Lampiran 4. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari derajat putih tepung walur.
a. Rekapitulasi data
Konsentrasi Natrium metabisulfit
Ulangan Nilai derajat
putih Rerata ± SD
Kontrol 1
56,70 56,50 ± 0,28
2 56,30
500 ppm 1
63,10 62,75 ± 0,49
2 62,40
1000 ppm 1
69,40 7010 ± 0,99
2 70,80
1500 ppm 1
70,20 70,85 ± 0,92
2 71,50
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
275.070 3
91.690 170.586 .000
Within Groups 2.150
4 .537
Total 277.220
7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Kontrol 2
56.500 500 ppm
2 62.750
1000 ppm 2
70.100 1500 ppm
2 70.850
Sig. 1.000
1.000 .364
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 5. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari residu sulfit tepung walur
a. Rekapitulasi data
Konsentrasi Natrium metabisulfit
Ulangan Residu Sulfit
Rerata ± SD
Kontrol 1
21,92 23,11 ± 1,68
2 24,30
500 ppm 1
37,44 39,35 ± 2,69
2 41,25
1000 ppm 1
67,51 70,61 ± 4,38
2 73,70
1500 ppm 1
94,64 91,51 ± 4,43
2 88,37
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
5665.945 3
1888.648 154.476 .000
Within Groups 48.905
4 12.226
Total 5714.849
7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 kontrol
2 23.1100 500 ppm
2 39.3450
1000 ppm 2
70.6050 1500 ppm
2 91.5050
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 6. Biaya investasi pabrik tepung walur Rp. 000
No Komponen
Jumlah satuan Harga
Satuan Nilai
Total Nilai
Sisa
1 Biaya Pra Investasi
a. Perizinan 1
paket 50.000
50.000 -
b. Biaya Kontraktor 1
paket 60.000
60.000 -
c. Studi kelayakan 1
paket 40.000
40.000 -
Total 1 150.000
2 Bangunan
a. Tanah 1.000
m2 80
80.000 80.000
b. Bangunan 600
m2 142.000
71.000
Total 2 222.000 151.000
3 Fasilitas penunjang
a. instalasi telepon 1
paket 750
750 -
b. Instalasi listrik 1
paket 8.000
8.000 -
c. instalasi mesin 1
paket 10.000
10.000 -
d. Instalasi air 1
paket 3.000
3.000 -
e. Instalasi generator 1
paket 1.500
1.500 -
Total 3 23.250
4 Mesin dan Peralatan
4.1 Mesin produksi Srew conveyor
1 unit
18.000 18.000
1.800 Slicer Mesin pemecah
1 unit
20.000 20.000
2.000 Mesin penepung
1 unit
25.000 25.000
2.500 Tangki HCL
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Air
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Natrium metabisulfit
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Natrium bicarbonat
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Pembilas
1 unit
12.000 12.000
1.200 Oven
2 unit
15.000 30.000
3.000 Ayakan
1 unit
5.000 5.000
500 Pengolahan Limbah
1 paket
15.000 15.000
1.500 Water supply system package
1 paket
11.000 11.000
1.100 Genset
1 unit
90.000 90.000
9.000 Waste water treatment
1 paket
14.000 14.000
1.400
Sub Total 1 288.000
28.800 4.2 Peralatan Laboratorium
1 paket
5.000 5.000
500
Sub Total 2 5.000
500 4.3 Perlengkapan utilitas
a. Tangki bahan bakar 1
unit 200
200 20
b. Tabung Pemadam kebakaran 3
unit 439
1.317 132
c. Kendaraan 1
unit 87.000
87.000 8.700
Sub Total 3 88.517
8.852
Total 4
381.517 38.152
5 Alat Kantor
a. Kmputer 2
unit 4.000
8.000 800
b. Meja kursi kantor 1
paket 3.500
3.500 350
c. Pesawat Telepon 1
paket 300
300 30
d. Peralatan kantor 1
paket 3.000
3.000 300
Total 5
14.800 1.480
Total 1, 2, 3, 4, 5 modal tetap 791.567 190.632
Kontingensi 5
39.578
Bunga selama pembangunan 73.543
Total Investasi
904.688
Lampiran 7. Asumsi biaya opreasional pabrik tepung walur Rp. 000
No Deskripsi
Jumlah Satuan
Biaya Satuan
Biaya Total Pertahun
A Biaya Tetap
1 Biaya Produksi Tetap a. Listrik non produksi
1 per bulan 100
1.200 b. Gaji kepala pabrik
1 orangbulan 2.000
24.000 c. Gaji QC
1 orangbulan 1.300
15.600 Subtotal
40.800 2 Biaya pemasaran tetap
a. promosi 1 per bulan
3.000 36.000
b. Gaji staf pemasaran 2 orangbulan
1.300 31.200
Sub total 67.200
3 Biaya Administrasi umum
tetap a. Gaji pegawai tetap non
produksi Manager pabrik
1 orangbulan 3.500
42.000 staf keungan dan administrasi
1 orangbulan 1.300
15.600 Security
2 orangbulan 800
19.200 Office boy
1 orangbulan 600
7.200 b. Internet
1 per bulan 100
1.200 c. telepon dan fax
1 per bulan 250
3.000 d. Alat tulis kantor
1 per bulan 150
1.800 e. Alat kebersihan
1 paket 20
240 f. Pajak
PBB 1 paket
10.000 Kendaraan
1 unit 1.600
Sub total 101.840
4 Pemeliharaan 1 per tahun
5.000 5.000
Sub total 5.000
5 Asuransi 1 per tahun
5.000 5.000
Sub total 5.000
6 Penyusutan 1 per tahun
69.760 69.760
Sub total 69.760
B Biaya Variabel
1 Biaya bahan Baku a. Umbi walur
500 kghari 1
150.000 b. HCL teknis
10 Lhari 9
27.000 c. Natrium metabisulfit
2 kghari 22,5
13.500 d. NaOH
10 Lhari 6,5
19.500 Subtotal
210.000 2 Gaji Tenaga kerja langsung
a. Operator 3 orangbulan
900 32.400
b. Laboran 1 orangbulan
900 10.800
c. Pekerja pabrik 6 orangbulan
800 57.600
Subtotal 100.800
3 Biaya Utilitas a. Listrik mesin
1 per bulan 3.000
36.000 b. Bahan Bakar Solar
15 lhari 4,5
20.250 Sub total
56.250 4 Biaya Pengemasan
6 unithari 2
3.600 Sub Total
3.600 TOTAL
660.250
Lampiran 8. Biaya operasional pabrik tepung walur Rp. 000
Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9
Tahun 10
80 90
100 100
100 100
100 100
100 100
1. Biaya tetap
Biaya produksi tetap 32.640
36.720 40.800
40.800 40.800
40.800 40.800
40.800 40.800
