Lampiran 4.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari derajat putih tepung walur.
a. Rekapitulasi data
Konsentrasi Natrium metabisulfit
Ulangan Nilai derajat
putih Rerata ± SD
Kontrol 1
56,70 56,50 ± 0,28
2 56,30
500 ppm 1
63,10 62,75 ± 0,49
2 62,40
1000 ppm 1
69,40 7010 ± 0,99
2 70,80
1500 ppm 1
70,20 70,85 ± 0,92
2 71,50
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
275.070 3
91.690  170.586 .000
Within Groups 2.150
4 .537
Total 277.220
7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Kontrol 2
56.500 500 ppm
2 62.750
1000 ppm 2
70.100 1500 ppm
2 70.850
Sig. 1.000
1.000 .364
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 5.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari residu sulfit tepung walur
a. Rekapitulasi data
Konsentrasi Natrium metabisulfit
Ulangan Residu Sulfit
Rerata ± SD
Kontrol 1
21,92 23,11 ± 1,68
2 24,30
500 ppm 1
37,44 39,35 ± 2,69
2 41,25
1000 ppm 1
67,51 70,61 ± 4,38
2 73,70
1500 ppm 1
94,64 91,51 ± 4,43
2 88,37
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
5665.945 3
1888.648  154.476 .000
Within Groups 48.905
4 12.226
Total 5714.849
7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 kontrol
2  23.1100 500 ppm
2 39.3450
1000 ppm 2
70.6050 1500 ppm
2 91.5050
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran  6. Biaya investasi pabrik tepung walur Rp. 000
No Komponen
Jumlah  satuan Harga
Satuan Nilai
Total Nilai
Sisa
1 Biaya Pra Investasi
a. Perizinan 1
paket 50.000
50.000 -
b. Biaya Kontraktor 1
paket 60.000
60.000 -
c. Studi kelayakan 1
paket 40.000
40.000 -
Total 1 150.000
2 Bangunan
a. Tanah 1.000
m2 80
80.000 80.000
b.  Bangunan 600
m2 142.000
71.000
Total 2 222.000  151.000
3 Fasilitas penunjang
a. instalasi telepon 1
paket 750
750 -
b. Instalasi listrik 1
paket 8.000
8.000 -
c. instalasi mesin 1
paket 10.000
10.000 -
d. Instalasi air 1
paket 3.000
3.000 -
e. Instalasi generator 1
paket 1.500
1.500 -
Total 3 23.250
4 Mesin dan Peralatan
4.1 Mesin produksi Srew conveyor
1 unit
18.000 18.000
1.800 Slicer Mesin pemecah
1 unit
20.000 20.000
2.000 Mesin penepung
1 unit
25.000 25.000
2.500 Tangki HCL
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Air
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Natrium metabisulfit
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Natrium bicarbonat
1 unit
12.000 12.000
1.200 Tangki Pembilas
1 unit
12.000 12.000
1.200 Oven
2 unit
15.000 30.000
3.000 Ayakan
1 unit
5.000 5.000
500 Pengolahan Limbah
1 paket
15.000 15.000
1.500 Water supply system package
1 paket
11.000 11.000
1.100 Genset
1 unit
90.000 90.000
9.000 Waste water treatment
1 paket
