sebanyak 10 berasal dari Madura dan daerah lain di sekitar Kabupaten
Malang. Pada umumnya perahu sekoci yang beroperasi di Sendang Biru, walaupun pemiliknya berasal dari masyarakat Sendang Biru, namun ABKnya
didatangkan dari Kabupaten Sinjai. Sedangkan nelayan payangan, sampan pakisan dan perahu jukung, berasal dari suku Madura dan Jawa.
4.5.3.3 Pola Kerja Nelayan
Kapal sekoci pertama kali berkembang di Sendang Biru, setelah masuknya nelayan andon dari Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Kedatangan
mereka ke Sendang Biru secara tidak sengaja, namun hanyut dari perairan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1998. Pada mulanya kedatangan nelayan
andon tersebut tidak diterima oleh nelayan Sendang Biru, namun berkat kerjasama dan interakasi antara nelayan andon dengan masyarakat Sendang
Biru pada akhirnya keberadaannya diterima oleh masyarakat Sendang Biru. Selanjutnya berkembang menjadi bentuk kerjasama, saling menguntungkan
dalam hal penangkapan ikan tuna besar, terutama yang ada di perairan ZEEI Samudera Hindia.
Pola kerjasama yang menguntungkan selanjutnya menjadi kesepakatan bersama. Nelayan andon berkewajiban untuk alih teknologi kepada nelayan
lokal Sendang Biru, sementara kebutuhan perbekalan melaut nelayan andon
132
dan penjualan hasil tangkapan ditangani oleh pengambek dari masyarakat Sendang Biru. Selain itu nelayan andon, walaupun sementara tinggal di
Sendang Biru tetap harus masuk ke dalam keanggotaan nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru. Saat ini sudah banyak nelayan lokal yang
menguasai teknologi penangkapan dan memiliki perahu sekoci, sementara nelayan andonpun sudah banyak yang berbaur dengan masyarakat Sendang
Biru dan diantaranya ada yang menjadi pengambek untuk memasok perbekalan operasi dan menangani penjualan hasil tangkapan.
Kedatangan nelayan andon selanjutnya mengakibatkan perubahan pola kerja nelayan Sendang Biru, yang sebelumnya lebih banyak melakukan
penangkapan ikan dengan pola berburu hunting yang sifatnya individu, beralih ke pola memancing fishing di rumpon secara berkelompok.
Perjalanan menuju fishing ground biasanya dilakukan bersama oleh 5 hingga 10 buah perahu sekoci, bagi nelayan lokal yang belum memiliki rumpon
diperbolehkan menangkap ikan di rumpon milik nelayan andon. Kepemilikan dan pembuatan rumpon dilakukan secara berkelompok, karena satu unit
rumpon dikelola untuk 5 unit kapal Sekoci sebagai fishing ground bersama. Nelayan yang bekerja pada sebuah sekoci yang sama umumnya memiliki
hubungan kekerabatan. Praktek ini diperkuat oleh partisipasi keluarga nelayan yang terlibat langsung dalam persiapan pemberangkatan dan saat pendaratan
hasil tangkapan. Keterlibatan keluarga dalam persiapan dan pendaratan ikan tersebut banyak dipengaruhi oleh tidak adanya peluang kerja lain di Desa
Tambakrejo sehingga sebagian besar nelayan sekoci dan keluarganya menggantungkan sepenuhnya sumber pendapatan mereka dari kegiatan
penangkapan.
4.5.3.4 Jumlah Pelaku Usaha
Perubahan persentase jumlah kapal sekoci yang berpangkalan di PPP Pondokdadap dalam satu tahun merupakan gambaran dari dinamika keluar
masuknya nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan madidihang pada suatu tahun tertentu. Nilai persentasenya menunjukkan dinamika perubahan
jumlah pelaku usaha, yaitu apabila nilainya negatif berarti ada pelaku usaha yang keluar dan sebaliknya bila nilainya positif berarti ada pelaku usaha baru