40.800 Biaya pemasaran tetap
53.760 60.480
67.200 67.200
67.200 67.200
67.200 67.200
67.200 67.200
Biaya Administrasi umum
81.472 91.656 101.840 101.840 101.840 101.840 101.840 101.840 101.840 101.840
Biaya Pemeliharaan 4.000
4.500 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 Asuransi
4.000 4.500
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
Biaya Penyusutan 42.769
42.769 42.769
42.769 42.769
42.769 42.769
42.769 42.769
42.769 Bunga
a. Modal Investasi tetap
90.678 76.534
60.235 44.900
30.253 15.678
b. Modal Kerja 6.054
4.590 3.108
1.502
Total Biaya Tetap
315.372 321.748 325.951 309.010 292.861 278.286 262.608 262.608 262.608 262.608
2. Biaya Variabel
Biaya bahan baku 168.000 189.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000
Gaji Tenaga kerja langsung
80.640 90.720 100.800 100.800 100.800 100.800 100.800 100.800 100.800 100.800
Biaya utilitas 45.000
50.625 56.250
56.250 56.250
56.250 56.250
56.250 56.250
56.250 Biaya Pengemasan
2.880 3.240
3.600 3.600
3.600 3.600
3.600 3.600
3.600 3.600
Total Biaya Variabel 296.520 333.585 370.650 370.650 370.650 370.650 370.650 370.650 370.650 370.650
Biaya Total 611.892 655.333 696.601 679.660 663.511 648.936 633.258 633.258 633.258 633.258
90
Lampiran 9. Laporan laba rugi pabrik tepung walur Rp. 000
Komponen Tahun 1
Tahun 2 Tahun 3
Tahun 4 Tahun 5
Tahun 6 Tahun 7
Tahun 8 Tahun 9
Tahun 10 80
90 100
100 100
100 100
100 100
100
A. Penjualan
Tepung Walur 812.000
913.500 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000
1.015.000
Total penjualan
812.000 913.500 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000 1.015.000
1.015.000 1.015.000
B. Pengeluaran
1. Biaya Variabel
296.520 333.585
370.650 370.650
370.650 370.650
370.650 370.650
370.650 370.650
2. Biaya Tetap 315.372
321.748 325.951
309.010 292.861
278.286 262.608
262.608 262.608
262.608
Total Pengeluaran
611.892 655.333
696.601 679.660
663.511 648.936
633.258 633.258
633.258 633.258
Laba Kotor Laba sebelum
pajak 200.107
258.166 318.398
335.339 351.488
366.063 381.741
381.741 381.741
381.741
Pajak 42.532
59.949 78.019
83.101 87.946
92.319 97.022
97.022 97.022
97.022
Laba bersih
157.575 198.216
240.378 252.237
263.541 273.744
284.719 284.719
284.719 284.719
91
Lampiran 10. Cashflow pabrik tepung walur Rp. 000
Komponen Tahun
Tahun 1 Tahun 2
Tahun 3 Tahun 4
Tahun 5 Tahun 6
Tahun 7 Tahun 8
Tahun 9 Tahun 10
Penerimaan bersih
laba bersih 157.575
198.216 240.379
252.237 263.542
273.744 284.719
284.719 284.719
284.719 Penyusutan
42.768 42.768
42.768 42.768
42.768 42.768
42.768 42.768
42.768 42.768
Nilai Sisa 190.632
Modal Sendiri 316.641
Modal pinjaman 588.047
Subtotal
904.688 200.343
240.985 283.147
295.006 306.310
316.513 327.487
327.487 327.487
518.119
Pengeluaran bersih
Investasi + bunga sebelum pembangunan
904.688 Modal Kerja
73.543 Angsuran Modal
investasi tetap 98.008
98.008 98.008
98.008 98.008
98.008 Angsuran modal kerja
11.951 11.951
11.951 11.951
Subtotal 904.688
183.502 109.959
109.959 109.959
98.008 98.008
Arus Kas Bersih 16.841
131.026 173.188
185.047 208.302
218.505 327.487
327.487 327.487
518.119
Kas Awal Tahun 16.841
147.867 321.056
506.103 714.405
932.910 1.260.398 1.587.886 1.915.373 92
Lampiran 11. Perhitungan NPV, IRR, Net BC, dan PBP pabrik tepung walur Perhitungan nilai NPV
Tahun Bt-Ct
Rp.000 Akumulasi
Rp.000 DF
12 PV
Rp.000 -904.688
-1.006.538 1 -904.688
1 16.842
-989.696 0,89
15.037 2
131.026 -858.670
0,80 104.453
3 173.188
-685.482 0,71
123.272 4
185.047 -500.435
0,64 117.601
5 208.302
-292.132 0,57
118.196 6
218.505 -73.627
0,51 110.701
7 327.488
253.860 0,45
148.139 8
327.488 581.348
0,40 132.267
9 327.488
908.835 0,36
118.095 10
518.120 1.426.955
0,32 166.821
NPV 249.895
Nilai kriteria investasi
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp.000 249.895
IRR 20
Net BC 1,28
PBP tahun 6,1
Lampiran 12. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari nilai KPAP mie
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan KPAP Rerata ± SD
1 5,65
5,68 ± 0,04 2
5,70 10
1 6,30
6,18 ± 0,18 2
6,05 20
1 7,56
7,63 ± 0,10 2
7,70 30
1 7,88
7,95 ± 0,10 2
8,02 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
7.309 3
2.436 187.047 .000
Within Groups .052
4 .013
Total 7.361
7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Substitusi 0
2 5.6750
Substitusi 10 2
6.1750 Substitusi 20
2 7.6300
Substitusi 30 2
7.9500 Sig.
1.000 1.000
1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 13. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari waktu optimum pemasakan mie.
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Waktu
Pemasakan Rerata ± SD
1 4,0
4,10 ± 0,14 2
4,2 10
1 4,8
4,70 ± 0,14 2
4,6 20
1 5,0
5,00 ± 0,00 2
5,0 30
1 5,2
5,30 ± 0,14 2
5,4 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
1.575 3
.525 35.000
.002 Within Groups
.060 4
.015 Total
1.635 7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Substitusi 0 2
4.1000 Substitusi 10
2 4.7000
Substitusi 20 2
5.0000 5.0000
Substitusi 30 2
5.3000 Sig.
1.000 .070
.070 Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Lampiran 14. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari kekerasan mie.