14.000 14.000
1.400
Sub Total 1 288.000
28.800 4.2 Peralatan Laboratorium
1 paket
5.000 5.000
500
Sub Total 2 5.000
500 4.3 Perlengkapan utilitas
a. Tangki bahan bakar 1
unit 200
200 20
b. Tabung Pemadam kebakaran 3
unit 439
1.317 132
c. Kendaraan 1
unit 87.000
87.000 8.700
Sub Total 3 88.517
8.852
Total 4
381.517 38.152
5 Alat Kantor
a. Kmputer 2
unit 4.000
8.000 800
b. Meja kursi kantor 1
paket 3.500
3.500 350
c. Pesawat Telepon 1
paket 300
300 30
d. Peralatan kantor 1
paket 3.000
3.000 300
Total 5
14.800 1.480
Total 1, 2, 3, 4, 5 modal tetap 791.567  190.632
Kontingensi 5
39.578
Bunga selama pembangunan 73.543
Total Investasi
904.688
Lampiran  7. Asumsi biaya opreasional pabrik tepung walur Rp. 000
No Deskripsi
Jumlah Satuan
Biaya Satuan
Biaya Total Pertahun
A Biaya Tetap
1  Biaya Produksi Tetap a. Listrik non produksi
1  per bulan 100
1.200 b. Gaji kepala pabrik
1  orangbulan 2.000
24.000 c. Gaji QC
1  orangbulan 1.300
15.600 Subtotal
40.800 2  Biaya pemasaran tetap
a. promosi 1  per bulan
3.000 36.000
b. Gaji staf pemasaran 2  orangbulan
1.300 31.200
Sub total 67.200
3 Biaya Administrasi umum
tetap a. Gaji pegawai tetap non
produksi Manager pabrik
1  orangbulan 3.500
42.000 staf keungan dan administrasi
1  orangbulan 1.300
15.600 Security
2  orangbulan 800
19.200 Office boy
1  orangbulan 600
7.200 b. Internet
1  per bulan 100
1.200 c. telepon dan fax
1  per bulan 250
3.000 d. Alat tulis kantor
1  per bulan 150
1.800 e. Alat kebersihan
1  paket 20
240 f. Pajak
PBB 1  paket
10.000 Kendaraan
1  unit 1.600
Sub total 101.840
4  Pemeliharaan 1  per tahun
5.000 5.000
Sub total 5.000
5  Asuransi 1  per tahun
5.000 5.000
Sub total 5.000
6  Penyusutan 1  per tahun
69.760 69.760
Sub total 69.760
B Biaya Variabel
1  Biaya bahan Baku a. Umbi walur
500  kghari 1
150.000 b. HCL teknis
10  Lhari 9
27.000 c. Natrium metabisulfit
2  kghari 22,5
13.500 d. NaOH
10  Lhari 6,5
19.500 Subtotal
210.000 2  Gaji Tenaga kerja langsung
a. Operator 3  orangbulan
900 32.400
b. Laboran 1  orangbulan
900 10.800
c. Pekerja pabrik 6  orangbulan
800 57.600
Subtotal 100.800
3  Biaya Utilitas a. Listrik mesin
1  per bulan 3.000
36.000 b. Bahan Bakar Solar
15  lhari 4,5
20.250 Sub total
56.250 4  Biaya Pengemasan
6  unithari 2
3.600 Sub Total
3.600 TOTAL
660.250
Lampiran 8. Biaya operasional pabrik tepung walur Rp. 000
Komponen Tahun 1  Tahun 2  Tahun 3  Tahun 4  Tahun 5  Tahun 6  Tahun 7  Tahun 8  Tahun 9
Tahun 10
80 90
100 100
100 100
100 100
100 100
1. Biaya tetap
Biaya produksi tetap 32.640
36.720 40.800
40.800 40.800
40.800 40.800
40.800 40.800
40.800 Biaya pemasaran tetap
53.760 60.480
67.200 67.200
