yang dihasilkan dengan harga satuannya. Pada awal-awal proyek biasanya sarana produksi tidak dipacu untuk berproduksi secara maksimal, tetapi naik perlahan-
lahan sehingga pendapatan pun akan naik perlahan-lahan pada tiap tahunnya. Produk tepung walur pada proyek ini direncanakan akan dijual pada
tingkat harga Rp. 17.500 kg, dengan asumsi harga sepanjang umur proyek tetap, dan produksi maksimal sebesar 58 ton per tahun. Diperkirakan setiap tahunnya
perusahan perusahaan tepung walur akan mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 1.015.000.000,-.
4.4.5 Proyeksi laba rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya dan laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Laporan laba rugi mempunyai dua unsur yaitu pendapatan dan bebanbiaya. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas
suatu usaha. Laba bersih yang didapatkan memiliki karakteristik laba operasi yang dikurangi dengan pembayaran pajak. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang
No. 17 tahun 2000, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.4.6 Titik impas Break Even Point
Analisa titik impas memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan titik impas untuk industri tepung
walur adalah sebagai berikut:
BEP =
Biaya tetap 1-Biaya Varibel Penerimaan
BEP =
Rp.325.951.000 1-370.650.000 1.015.000.000
BEP = Rp. 513.448.859
4.4.7 Analisis kelayakan investasi
Untuk menyetujui suatu usulan proyek investasi, perlu dikaji kelayakan proyek tersebut dari segi finansial. Kelayakan suatu proyek diukur dengan
menggunakan kriteria-kriteria investasi. Perhitungan kriteria-kriteria investasi tersebut didasarkan pada net cash flow atau aliran kas bersih. Agar kriteria
investasi dapat dihitung, maka perlu dilakukan penyusunan laporan laba rugi. Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value
NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Pay Back Period PBP. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek tersebut
didanai, maka diperlukan metode yang juga memperhitungkan perubahan nilai uang terhadap waktu atau faktor diskonto. Hal ini dikarenakan faktor diskonto
merupakan suatu teknik, dan dengan teknik tersebut dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa mendatang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada
masa sekarang. Nilai kriteria investasi industri tepung walur disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai kriteria investasi industri tepung walur.
No Kriteria
Nilai
1 Net Present Value Rp.000
249.895 2
Internal Rate of Return 20
3 Net BC Ratio
1,28 4
Pay Back Period tahun 6,1
Net Present Value NPV
Nilai NPV yang diperoleh untuk proyek pendirian pabrik tepung walur adalah sebesar Rp. 249.895.000. Nilai tersebut menunjukkan hasil bersih net benefit
yang akan diterima selama sepuluh tahun mendatang jika diukur dengan nilai sekarang. Nilai NPV pada pendirian pabrik tepung walur lebih besar dari nol, ini
berarti bahwa proyek memperoleh peningkatan nilai uang, sehingga pabrik ini layak sesuai dengan perhitungan NPV.
Internal Rate of Return IRR
Untuk menentukan layak atau tidak layaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah tingkat bunga yang berlaku di lembaga
keuangan yang ada yaitu ditetapkan sebesar 12 persen. Jika nilai IRR lebih besar