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Kekerasan
gf Rerata ± SD
1 915,5
941,33 ± 25,04 2
965,5 3
943,0 10
1 742,5
767,83 ± 21,96 2
779,5 3
781,5 20
1 654,5
651,17 ± 44,59 2
605,0 3
694,0 30
1 506,0
512,33 ± 47,82 2
468,0 3
563,0 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
297379.500 3
99126.500 73.641
.000 Within Groups
10768.667 8
1346.083 Total
308148.167 11
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Substitusi 30
3 5.1233E2 Substitusi 20
3 6.5117E2
Substitusi 10 3
7.6783E2 Substitusi 0
3 9.4133E2
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 15. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari gaya tarik mie
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Gaya tarik
gf Rerata ± SD
1 30,5
31,33 ± 1,04 2
31,0 3
32,5 10
1 25,0
27,83 ± 2,02 2
27,5 3
26,0 20
1 24,5
22,33 ± 2,02 2
20,5 3
22,0 30
1 18,0
18,33 ± 1,04 2
19,5 3
17,5 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
299.062 3
99.688 38.589
.000 Within Groups
20.667 8
2.583 Total
319.729 11
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Substitusi 30
3 18.3333 Substitusi 20
3 22.3333
Substitusi 10 3
27.8333 Substitusi 0
3 31.3333
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari uji organoleptik mie a. Rekapitulasi data
825 187
769 518
825 187
769 518
825 187
769 518
825 518
769 187
825 518
769 187
1 4
4 6
4 5
6 6
5 5
3 6
3 6
6 6
5 5
6 6
5 2
5 3
6 5
6 3
6 6
4 4
4 4
6 5
5 5
6 4
5 5
3 5
4 6
4 6
6 6
5 6
6 6
7 6
6 6
5 6
6 6
5 4
5 4
5 5
6 3
5 5
6 5
7 5
5 3
4 3
4 3
5 3
5 5
4 6
4 6
6 4
4 6
5 5
3 7
5 6
4 6
5 6
3 6
5 5
6 5
5 5
6 5
6 2
6 5
4 5
6 5
4 4
6 2
7 5
3 6
4 6
3 6
5 6
5 6
6 5
6 6
6 6
5 6
6 8
5 4
6 4
5 4
5 5
6 6
2 5
4 3
6 5
3 2
6 5
9 6
4 5
4 6
6 5
6 6
5 5
6 6
6 6
5 6
6 6
6 10
5 5
6 5
5 5
6 6
3 3
6 6
3 5
6 5
5 5
6 6
11 6
4 7
4 6
5 7
4 5
5 6
4 6
4 7
5 6
5 7
4 12
5 3
6 5
6 2
6 6
6 2
6 2
6 6
4 4
6 4
6 5
13 5
4 7
4 3
4 4
5 5
4 6
5 3
4 4
5 3
4 4
5 14
5 3
6 4
6 6
6 6
6 6
6 6
6 4
5 4
6 6
6 4
15 6
4 7
5 6
4 7
5 6
5 6
5 6
6 6
5 6
6 6
4 16
4 4
6 4
2 4
5 4
2 3
5 5
2 3
6 3
2 3
6 3
17 5
3 7
4 2
3 6
2 3
4 6
3 4
6 5
3 4
5 6
4 18
6 4
6 5
5 6
6 5
4 4
7 5
5 6
6 5
5 6
6 5
19 5
3 7
4 5
3 7
5 5
2 7
7 5
5 7
5 6
3 7
6 20
4 4
5 4
4 3
5 4
7 2
4 2
4 2
5 4
4 4
3 4
21 5
4 6
4 5
2 5
2 5
3 5
3 4
4 4
4 5
3 6
3 22
5 4
6 4
6 6
6 6
6 2
6 3
6 4
6 4
6 2
6 3
23 6
3 6
4 6
3 6
6 6
3 6
6 6
5 6
6 6
5 6
6 24
4 4
7 5
4 4
7 6
4 4
6 6
6 6
6 5
5 5
6 5
25 6
3 6
3 5
5 6
7 3
2 6
1 5
7 6
4 2
3 6
1
Panelis Warna
Kekenyalan Kelengketan
Rasa Keseluruhan
98
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
Multivariate Tests
Source Dependent
Variable Type III Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Corrected Model
Warna 87.950
a
27 3.257
9.219 .000
Kekenyalan 84.130
b
27 3.116
3.000 .000
Kelengketan 108.640
c
27 4.024
2.506 .001
Rasa 67.160
d
27 2.487
3.153 .000
Keseluruhan 105.300
e
27 3.900
3.969 .000
Panelis Warna
8.640 24
.360 1.019
.456 Kekenyalan
56.660 24
2.361 2.273
.004 Kelengketan
62.240 24
2.593 1.615
.062 Rasa
52.960 24
2.207 2.797
.000 Keseluruhan
70.540 24
2.939 2.992
.000 Sampel
Warna 79.310
3 26.437
74.821 .000
Kekenyalan 27.470
3 9.157
8.816 .000
Kelengketan 46.400
3 15.467
9.633 .000
Rasa 14.200
3 4.733
6.000 .001
Keseluruhan 34.760
3 11.587
11.793 .000
Error Warna
25.440 72
.353 Kekenyalan
74.780 72
1.039 Kelengketan
115.600 72
1.606 Rasa
56.800 72
.789 Keseluruhan
70.740 72
.983 Total
Warna 2427.000
100 Kekenyalan
2689.000 100
Kelengketan 2490.000
100 Rasa
2644.000 100
Keseluruhan 2538.000
100
Uji Lanjut Duncan
Warna
Sampel N
Subset 1
2 3
4 Substitusi
30 25
3.76 Substitusi
20 25
4.28 Substitusi
10 25
5.08 Kontrol
25 6.12
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Kelengketan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 30
