12 dibandingkan Cina, sehingga diperlukan upaya perbaikan kinerja buruh,
infrastruktur dan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk ASEAN terhadap Cina.
Oleh karena itu, diperlukan program untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia. Pada PJPT II, pemerintah membuat kebijaksanaan
yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, yaitu mengeluarkan beberapa deregulasi yang salah satunya menggalakkan ekspor non-migas, hal ini menjadi
faktor yang secara tidak langsung mendukung peningkatan daya saing industri perikanan Ditjen Perikanan 1999 diacu Risnawati 2002.
2.2. Strategi Bisnis Ekspor
Adanya beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis mengenai strategi bisnis pada suatu perusahaan menandakan bahwa strategi dalam kegiatan
usaha perlu dilakukan pengkajian untuk mengetahui maupun menentukan faktor- faktor lingkungan perusahaan.
Dalam menganalisis strategi bisnis perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor, peneliti mempertimbangkan semua aspek yang terdapat dalam lingkungan
internal dan eksternal perusahaan. Proses analisis faktor internal dan eksternal perusahaan dapat dilakukan melalui analisis IFE Internal Factor Evaluation dan
EFE External Factor Evaluation Sapanli 2007. Dalam mendapatkan informasi
untuk mengidentifikasi faktor internal perusahaan dapat dilakukan melalui analisis pangsa pasar untuk membandingkan volume ekspor ikan tuna perusahaan
terhadap volume ekspor ikan tuna Indonesia Risnawati 2002. Selain itu, identifikasi lingkungan internal dapat juga menggunakan pendekatan rantai nilai
dan untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal dapat digunakan alat analisis dari Porter Indriyasari 2011. Penetapan strategi bisnis sangat terkait dengan
peluang dan ancaman yang berasal dari faktor eksternal maupun kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dari sisi internal perusahaan.
Raimu 2000 menyatakan bahwa dalam menganalisis strategi bisnis pada tahap menentukan alternatif strategi bagi perusahaan melalui tahap pencocokan
hasil IFE dan EFE dapat dilakukan dengan matriks SWOT. Setelah didapat beberapa alternatif strategi dari matriks SWOT selanjutnya dapat dibuat beberapa
program kegiatan menggunakan arsitektur strategik Indriyasari 2011. Rancangan
13 arsitektur strategik didapat melalui analisis terhadap sasaran dan tantangan yang
dihadapi perusahaan serta akan menghasilkan rekomendasi bagi perusahaan berdasarkan penjabaran dari alternatif strategi yang dihasilkan matriks SWOT.
Dalam menganalisis strategi bisnis, pertama kali yang harus dilakukan adalah menganalisis kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta
menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi dari sisi eksternal perusahaan. Adapun kekuatan internal yang dapat dimiliki bagi perusahaan eksportir agar
mampu bersaing dalam industri ekspor. Berdasarkan Raimu 2000 kekuatan yang dimiliki perusahaan eksportir,
yaitu memiliki fasilitas produksi lengkap, produk bermutu tinggi, diversifikasi produk, memiliki cold storage sendiri dan teknologi yang mampu menghasilkan
produk turunan, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing, memiliki hubungan baik dengan pemasok dan reputasi
perusahaan yang baik selama meminjam kredit pada kreditur. Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sapanli 2007 yang menyatakan bahwa kekuatan
perusahaan dapat berasal dari budaya disiplin yang tinggi, sistem distribusi penjualan produk yang baik, keunggulan kompetitif dalam bersaing, memiliki
sertifikat HACCP dan lokasi yang strategis. Kepemilikan sertifikat internasional menjadi faktor kekuatan internal yang penting bagi perusahaan eksportir karena
dengan sertifikat tersebut sudah pasti perusahaan akan menghasilkan produk sesuai standar yang diterapkan sehingga produk yang dihasilkan pasti berkualitas
baik. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mendapatkan peluang yang ada dan mengurangi dampak dari kelemahan yang
dimiliki maupun ancaman yang dihadapi. Kelemahan yang biasa terjadi di perusahaan ekspor pembekuan,
diantaranya persediaan yang hanya tergantung pada pemasok yang tidak terikat kontrak, karyawan perusahaan yang kurang disiplin seperti, saat melakukan
kegiatan pemrosesan tidak menggunakan penutup mulut dan kepala, nilai dan volume ekspor perusahaan yang menurun tiap tahunnya mengakibatkan posisi
perusahaan di pasar ekspor hanya sebagai penggarap relung pasar Raimu 2000. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh Indriyasari 2011. Dalam penelitiannya,
kelemahan perusahaan lebih banyak berasal dari manajemen perusahaan. Adapun
14 kelemahan tersebut antara lain, pemilik tidak hanya fokus menjalankan satu
usaha, segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik, tidak adanya divisi pemasaran secara khusus, pemasaran dilakukan oleh pemilik,
administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi, modal usaha terbatas. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan menggunakan
kekuatan yang dimiliki agar tidak menjadi kendala dalam menjalankan usaha dan memanfaatkan peluang yang akan muncul.