67.200 67.200
67.200 67.200
67.200 67.200
Biaya Administrasi umum
81.472 91.656  101.840  101.840  101.840  101.840  101.840  101.840  101.840  101.840
Biaya Pemeliharaan 4.000
4.500 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 Asuransi
4.000 4.500
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
5.000 5.000
Biaya Penyusutan 42.769
42.769 42.769
42.769 42.769
42.769 42.769
42.769 42.769
42.769 Bunga
a. Modal Investasi tetap
90.678 76.534
60.235 44.900
30.253 15.678
b. Modal Kerja 6.054
4.590 3.108
1.502
Total Biaya Tetap
315.372  321.748  325.951  309.010  292.861  278.286  262.608  262.608  262.608  262.608
2. Biaya Variabel
Biaya bahan baku 168.000  189.000  210.000  210.000  210.000  210.000  210.000  210.000  210.000  210.000
Gaji Tenaga kerja langsung
80.640 90.720  100.800  100.800  100.800  100.800  100.800  100.800  100.800  100.800
Biaya utilitas 45.000
50.625 56.250
56.250 56.250
56.250 56.250
56.250 56.250
56.250 Biaya Pengemasan
2.880 3.240
3.600 3.600
3.600 3.600
3.600 3.600
3.600 3.600
Total Biaya Variabel 296.520  333.585  370.650  370.650  370.650  370.650  370.650  370.650  370.650  370.650
Biaya Total 611.892  655.333  696.601  679.660  663.511  648.936  633.258  633.258  633.258  633.258
90
Lampiran  9. Laporan laba rugi pabrik tepung walur Rp. 000
Komponen Tahun 1
Tahun 2 Tahun 3
Tahun 4 Tahun 5
Tahun 6 Tahun 7
Tahun 8 Tahun 9
Tahun 10 80
90 100
100 100
100 100
100 100
100
A. Penjualan
Tepung Walur 812.000
913.500  1.015.000  1.015.000  1.015.000  1.015.000  1.015.000  1.015.000 1.015.000
1.015.000
Total penjualan
812.000 913.500  1.015.000  1.015.000  1.015.000  1.015.000  1.015.000  1.015.000
1.015.000 1.015.000
B. Pengeluaran
1. Biaya Variabel
296.520 333.585
370.650 370.650
370.650 370.650
370.650 370.650
370.650 370.650
2. Biaya Tetap 315.372
321.748 325.951
309.010 292.861
278.286 262.608
262.608 262.608
262.608
Total Pengeluaran
611.892 655.333
696.601 679.660
663.511 648.936
633.258 633.258
633.258 633.258
Laba Kotor Laba sebelum
pajak 200.107
258.166 318.398
335.339 351.488
366.063 381.741
381.741 381.741
381.741
Pajak 42.532
59.949 78.019
83.101 87.946
92.319 97.022
97.022 97.022
97.022
Laba bersih
157.575 198.216
240.378 252.237
263.541 273.744
284.719 284.719
284.719 284.719
91
Lampiran 10. Cashflow pabrik tepung walur Rp. 000
Komponen Tahun
Tahun 1 Tahun 2
Tahun 3 Tahun 4
Tahun 5 Tahun 6
Tahun 7 Tahun 8
Tahun 9 Tahun 10
Penerimaan bersih
laba bersih 157.575
198.216 240.379
252.237 263.542
273.744 284.719
284.719 284.719
284.719 Penyusutan
42.768 42.768
42.768 42.768
42.768 42.768
42.768 42.768
42.768 42.768
Nilai Sisa 190.632