25 3.80
Substitusi 20
25 4.52
Substitusi 10
25 5.08
5.08 Kontrol
25 5.64
Sig. 1.000
.123 .123
Keseluruhan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 30 25
4.32 Substitusi 20
25 4.40
4.40 Substitusi 10
25 4.92
Kontrol 25
5.80 Sig.
.776 .068
1.000
Kekenyalan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 30
25 4.28
Substitusi 20
25 5.00
Substitusi 10
25 5.08
Kontrol 25
5.76 Sig.
1.000 .782
1.000
Rasa
Sampel N
Subset 1
2 Substitusi
30 25
4.56 Substitusi
20 25
4.88 Substitusi
10 25
5.04 Kontrol
25 5.60
Sig. .074
1.000
Lampiran 17. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari kekerasan cookies
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Kekerasan
gf Rerata ± SD
1 442,0
523,00 ± 87,92 2
510,5 3
616,5 25
1 1304,0
1331,33 ± 112,52 2
1235,0 3
1455,0 50
1 1703,0
1596,00 ± 112,05 2
1605,5 3
1479,5 75
1 1908,5
2060,17 ±159,79 2
2045,0 3
2227,0 100
1 2244,0
2306,67 ± 65,12 2
2302,0 3
2374,0 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
5809716.933 4 1452429.233 115.786
.000 Within Groups
125440.500 10
12544.050 Total
5935157.433 14
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 5
Substitusi 0 3 5.2300E2
Substitusi 25 3
1.3313E3 Substitusi 50
3 1.5960E3
Substitusi 75 3
2.0602E3 Substitusi 100
3 2.3067E3
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 18. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari uji organoleptik cookies a. Rekapitulasi data
346 187
518 825
769 346
187 518
825 769
346 187
518 825
769 346
187 518
825 769
1 4
4 4
4 4
5 5
5 5
5 6
6 6
6 6
4 4
4 4
4 2
5 2
2 7
5 6
6 6
6 6
6 7
5 7
2 5
5 6
7 5
3 5
4 1
6 2
5 4
1 6
2 5
4 1
6 2
5 4
1 6
2 4
5 4
2 7
2 6
5 3
6 2
4 4
4 7
4 5
5 3
7 2
5 6
6 5
7 4
6 6
6 6
6 3
5 6
6 6
6 6
6 6
6 6
1 3
1 7
1 6
1 1
1 1
2 3
1 7
2 6
1 1
1 1
7 6
5 3
6 4
6 4
4 6
4 6
4 5
7 4
6 5
4 6
4 8
6 3
3 6
5 6
5 5
6 6
6 6
6 6
6 6
4 5
6 6
9 6
4 3
7 5
6 6
5 6
5 3
3 3
6 3
5 3
3 6
3 10
6 6
5 6
5 6
6 3
6 6
6 6
5 6
5 6
6 5
6 6
11 6
5 3
6 4
6 7
2 6
2 6
4 6
6 4
6 4
3 6
4 12
6 6
3 6
3 6
6 2
6 3
6 6
5 7
5 6
6 3
7 3
13 5
3 2
6 2
3 2
3 6
3 6
5 3
6 2
6 5
3 6
2 14
6 5
2 7
3 6
5 5
6 6
6 6
5 6
5 6
5 5
6 5
15 6
6 4
7 5
6 6
4 7
4 6
5 4
7 5
6 5
4 7
5 16
5 5
3 4
6 6
4 3
5 3
3 5
6 6
3 5
5 6
6 6
17 6
5 5
7 5
6 4
4 7
4 5
3 4
6 5
6 5
4 7
5 18
6 4
3 6
3 6
6 6
6 6
6 3
3 6
5 5
4 4
6 5
19 4
6 3
5 3
5 4
5 4
5 4
4 4
5 4
4 5
4 4
4 20
6 5
2 7
2 7
5 2
6 5
5 4
2 7
2 5
5 2
6 2
21 6
5 5
7 5
6 6
6 6
6 4
4 5
6 5
4 4
4 4
4 22
6 4
4 6
4 5
6 5
6 5
5 5
5 6
4 5
5 5
6 5
23 6
5 5
6 5
4 5
5 4
6 4
4 4
6 3
5 5
5 6
4 24
7 4
4 7
4 6
6 4
6 4
5 2
2 7
2 6
4 3
7 3
25 6
5 2
7 2
4 3
2 6
2 4
3 1
6 3
5 3
3 6
3
Warna Aroma
Kerenyahan Keseluruhan
Panelis
102
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
Multivariate Tests
c
Source Dependent
Variable Type III Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Corrected Model
Warna 206.700
a
28 7.382
6.211 .000
Aroma 144.448
b
28 5.159
3.531 .000
Kerenyahan 145.168
c
28 5.185
3.533 .000
Keseluruhan 140.068
d
28 5.002
4.273 .000
Panelis Warna
45.740 24
1.906 1.604
.056 Aroma
83.040 24
3.460 2.369
.002 Kerenyahan
52.560 24
2.190 1.492
.089 Keseluruhan
65.940 24
2.748 2.347
.002 Sampel
Warna 92.510
3 30.837
25.945 .000
Aroma 31.150
3 10.383
7.108 .000
Kerenyahan 78.830
3 26.277
17.906 .000
Keseluruhan 51.230
3 17.077
14.588 .000
Error Warna
114.100 96
1.189 Aroma
140.240 96
1.461 Kerenyahan
140.880 96
1.468 Keseluruhan
112.380 96
1.171 Total
Warna 3012.000
125 Aroma
3242.000 125
Kerenyahan 3052.000
125 Keseluruhan
3009.000 125
Uji Lanjut Duncan
Warna
Sampel N
Subset 1
2 3
4 Substitusi
100 25
3.16 Substitusi
75 25
3.72 Substitusi
50 25
4.56 Substitusi
25 25
5.48 Kontrol
25 6.28
Sig. .072 1.000 1.000 1.000
Aroma
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 100
25 3.88
Substitusi 75
25 4.28
4.28 Substitusi
50 25
4.92 Substitusi
25 25
5.60 Kontrol
25 5.64
Sig. .245
.064 .907
Kerenyahan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 75
25 3.88
Substitusi 100
25 4.04
Substitusi 50
25 4.44
4.44 Substitusi
25 25
4.88 Kontrol
25 6.28
Sig. .126
.202 1.000
Keseluruhan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 100
25 3.84
Substitusi 75
25 3.96
3.96 Substitusi
50 25
4.52 Substitusi
25 25
5.36 Kontrol
25 5.80
Sig. .696
.070 .154
ABSTRACT
NANDI SUKRI. Characterizations of Walur Flour Amorphophallus
campanulatus var. sylvetris and Its Application in Noodle and Cookies. Supervised by FERI KUSNANDAR, EKO HARI PURNOMO dan
RISFAHERI.
Walur Amorphophallus campanulatus var. sylvestris is a source of carbohydrate that is available locally and potentially to be developed as a food
source. Walur is a type of tuber containing high oxalate content causing itchiness and irritation on lips. The objective of this research was to produce walur flour
with low oxalic content and to apply it as flour-subtitute in noodles and cookies. Walur root had moisture content of 74,46, ash 4,89, fat 14,41, protein
6,42, and carbohydrate 74,28 in dry basis. Oxalic content of walur was reduced by boiling at 40
o
C for 3 hours, soaking in HCl 0,2 N solution for 30 minutes, 1 sodium bicarbonate solution for 5 minutes, washing and soaking in
sodium metabisulfite 1000 ppm solution for 5 minutes before dried. This treatment reduced 95 of oxalic content and obtained whiteness value of 69.
RVA profile showed that walur flour had A type gelatinization pattern. Noodles product with 30 walur flour substitution and cookies product with 50 walur
flour substitution were most acceptable sensoricaly.
Keyword: walur, oxalate, flour, noodle, cookies.