Peluang yang memiliki kemungkinan untuk muncul diantaranya dapat berasal dari kebijakan pemerintah yang mendukung dunia usaha, adanya fasilitas
bea masuk bagi produk tersebut, kondisi perekonomian Indonesia yang semakin baik, adanya konsumen yang menyukai produk yang ditawarkan perusahaan,
kondisi sosial masyarakat yang kondusif, kemajuan teknologi dibidang transportasi; informasi; dan industri, hambatan masuk bagi pendatang baru yang
relatif tinggi, sumber bahan baku melimpah, jumlah pemasok banyak dan merebaknya penyakit pada hewan konsumsi non-perikanan Rosyidi 2007.
Peluang tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan penjualan produknya ataupun memperluas pangsa pasar perusahaan.
Selain peluang, perusahaan juga menghadapi beberapa ancaman dalam menjalankan usahanya. Ancaman yang dihadapi oleh perusahaan yang melakukan
kegiatan ekspor terutama dari subsektor perikanan antara lain, semakin baiknya pengusahaan produk negara pesaing maupun perusahaan sejenis di Indonesia,
adanya arus globalisasi ekonomi, dan pemberlakuan standar mutu yang ketat. Ancaman tersebut dapat menimbulkan pasar yang semakin kompetitif dalam
persaingan mutu produk Raimu 2000. Ancaman lain yang dapat dihadapi adalah adanya bahaya isu bioterorism internasional, birokrasi perijinan usaha dan
perijinan ekspor yang rumit, pajak yang masih tinggi dan banyaknya pungutan liar, adanya hambatan perdagangan internasional, sering terjadinya bencana alam
serta semakin rusaknya ekosistem lingkungan perairan Sapanli 2007. Analisis terhadap ancaman ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya
terhadap kondisi perusahaan dan mengurangi dampak ancaman tersebut dengan kekuatan yang dimiliki maupun memanfaatkan peluang yang ada.
15 Penelitian mengenai strategi bisnis terutama ekspor ini bertujuan untuk
mendapatkan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keunggulan
bersaing perusahaan
diantara para
pesaingnya. Setelah
mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal serta faktor peluang dan ancaman eksternal maka akan didapat beberapa alternatif strategi. Dalam
Risnawati 2002 menunjukkan bahwa strategi kebijaksanaan bisnis yang dapat diterapkan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor ikan beku adalah
memperluas segmen pasar tidak hanya tergantung pada satu pembeli, mencari dan mengembangkan pasar baru, membentuk divisi pemasaran dan merekrut tenaga
ahli pemasaran. Sedangkan langkah operasional yang dapat dilakukan adalah memperbaiki teknik penetapan target penjualan dengan memperhatikan perubahan
situasi eksternal yang terjadi, menetapkan tujuan tahunan dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan ekspansi pasar, melakukan riset
pasar secara mendalam di daerah pemasaran saat ini dan daerah potensial pemasaran dan membudayakan penggunaan sistem informasi komputer Etriya
2001. Alternatif-alternatif strategi bisnis ekspor tersebut dapat digunakan
perusahaan sebagai rencana untuk membangun dan memperkuat posisi bersaing produk perusahaan eksportir Rosyidi 2007. Selain itu, berguna untuk semakin
meningkatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki agar mampu meraih peluang yang ada dan menghadapi ancaman yang mungkin muncul dari
sisi eksternal perusahaan. Untuk lebih mempermudah dalam membaca dan memahami alternatif strategi yang telah dibuat dapat dilakukan dengan
menggambarkannya ke dalam arsitektur strategik Indriyasari 2011.
16
III. KERANGKA PEMIKIRAN