Modal Sendiri 316.641
Modal pinjaman 588.047
Subtotal
904.688 200.343
240.985 283.147
295.006 306.310
316.513 327.487
327.487 327.487
518.119
Pengeluaran bersih
Investasi + bunga sebelum pembangunan
904.688 Modal Kerja
73.543 Angsuran Modal
investasi tetap 98.008
98.008 98.008
98.008 98.008
98.008 Angsuran modal kerja
11.951 11.951
11.951 11.951
Subtotal 904.688
183.502 109.959
109.959 109.959
98.008 98.008
Arus Kas Bersih 16.841
131.026 173.188
185.047 208.302
218.505 327.487
327.487 327.487
518.119
Kas Awal Tahun 16.841
147.867 321.056
506.103 714.405
932.910  1.260.398  1.587.886  1.915.373 92
Lampiran 11. Perhitungan NPV, IRR, Net BC, dan PBP pabrik tepung walur   Perhitungan nilai NPV
Tahun Bt-Ct
Rp.000 Akumulasi
Rp.000 DF
12 PV
Rp.000 -904.688
-1.006.538 1  -904.688
1 16.842
-989.696 0,89
15.037 2
131.026 -858.670
0,80 104.453
3 173.188
-685.482 0,71
123.272 4
185.047 -500.435
0,64 117.601
5 208.302
-292.132 0,57
118.196 6
218.505 -73.627
0,51 110.701
7 327.488
253.860 0,45
148.139 8
327.488 581.348
0,40 132.267
9 327.488
908.835 0,36
118.095 10
518.120 1.426.955
0,32 166.821
NPV 249.895
  Nilai kriteria investasi
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp.000 249.895
IRR 20
Net BC 1,28
PBP tahun 6,1
Lampiran 12.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari nilai KPAP mie
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan  KPAP Rerata ± SD
1 5,65
5,68 ± 0,04 2
5,70 10
1 6,30
6,18 ± 0,18 2
6,05 20
1 7,56
7,63 ± 0,10 2
7,70 30
1 7,88
7,95 ± 0,10 2
8,02 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
7.309 3
2.436  187.047 .000
Within Groups .052
4 .013
Total 7.361
7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Substitusi 0
2 5.6750
Substitusi 10 2
6.1750 Substitusi 20
2 7.6300
Substitusi 30 2
7.9500 Sig.
1.000 1.000
1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 13.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari waktu optimum pemasakan mie.
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Waktu
Pemasakan Rerata ± SD
1 4,0
4,10 ± 0,14 2
4,2 10
1 4,8
4,70 ± 0,14 2
4,6 20
1 5,0
5,00 ± 0,00 2
5,0 30
1 5,2
5,30 ± 0,14 2
5,4 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
1.575 3
.525 35.000
.002 Within Groups
.060 4
.015 Total
1.635 7
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Substitusi 0 2
4.1000 Substitusi 10
2 4.7000
Substitusi 20 2
5.0000 5.0000
Substitusi 30 2
5.3000 Sig.
1.000 .070
.070 Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Lampiran 14.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari kekerasan mie.
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Kekerasan
gf Rerata ± SD
1 915,5