RINGKASAN
NANDI SUKRI. Karakterisasi Tepung Umbi Walur Amorphophallus campanulatus var. sylvetris dan Aplikasinya pada Mie dan Cookies. Dibimbing
oleh FERI KUSNANDAR, EKO HARI PURNOMO dan RISFAHERI.
Ketergantungan terhadap tepung terigu impor merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi negara Indonesia untuk mendukung program
kemandirian pangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk menyikapi permasalahan ini dalam memperjuangkan kemandirian pangan serta
menjaga stabilitas ketahanan pangan. Kelompok umbi-umbian memiliki potensi yang besar sebagai bahan pangan alternatif untuk dikembangkan sebagai
pengganti tepung terigu. Salah satu kelompok umbi-umbian yang memiliki keunggulan secara komparatif adalah walur Amorphophallus campanularus var.
sylvetris. Walur tidak memiliki nilai ekonomi karena mengandung kadar kalsium oksalat yang sangat tinggi sehingga menimbulkan rasa gatal ketika dikonsumsi
dan dianggap sebagai tanaman liar dan gulma oleh petani iles-iles.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu paket teknologi agar dapat menghasilkan produk olahan umbi walur yang bermutu, berdaya saing dan
memiliki nilai tambah yang tinggi. Salah satunya adalah dalam bentuk tepung walur yang bebas kalsium oksalat sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan
pangan alternatif. Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap 1 karakterisasi sifat fisikokimia umbi walur dan reduksi kalsium oksalat, tahap 2
produksi tepung dari umbi walur dan karakterisasi sifat fisikokimia dan fungsional tepung walur, tahap 3 aplikasi tepung walur pada pengolahan produk pangan
mie dan cookies.
Berdasarkan hasil analisis kimia, didapatkan bahwa umbi walur memiliki kandungan karbohidrat dan pati yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pangan alternatif. Oksalat dalam umbi walur dapat direduksi melalui perendaman dalam air hangat 45
o
C selama 3 jam dan dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan HCl 0,2 N selama 30 menit lalu perendaman dalam
natrium bikarbonat 1 selama 5 menit serta diikuti dengan pencucian. Metode ini dapat menurunkan kandungan oksalat sebesar 95 dengan sisa oksalat sebesar
1261 ppm. Perendaman irisan umbi walur dalam Na-metabisulfit pada konsentrai 1000 ppm memberikan nilai derajat putih tepung walur sebesar 69 dengan
residu sulfit sebesar 70,61 ppm.
Dari hasil analisis sifat fisikokimia tepung walur didapatkan rendemen tepung walur sebesar 14,35, kadar karbohidrat 88,35, total pati 59,70,
kandungan amilosa 23,40 dan kadar serat kasar 4,56, kemudian dari hasil analisis sifat fungsional tepung walur diperoleh kekuatan gel 119,85 gf,
viskositas maksimum 3213 RVU, viskositas breakdown 1271 RVU dan viskositas setback 720 RVU. Analisis RVA menunjukkan bahwa tipe profil gelatinisasi
pasting properties dari tepung walur adalah tipe A.
Pada analisis kelayakan pendirian industri tepung walur, didapatkan nilai NPV Rp. 249.895.000,-, nilai IRR 20, nilai Net BC 1,28 dan nilai PBP 6,1
tahun. Nilai dari kriteria-kriteria investasi pendirian industri tepung walur yang didapatkan tersebut memenuhi persyaratan layak dalam pendirian industri.
Selanjutnya, berdasarkan hasil uji organoleptik didapatkan bahwa substitusi tepung walur sebesar 30 dalam tepung terigu pada pembuatan mie masih dapat
diterima dan substitusi tepung walur dalam tepung terigu pada pembuatan cookies dapat diterima sampai 50.
Kata kunci: Walur, oksalat, tepung, mie dan cookies
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar bahan pangan yang dikomsumsi di Indonesia berbahan dasar tepung terigu. Produk olahan tepung terigu seperti mie, cookies, roti dan
biskuit telah menjadi menu harian pada sebagian orang. Konsumsi produk olahan berbasis tepung terigu yang sangat tinggi menjadikan tepung terigu sebagai bahan
pangan pokok setara beras. Namun, sebagian besar pemenuhan kebutuhan tepung terigu dalam negeri berasal dari tepung terigu impor. Ketergantungan terhadap
tepung terigu impor merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi negara Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk menyikapi
permasalahan ini dalam memperjuangkan kemandirian pangan serta menjaga stabilitas ketahanan pangan.
Diversifikasi bahan pangan pokok berbasis bahan pangan lokal adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap
tepung terigu impor. Kelompok umbi-umbian memiliki potensi yang besar sebagai bahan pangan alternatif untuk dikembangkan sebagai pengganti tepung
terigu. Salah satu kelompok umbi-umbian yang potensial untuk dikembangkan adalah walur. Walur termasuk kedalam family Araceae, genus Amorphophallus,
dan spesies Amorphophallus campanulatus var. sylvetris. Menurut Ohtsuki 1968, Amorphophallus campanulatus mengandung kadar pati yang tinggi yaitu
sekitar 77 . Saat ini, walur tidak memiliki nilai ekonomi karena mengandung kadar
kalsium oksalat yang sangat tinggi sehingga menimbulkan rasa gatal ketika dikonsumsi. Walur dianggap sebagai tanaman liar dan gulma oleh petani iles-iles.
Namun, produktifitas walur sangat tinggi bahkan mencapai 3 kali lebih tinggi dari produksi iles-iles pada lahan perkebunan iles-iles itu sendiri. Das et al., 2009
melaporkan bahwa spesies Amorphophallus campanulatus mengandung d- galaktosa, d-glukosa, 4-O-acyl-d-methyl galacturonate dan I-arabinosa, dimana
senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa penyusun polisakarida. Oleh karena itu, walur diduga juga mengandung serat pangan dietary fiber yang tinggi
serta memiliki sifat fungsional yang baik.
Melihat potensi umbi walur yang cukup besar untuk dikembangkan, perlu dilakukan suatu pengkajian terhadap umbi walur sehingga dapat menghasilkan
produk olahan umbi walur yang bermutu, berdaya saing dan memiliki nilai tambah yang tinggi. Salah satunya adalah dalam bentuk tepung walur yang bebas
kalsium oksalat sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif untuk mengatasi ketergantungan pada terigu impor.
1.2 Tujuan Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari produksi dan karakteristik tepung dari umbi walur sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pangan alternatif.
Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik fisikokimia dari umbi walur. 2. Melakukan reduksi kalsium oksalat dalam produksi tepung dari umbi walur.
3. Mempelajari karakteristik fisikokimia dan fungsional dari tepung walur serta aplikasinya pada pengolahan produk pangan mie dan cookies.
4. Melakukan analisis kelayakan pendirian industri tepung walur.
1.3 Hipotesis
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hipotesis sebagai berikut: 1. Kombinasi waktu pemanasan air hangat dan perendaman dalam larutan asam
kuat dapat mereduksi kandungan oksalat pada umbi walur sehingga umbi walur dapat dikonsumsi dan menjadi salah satu sumber pangan alternatif.
2. Perendaman dalam Natrium metabisulfit pada proses produksi tepung walur dapat memberikan mutu derajat putih tepung yang lebih baik.
3. Tepung walur dapat diaplikasikan sebagai pensubstitusi tepung terigu dalam pengolahan produk mie dan cookies.
4. Industri tepung walur layak untuk didirikan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang sifat fisiko kimia umbi walur dan tahapan
proses dalam melakukan reduksi kandungan oksalat pada umbi walur serta tahapan proses dalam produksi tepung dari umbi walur.
2. Memberikan informasi tentang sifat fisikokimia dan fungsional dari tepung walur serta informasi mengenai aplikasi tepung walur pada pengolahan
produk pangan seperti mie dan cookies. 3. Memberikan informasi tentang kelayakan pendirian industri tepung walur.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umbi Walur Amorphophallus campanulatus var. sylvetris
Amorphopallus campanulatus merupakan tanaman yang berbatang semu, mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah dengan tangkai daun tegak
yang keluar dari umbinya. Menururut Kriswidarti 1980 yang dikutip dalam Faridah 2005, selain mempunyai tangkai daun yang kasar dan berwarna agak
gelap, walur memiliki umbi yang sangat gatal jika dikonsumsi. Umbi walur termasuk kedalam famili Araceae, genus Amorphophallus, dan spesies
Amorphophallus campanulatus. Menurut Ohtsuki 1968, di Jawa banyak berkembang dua varietas
Amorphophallus campanulatus, yaitu varietas sylvetris walur dan varietas hortensis suweg. Perbedaan kedua varietas ini adalah walur memiliki tangkai
daun yang kasar sedangkan suweg memiliki tangkai daun yang halus. Di Madiun Jawa Timur, umbi walur dapat di temukan di perkebunan iles-iles. Gambar umbi
walur dan umbi iles-iles yang berasal dari Madiun Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Umbi Walur Amorphophallus campanulatus var sylvetris dan umbi iles-iles dari Madiun Jawa Timur.
Umbi Walur Umbi Iles-iles
Umbi yang termasuk ke dalam famili Araceae mengandung bahan aktif yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi pada bibir, mulut serta kerongkongan.
Penyebab rasa gatal pada rongga mulut dan kulit tersebut disebabkan oleh senyawa yang terdapat pada permukaan kristal kalsium oksalat jenis raphide.
Kristal raphide ini hanya berfungsi sebagai pembawa sedangkan senyawa yang menyebabkan iritasi tersebut adalah jenis protein dengan bobot molekul 26 Kda
Paul et al. 1999.
2.2 Penurunan Kadar Oksalat
Oksalat biasanya berada dalam bentuk larut air asam oksalat dan tidak larut air kalsium oksalat atau garam oksalat. Kalsium oksalat adalah
persenyawaan garam antara ion kalsium dengan ion oksalat. Senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak larut dalam air namun larut
dalam asam kuat Schum 1978. Menurut Nakata 2003 kandungan oksalat dalam tanaman sekitar 5-80 ww dan 90 dari kandungan tersebut berada
dalam bentuk garam oksalat seperti kalsium oksalat. Kristal kalsium oksalat dalam tumbuhan memiliki beberapa fungsi,
diantaranya adalah sebagai pengatur kalsium dalam jaringan, perlindungan dari hewan herbivora dan sebagai detoksifikasi logam Nakata 2003. Bahan pangan
yang mengandung kalsium oksalat dapat menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada bibir, mulut dan kerongkongan. Menurut Bradbury dan Nixon 1998, rasa gatal
yang merangsang rongga mulut dan kulit disebabkan oleh adanya kristal kecil berbentuk jarum halus yang tersusun dari kalsium oksalat yang disebut raphide.
Secara umum terdapat lima jenis kalsium oksalat yang berada di dalam tanaman, yaitu berbentuk jarum raphide, bentuk pensil rectangular, bulat
druse, prisma dan parallelogram rhomboid. Raphide dan kristal kalsium oksalat lainnya merupakan mineral yang relatif stabil dan sedikit larut dalam air
Webb 1999, tidak larut dalam keadaan netral atau alkali dan dapat dengan bebas dipecahkan dalam asam Noonan Savage 1999. Kalsium oksalat yang larut
dalam air dapat dihilangkan dengan cara mendidihkannya sedangkan jika dipanggang maka konsentrasinya akan semakin membesar Judprasong et al.
2006.
Metode fisik yang paling sering digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal akibat kandungan kalsium oksalat adalah dengan
pemanasan. Pemanasan dilakukan melalui penjemuran, pemasakan Lee 1999, perebusan, perendaman dalam air hangat, pemanggangan Iwuoha dan Klau 1994
dan pengeringan Nur 1986. Pemanasan menyebabkan ikatan ion antar karbon ion kalsium oksalat terputus dan bagian organik terdekomposisi sebelum titik
leleh tercapai Schumm 1978. Kemudian, perlakuan tertentu yang didasarkan kepada sifat kimiawi kalsium oksalat juga dapat menjadi alternatif untuk
menghilangkan kalsium oksalat, yaitu melarutkan kalsium oksalat dalam asam kuat sehingga mendekomposisi kalsium oksalat menjadi asam oksalat Schumm
1978. Menurut Kurdi 2002, salah satu asam kuat yang dapat melarutkan
kalsium okasalat adalah asam klorida. Reaksi antara asam klorida dengan kalsium oksalat akan menghasilkan endapan kalsium klorida dan asam oksalat. Selain itu,
perendaman dalam larutan garam NaCl banyak dilakukan untuk mengurangi rasa gatal pada talas. Di dalam air, NaCl akan terionisasi menjadi ion Na
+
dan Cl
-
yang akan berikatan dengan kalsium oksalat membentuk natrium oksalat yang larut dalam air dan endapan kalsium diklorida.
2.3 Tepung
Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara penggilingan dan penyaringan dengan ukuran partikel tertentu serta memiliki
kadar air yang rendah. Kadar air yang rendah berperan penting dalam menjaga keawetan suatu bahan pangan. Jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat dan jenis bahan, perlakuan yang telah dialami bahan pangan, kelembaban udara tempat penyimpanan dan jenis
pengemasan. Proses pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dari jenis umbi-umbian itu sendiri Lingga 1986. Dalam proses pembuatan tepung, cara yang dilakukan untuk menurunkan kadar air adalah
dengan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan alat pengering biasa.