941,33 ± 25,04 2
965,5 3
943,0 10
1 742,5
767,83 ± 21,96 2
779,5 3
781,5 20
1 654,5
651,17 ± 44,59 2
605,0 3
694,0 30
1 506,0
512,33 ± 47,82 2
468,0 3
563,0 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
297379.500 3
99126.500 73.641
.000 Within Groups
10768.667 8
1346.083 Total
308148.167 11
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Substitusi 30
3 5.1233E2 Substitusi 20
3 6.5117E2
Substitusi 10 3
7.6783E2 Substitusi 0
3 9.4133E2
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 15.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari gaya tarik mie
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Gaya tarik
gf Rerata ± SD
1 30,5
31,33 ± 1,04 2
31,0 3
32,5 10
1 25,0
27,83 ± 2,02 2
27,5 3
26,0 20
1 24,5
22,33 ± 2,02 2
20,5 3
22,0 30
1 18,0
18,33 ± 1,04 2
19,5 3
17,5 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
299.062 3
99.688 38.589
.000 Within Groups
20.667 8
2.583 Total
319.729 11
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 Substitusi 30
3  18.3333 Substitusi 20
3 22.3333
Substitusi 10 3
27.8333 Substitusi 0
3 31.3333
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 16. Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari uji organoleptik mie a. Rekapitulasi data
825 187
769 518
825 187
769 518
825 187
769 518
825 518
769 187
825 518
769 187
1 4
4 6
4 5
6 6
5 5
3 6
3 6
6 6
5 5
6 6
5 2
5 3
6 5
6 3
6 6
4 4
4 4
6 5
5 5
6 4
5 5
3 5
4 6
4 6
6 6
5 6
6 6
7 6
6 6
5 6
6 6
5 4
5 4
5 5
6 3
5 5
6 5
7 5
5 3
4 3
4 3
5 3
5 5
4 6
4 6
6 4
4 6
5 5
3 7
5 6
4 6
5 6
3 6
5 5
6 5
5 5
6 5
6 2
6 5
4 5
6 5
4 4
6 2
7 5
3 6
4 6
3 6
5 6
5 6
6 5
6 6
6 6
5 6
6 8
5 4
6 4
5 4
5 5
6 6
2 5
4 3
6 5
3 2
6 5
9 6
4 5
4 6
6 5
6 6
5 5
6 6
6 6
5 6
6 6
6 10
5 5
6 5
5 5
6 6
3 3
6 6
3 5
6 5
5 5
6 6
11 6
4 7
4 6
5 7
4 5
5 6
4 6
4 7
5 6
5 7
4 12
5 3
6 5
6 2
6 6
6 2
6 2
6 6
4 4
6 4
6 5
13 5
4 7
4 3
4 4
5 5
4 6
5 3
4 4
5 3
4 4
5 14
5 3
6 4
6 6
6 6
6 6
6 6
6 4
5 4
6 6
6 4
15 6
4 7
5 6
4 7
5 6
5 6
5 6
6 6
5 6
6 6
4 16
4 4
6 4
2 4
5 4
2 3
5 5
2 3
6 3
2 3
6 3
17 5
3 7
4 2
3 6
2 3
4 6
3 4
6 5
3 4
5 6
4 18
6 4
6 5
5 6
6 5
4 4
7 5
5 6
6 5
5 6
6 5
19 5
3 7
4 5
3 7
5 5
2 7
7 5
5 7
5 6
3 7
6 20
4 4
5 4
4 3
5 4
7 2
4 2
4 2
5 4
4 4
3 4
21 5
4 6
4 5
2 5
2 5
3 5
3 4
4 4
4 5
3 6
3 22
5 4
6 4
6 6
6 6
6 2
6 3
6 4
6 4
6 2
6 3
23 6
3 6
4 6
3 6
6 6
3 6
6 6
5 6
6 6
5 6
6 24
4 4
7 5
4 4
7 6
4 4
6 6
6 6
6 5
5 5
6 5
25 6
3 6
3 5
5 6
7 3
2 6
1 5
7 6
4 2
3 6
1
Panelis Warna
Kekenyalan Kelengketan
Rasa Keseluruhan
98
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
Multivariate Tests
Source Dependent
Variable Type III Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Corrected Model
Warna 87.950
a
27 3.257
9.219 .000
Kekenyalan 84.130
b
27 3.116
3.000 .000
Kelengketan 108.640
c
27 4.024
2.506 .001
Rasa 67.160
d
27 2.487
3.153 .000
Keseluruhan 105.300
e
27 3.900
3.969 .000
Panelis Warna
8.640 24
.360 1.019
.456 Kekenyalan
56.660 24
2.361 2.273
.004 Kelengketan
62.240 24
2.593 1.615
.062 Rasa
52.960 24
2.207 2.797
.000 Keseluruhan
70.540 24
2.939 2.992
.000 Sampel
Warna 79.310
3 26.437
74.821 .000
Kekenyalan 27.470
3 9.157
8.816 .000
Kelengketan 46.400
3 15.467
9.633 .000
Rasa 14.200
3 4.733
6.000 .001
Keseluruhan 34.760
3 11.587
11.793 .000
Error Warna
25.440 72
.353 Kekenyalan
74.780 72
1.039 Kelengketan
115.600 72
1.606 Rasa
56.800 72
.789 Keseluruhan
70.740 72
.983 Total
Warna 2427.000
100 Kekenyalan
2689.000 100
Kelengketan 2490.000
100 Rasa
2644.000 100
Keseluruhan 2538.000
100
Uji Lanjut Duncan
Warna
Sampel N
Subset 1
2 3
4 Substitusi
30 25
3.76 Substitusi
20 25
4.28 Substitusi
10 25
5.08 Kontrol
25 6.12
Sig. 1.000  1.000  1.000  1.000
Kelengketan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 30
25 3.80
Substitusi 20
25 4.52
Substitusi 10
25 5.08
5.08 Kontrol
25 5.64
Sig. 1.000
.123 .123
Keseluruhan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 30 25
4.32 Substitusi 20
25 4.40
4.40 Substitusi 10
25 4.92
Kontrol 25
5.80 Sig.
.776 .068
1.000
Kekenyalan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 30
25 4.28
Substitusi 20
25 5.00
Substitusi 10
25 5.08
Kontrol 25
5.76 Sig.
1.000 .782
1.000
Rasa
Sampel N
Subset 1
2 Substitusi
30 25
4.56 Substitusi
20 25
4.88 Substitusi
10 25
5.04 Kontrol
25 5.60
Sig. .074
1.000
Lampiran 17.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari kekerasan cookies
a. Rekapitulasi data
Persentase Substitusi Tepung Walur
Ulangan Kekerasan
gf Rerata ± SD
1 442,0
523,00 ± 87,92 2
510,5 3
616,5 25
1 1304,0
1331,33 ± 112,52 2
1235,0 3
1455,0 50
1 1703,0
1596,00 ± 112,05 2
1605,5 3
1479,5 75
1 1908,5
2060,17 ±159,79 2
2045,0 3
2227,0 100
1 2244,0
2306,67 ± 65,12 2
2302,0 3
2374,0 b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
ANOVA Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
5809716.933 4  1452429.233  115.786
.000 Within Groups
125440.500 10
12544.050 Total
5935157.433 14
Uji lanjut Duncan
Sampel N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 5
Substitusi 0 3 5.2300E2
Substitusi 25 3
1.3313E3 Substitusi 50
3 1.5960E3
Substitusi 75 3
2.0602E3 Substitusi 100
3 2.3067E3
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 18.  Rekapitulasi data, analisis ragam dan uji lanjut wilayah berganda Duncan dari uji organoleptik cookies a. Rekapitulasi data
346 187
518 825
769 346
187 518
825 769
346 187
518 825
769 346
187 518
825 769
1 4
4 4
4 4
5 5
5 5
5 6
6 6
6 6
4 4
4 4
4 2
5 2
2 7
5 6
6 6
6 6
6 7
5 7
2 5
5 6
7 5
3 5
4 1
6 2
5 4
1 6
2 5
4 1
6 2
5 4
1 6
2 4
5 4
2 7
2 6
5 3
6 2
4 4
4 7
4 5
5 3
7 2
5 6
6 5
7 4
6 6
6 6
6 3
5 6
6 6
6 6
6 6
6 6
1 3
1 7
1 6
1 1
1 1
2 3
1 7
2 6
1 1
1 1
7 6
5 3
6 4
6 4
4 6
4 6
4 5
7 4
6 5
4 6
4 8
6 3
3 6
5 6
5 5
6 6
6 6
6 6
6 6
4 5
6 6
9 6
4 3
7 5
6 6
5 6
5 3
3 3
6 3
5 3
3 6
3 10
6 6
5 6
5 6
6 3
6 6
6 6
5 6
5 6
6 5
6 6
11 6
5 3
6 4
6 7
2 6
2 6
4 6
6 4
6 4
3 6
4 12
6 6
3 6
3 6
6 2
6 3
6 6
5 7
5 6
6 3
7 3
13 5
3 2
6 2
3 2
3 6
3 6
5 3
6 2
6 5
3 6
2 14
6 5
2 7
3 6
5 5