2.4 Pati
Pati memiliki karakteristik yang khas dari bentuk, ukuran, distribusi ukuran, komposisi dan kekristalan granulanya Belitz dan Grasch 1999. Pati
merupakan bagian makanan utama yang terdapat dalam tanaman dan menyediakan 70-80 kalori yang dikonsumsi oleh manusia. Dalam granula pati,
campuran molekul yang berstruktur linier dan bercabang tersusun membentuk lapisan-lapisan tipis yang berbentuk cincin atau lamela, dimana lamela tersebut
tersusun terpusat mengelilingi titik awal yang disebut dengan helium. Penampakan helium pada granula pati adalah akibat dari pengendapan lapisan
molekul pati yang terjadi pada waktu yang berlainan dan tidak sama kadarnya Campbell et al. 1999.
Pati mempunyai sifat dapat merefleksikan cahaya terpolarisasi sehingga dibawah mikroskop akan terlihat warna biru dan orange. Sifat ini disebut sifat
birefringence. Pada waktu granula mulai pecah sifat birefringence ini akan hilang atau dikenal juga dengan awal proses gelatinisasi. Tiap jenis pati memiliki sifat
yang berbeda-beda bergantung pada panjang rantai karbonnya. Selain itu, perbandingan antara molekul amilosa dan amilopektin serta kandungan protein
dan lemak juga menjadi faktor yang mempengaruhi sifat dari suatu jenis pati. Amilosa merupakan
polimer linier dengan ikatan α-1,4-D-glukosa sedangkan amilopektin memiliki per
cabangan pada α-1,6-D-glukosa dan memiliki ukuran yang lebih besar dari amilosa. Amilopektin dan amilosa dapat dipisahkan
dengan cara melarutkannya dalam air panas di bawah suhu gelatinisasi. Fraksi terlarut dalam air panas adalah amilosa dan fraksi tidak larut adalah amilopektin.
Fenema 1996 menjelaskan bahwa amilopektin merupakan komponen terbesar dalam pati, menyusun sekitar 70-75 dari keseluruhan pati dan amilosa sekitar
20-25. Amilosa bersifat sangat hidrofobik karena banyak mengandung gugus
hidroksil. Molekul amilosa cenderung membentuk susunan paralel satu sama lain melalui ikatan hidrogen dan gaya van der walls. Amilosa mampu membentuk
struktur kristal karena adanya interaksi molekular yang kuat. Menurut Klucinec et al. 1999, kristalisasi sering pula disebut sebagai retrogradasi, proses yang
menyebabkan molekul pati menjadi tidak larut dalam air yang bersifat dapat balik karena terjadi pembentukan ikatan intermolekuler yang kuat.
Scoch dan Maywald 1968 mengelompokkan pati ke dalam empat tipe A, B, C dan D pola gelatinisasi berdasarkan kemampuan pengembangan granula
pati dan ketahanannya terhadap panas serta pengadukan. Tipe A adalah jenis pati yang memiliki kemampuan pengembangan yang tinggi. Kurva viskositas tipe ini
menghasilkan puncak viskositas yang tinggi diikuti dengan pengenceran secara cepat selama pemasakan. Granula pati tipe ini mengembang dengan mudah ketika
dipanaskan dalam air dan ikatan internalnya menjadi lemah sehingga menjadi tidak tahan terhadap pengadukan. Jenis pati yang tergolong ke dalam tipe ini
adalah pati kentang, tapioka, dan sereal jenis wax. Jenis pati tipe B adalah pati yang mengalami pengembangan yang
moderat. Hal ini disebabkan oleh granula pati tidak mengembang secara sempurna sehingga menyebabkannya menjadi tidak mudah pecah, maka pati jenis ini
menunjukkan puncak viskositas yang lebih rendah dan mengalami sedikit pengenceran selama pemasakan. Kelompok pati yang tergolong ke dalam tipe ini
adalah pati sereal. Pati tipe C merupakan jenis pati yang mengalami pembengkakan terbatas. Kurva viskositasnya tidak menunjukkan adanya puncak
viskositas tapi memiliki viskositas yang sangat tinggi dan meningkat selama pemasakan berlangsung. Tipe D merupakan pati yang memiliki pengembangan
yang sangat terbatas. Biasanya, pati yang memiliki pola viskositas ini adalah pati yang mengandung amilosa yang sangat tinggi. Hal ini karena kekakuan ikatan
internal akibat interaksi molekul-molekul linier sehingga menyebabkan granula pati tidak memberikan pembengkakan yang cukup untuk meningkatkan viskositas
selama pemasakan.
2.5 Pasting Properties
Pasting properties memperlihatkan sifat pasta pada saat terjadinya gelatinisasi dan perubahan sifat pasta setelah terjadinya gelatinisasi. Proses
gelatinisasi pati didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana granula pati mengalami pembengkakan yang luar biasa akibat adanya perlakuan termal yang
bersifat irrevesible tidak dapat balik seperti kondisi semula. Suhu awal gelatinisasi adalah suhu pada saat pertama kali viskositas mulai naik, yang
merupakan suatu fenomena sifat fisik pati yang kompleks, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh ukuran molekul amilosa dan amilopektin serta
keadaan media pemanasan Herawati 2010. Pengukuran profil gelatinisasi meliputi pengukuran suhu gelatinisasi, laju peningkatan viskositas pemanasan,
suhu granula pecah, viskositas maksimum, viskositas breakdown, setback retrogradasi, ketahanan terhadap pengadukan dan viskositas akhir.
Pada saat gelatinisasi berlangsung, maka akan timbul beberapa perubahan pada sifat fisikokimia pati tersebut. Pada saat tercapai suhu gelatinisasi, suspensi
pati yang pada mulanya keruh mulai berubah menjadi jernih. Selanjutnya translusi larutan pati tersebut diikuti pembengkakan granula akibat masuknya air ke dalam
granula pati. Hal ini terjadi karena energi kinetik molekul air lebih kuat dibandingkan daya tarik-menarik atar molekul pati Herawati 2010. Terjadinya
pembengkakan granula diikuti oleh keluarnya molekul amilosa dari granula. Amilosa kemudian juga mengalami hidrasi berat. Suspensi pati mengalami
peningkatan kejernihan dan viskositasnya terus meningkat hingga mencapai titik viskositas puncak maksimum dimana hidrasi granula pati mencapai maksimum.
Apabila pemanasan dilanjutkan maka granula menjadi rapuh, mudah pecah dan terpotong-potong menjadi molekul primer atau turunannya dikenal dengan istilah
sol serta nilai viskositasnya menurun. Pada saat pendinginan, kebeningan sol tersebut menjadi berkurang dan nilai viskositasnya kembali meningkat hingga
membentuk gel lagi Kusnandar 2011.