6 6
6 6
5 6
5 6
5 5
6 5
15 6
6 4
7 5
6 6
4 7
4 6
5 4
7 5
6 5
4 7
5 16
5 5
3 4
6 6
4 3
5 3
3 5
6 6
3 5
5 6
6 6
17 6
5 5
7 5
6 4
4 7
4 5
3 4
6 5
6 5
4 7
5 18
6 4
3 6
3 6
6 6
6 6
6 3
3 6
5 5
4 4
6 5
19 4
6 3
5 3
5 4
5 4
5 4
4 4
5 4
4 5
4 4
4 20
6 5
2 7
2 7
5 2
6 5
5 4
2 7
2 5
5 2
6 2
21 6
5 5
7 5
6 6
6 6
6 4
4 5
6 5
4 4
4 4
4 22
6 4
4 6
4 5
6 5
6 5
5 5
5 6
4 5
5 5
6 5
23 6
5 5
6 5
4 5
5 4
6 4
4 4
6 3
5 5
5 6
4 24
7 4
4 7
4 6
6 4
6 4
5 2
2 7
2 6
4 3
7 3
25 6
5 2
7 2
4 3
2 6
2 4
3 1
6 3
5 3
3 6
3
Warna Aroma
Kerenyahan Keseluruhan
Panelis
102
b. Hasil analisis ragam dan uji lanjut
Multivariate Tests
c
Source Dependent
Variable Type III Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Corrected Model
Warna 206.700
a
28 7.382
6.211 .000
Aroma 144.448
b
28 5.159
3.531 .000
Kerenyahan 145.168
c
28 5.185
3.533 .000
Keseluruhan 140.068
d
28 5.002
4.273 .000
Panelis Warna
45.740 24
1.906 1.604
.056 Aroma
83.040 24
3.460 2.369
.002 Kerenyahan
52.560 24
2.190 1.492
.089 Keseluruhan
65.940 24
2.748 2.347
.002 Sampel
Warna 92.510
3 30.837
25.945 .000
Aroma 31.150
3 10.383
7.108 .000
Kerenyahan 78.830
3 26.277
17.906 .000
Keseluruhan 51.230
3 17.077
14.588 .000
Error Warna
114.100 96
1.189 Aroma
140.240 96
1.461 Kerenyahan
140.880 96
1.468 Keseluruhan
112.380 96
1.171 Total
Warna 3012.000
125 Aroma
3242.000 125
Kerenyahan 3052.000
125 Keseluruhan
3009.000 125
Uji Lanjut Duncan
Warna
Sampel N
Subset 1
2 3
4 Substitusi
100 25
3.16 Substitusi
75 25
3.72 Substitusi
50 25
4.56 Substitusi
25 25
5.48 Kontrol
25 6.28
Sig. .072  1.000  1.000  1.000
Aroma
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 100
25 3.88
Substitusi 75
25 4.28
4.28 Substitusi
50 25
4.92 Substitusi
25 25
5.60 Kontrol
25 5.64
Sig. .245
.064 .907
Kerenyahan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 75
25 3.88
Substitusi 100
25 4.04
Substitusi 50
25 4.44
4.44 Substitusi
25 25
4.88 Kontrol
25 6.28
Sig. .126
.202 1.000
Keseluruhan
Sampel N
Subset 1
2 3
Substitusi 100
25 3.84
Substitusi 75
25 3.96
3.96 Substitusi
50 25
4.52 Substitusi
25 25
5.36 Kontrol
25 5.80
Sig. .696
.070 .154
ABSTRACT
NANDI  SUKRI.  Characterizations  of  Walur  Flour Amorphophallus
campanulatus  var.  sylvetris  and  Its  Application  in  Noodle  and  Cookies. Supervised  by  FERI  KUSNANDAR,  EKO  HARI  PURNOMO  dan
RISFAHERI.
Walur  Amorphophallus  campanulatus  var.  sylvestris  is  a  source  of carbohydrate  that  is  available  locally  and  potentially  to  be  developed  as  a  food
source. Walur is a type of tuber containing high oxalate content causing itchiness and  irritation  on  lips.  The  objective  of  this  research  was  to  produce  walur  flour
with low oxalic content and to apply it as flour-subtitute in noodles and cookies. Walur  root  had  moisture  content  of  74,46,  ash  4,89,  fat  14,41,  protein
6,42,  and  carbohydrate  74,28  in  dry  basis.  Oxalic  content  of  walur  was reduced  by  boiling  at  40
o
C  for  3  hours,  soaking  in  HCl  0,2  N  solution  for  30 minutes, 1 sodium  bicarbonate solution  for 5  minutes, washing  and soaking in
sodium  metabisulfite  1000  ppm  solution  for  5  minutes  before  dried.  This treatment  reduced    95  of  oxalic  content  and  obtained  whiteness  value  of  69.