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah umbi walur Amorphophallus campanulatus var. sylvetris yang diperoleh dari petani di wilayah Madiun Jawa
Timur. Bahan pendukung yang digunakan antara lain HCl, NaCl, NaOH, Na- bikarbonat, Na-metabisulfit dan bahan-bahan kimia untuk analisa.
Peralatan yang digunakan antara lain alat slicer pengiris, oven, alat penepung dan ayakan, autoclave, Rapid Visco Analyzer RVA, texture analyzer,
viscometer, HPLC, Mikroskop polarisasi, SEM, noodle processing machine, oven baking, varimixer dan peralatan gelas untuk analisa.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 12 bulan yaitu dari bulan Juli 2010 –
Juni 2011. Tempat penelitian ini dilakukan adalah di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian di Bogor, laboratorium dan Pilot Plant Seafast Center
Bangsal dan laboratorium kimia serta laboratorium rekayasa proses pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap 1 karakterisasi sifat fisikokimia umbi walur dan reduksi oksalat, tahap 2 produksi tepung dari umbi
walur dan karakterisasi sifat fisikokimia dan fungsional tepung walur serta analisis finansial tepung walur, tahap 3 aplikasi tepung walur pada pengolahan
produk pangan mie dan cookies. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Reduksi Ca-oksalat
Pemanasan dan perendaman larutan asam, larutan garam, larutan alkalin
Analisa kualitatif mikroskop polarisasi dan kuantitatif HPLC
Penepungan ayakan 100 mesh
Tepung Walur
Pengeringan suhu 60
o
C selama 14-16 jam Pengirisan 3 mm
Pengupasan dan pencucian
Karakterisasi sifat fisikokimia
Analisa sifat fisik: mikrostruktur Analisa sifat kimia: proksimat air, protein, lemak, abu,
karbohidrat by different, kadar pati total, kadar amilosa dan kadar oksalat.
Uji Taksonomi Umbi Walur
Karakterisasi sifat fisikokimia dan fungsional
Analisa sifat fisik: rendemen, tekstur, derajat putih, mikrostruktur, densitas kamba, sudut tumpukan
Analisa sifat kimia: proksimat air, protein, lemak, abu, karbohidrat by different, kadar pati total, kadar amilosa,
kadar oksalat, residu sulfit Analisa sifat fungsional: RVA, swelling volume dan
kelarutan dan kekuatan gel.
Penambahan Natrium metabisulfit
Aplikasi tepung walur pada pengolahan produk pangan Mie kering dan
Cookies Analisis Kelayakan
Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian
Mie
Cookies
Analisis organoleptik mie : Warna, kekenyalan, kelengketan, rasa dan keseluruhan
Analisis karakteristik pemasakan mie : Kehilangan padatan selama pemasakan dan waktu
optimum pemasakan Analisis terkstur mie :
Kekerasan dan gaya tarik
Analisis organoleptik cookies : Warna, aroma, kerenyahan dan keseluruhan
Analisis tekstur cookies : Kekerasan cookies
3.4 Uji Taksonomi
Uji taksonomi dilakukan untuk memastikan bahwa bahan yang diteliti pada penelitian ini adalah umbi walur Amorphophallus campanulatus var.
sylvetris. Uji taksonomi ini dilakukan di LIPI-Cibinong.
3.5 Karakterisasi Sifat Fisikokimia Umbi Walur
Studi dan literatur karakteristik sifat fisikokimia umbi walur masih terbatas dan belum banyak dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik sifat fisikokimia umbi walur dari Madiun Jawa Timur yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam perlakuan selanjutnya.
Karakterisasi sifat fisik meliputi: analisa molekul dengan Mikroskop Polarisasi pada pembesaran 200X dan 400X, dan Scanning Electron Microscope
SEM JSM 5410LV. Karakterisasi sifat kimia meliputi: analisa kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat by different serta kadar oksalat.
3.6 Reduksi Oksalat
Reduksi oksalat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Perendaman dalam air panas
Dalam tahapan ini, dilakukan perlakuan perendaman air panas untuk menurunkan kadar oksalat dalam bahan. Menurut Mayasari 2010, untuk oksalat
yang terlarut dapat diekstrak menggunakan air panas, sedangkan oksalat yang berbentuk garam oksalat dapat diekstrak menggunakan larutan asam. Umbi walur
setelah dibersihkan dari kulit luarnya kemudian diiris menjadi ukuran 3-5 mm lalu direndam dalam air panas 45 °C selama 3 jam Mayasari 2010.
2. Pemilihan jenis larutan Tahapan ini bertujuan menentukan larutan terpilih dari 4 jenis larutan yang
dicobakan pada penelitian ini. Menurut Mayasari 2010, untuk mereduksi kandungan kalsium oksalat dapat dilakukan dengan perlakuan secara kimia, yaitu
dengan perendaman dalam larutan asam dan larutan garam. Larutan yang digunakan pada tahapan ini terdiri dari larutan HCl 0,2 N, NaOH 0,2 N, NaCl
1,7 N dan air.
3. Pengaruh waktu perendaman Pengaruh waktu perendaman dilihat untuk mendapatkan waktu
perendaman terbaik dalam mereduksi oksalat dengan menggunakan larutan terpilih yang didapatkan pada tahap sebelumnya. Waktu perendaman dari larutan
terpilih dilakukan sebanyak 4 taraf yaitu 0, 30, 60 dan 90 menit. Analisa kandungan oksalat dilakukan secara kualitatif dengan mikroskop
polarisasi dan SEM dan secara kuantitatif dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Tahapan optimasi reduksi kalsium oksalat dapat dilihat
pada Gambar 3.
3.7 Produksi Tepung Walur
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memproduksi tepung walur dalam bentuk tepung walur tanpa modifikasi native. Produk terpilih didasarkan pada
mutu fisik, kimia dan fungsionalnya, terutama pada syarat sebagai pangan alternatif kaya karbohidratpati dan daya cerna tinggi dan substitusi terigu.
Proses produksi tepung dari umbi walur dimulai dengan pengupasan dan pencucian umbi walur segar. Kemudian dilakukan pengirisan umbi walur dengan
ketebalan 3 mm dengan menggunakan slicer. Umbi walur yang telah diiris tipis diberi perlakuan reduksi kalsium oksalat untuk menurunkan kandungan kalsium
oksalat. Selanjutnya diberi perlakuan perendaman selama 5 menit dalam larutan Natrium metabisulfit dengan konsentrasi 500 ppm, 1000 ppm dan 1500 ppm.
Setelah itu, dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 60
o
C selama 14
– 16 jam yang dilanjutkan dengan penepungan melalui penggilingan dan pengayakan dengan ayakan berukuran 100 mesh. Proses produksi tepung
walur dapat dilihat pada Gambar 4.