RVA  profile  showed  that  walur  flour  had  A  type  gelatinization  pattern.  Noodles product  with  30  walur  flour  substitution  and  cookies  product  with  50  walur
flour substitution were most acceptable sensoricaly.
Keyword: walur, oxalate, flour, noodle, cookies.
RINGKASAN
NANDI  SUKRI.  Karakterisasi  Tepung  Umbi  Walur  Amorphophallus campanulatus  var.  sylvetris  dan  Aplikasinya  pada  Mie  dan  Cookies.  Dibimbing
oleh FERI KUSNANDAR, EKO HARI PURNOMO dan RISFAHERI.
Ketergantungan  terhadap  tepung  terigu  impor  merupakan  salah  satu permasalahan  yang  dihadapi  negara  Indonesia  untuk  mendukung  program
kemandirian  pangan.  Oleh  karena  itu,  perlu  dilakukan  suatu  upaya  untuk menyikapi  permasalahan  ini  dalam  memperjuangkan  kemandirian  pangan  serta
menjaga  stabilitas  ketahanan  pangan.  Kelompok  umbi-umbian  memiliki  potensi yang  besar  sebagai  bahan  pangan  alternatif  untuk  dikembangkan  sebagai
pengganti  tepung  terigu.  Salah  satu  kelompok  umbi-umbian  yang  memiliki keunggulan secara komparatif adalah walur Amorphophallus  campanularus  var.
sylvetris. Walur tidak memiliki nilai ekonomi karena mengandung kadar kalsium oksalat  yang  sangat  tinggi  sehingga  menimbulkan  rasa  gatal  ketika  dikonsumsi
dan dianggap sebagai tanaman liar dan gulma oleh petani iles-iles.
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menemukan  suatu  paket  teknologi  agar dapat menghasilkan produk olahan umbi walur yang bermutu, berdaya saing dan
memiliki  nilai  tambah  yang  tinggi.    Salah  satunya  adalah  dalam  bentuk  tepung walur  yang  bebas  kalsium  oksalat  sehingga  bisa  dimanfaatkan  sebagai  bahan
pangan  alternatif.  Penelitian  ini  dibagi  ke  dalam  tiga  tahap,  yaitu  tahap  1 karakterisasi sifat fisikokimia umbi walur dan reduksi kalsium oksalat,  tahap 2
produksi tepung dari umbi walur dan karakterisasi sifat fisikokimia dan fungsional tepung  walur,  tahap  3    aplikasi  tepung  walur  pada  pengolahan  produk  pangan
mie dan cookies.
Berdasarkan hasil analisis kimia, didapatkan bahwa umbi walur memiliki kandungan karbohidrat dan pati  yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai  sumber  pangan  alternatif.  Oksalat  dalam  umbi  walur  dapat  direduksi melalui perendaman dalam air hangat 45
o
C selama 3 jam dan dilanjutkan dengan perendaman    dalam  larutan  HCl  0,2  N  selama  30  menit  lalu  perendaman  dalam
natrium bikarbonat 1  selama 5 menit serta diikuti dengan pencucian. Metode ini dapat  menurunkan  kandungan  oksalat  sebesar  95  dengan  sisa  oksalat  sebesar
1261 ppm. Perendaman irisan umbi walur dalam Na-metabisulfit pada konsentrai 1000  ppm  memberikan  nilai  derajat  putih  tepung  walur  sebesar  69  dengan
residu sulfit sebesar 70,61 ppm.
Dari  hasil  analisis  sifat  fisikokimia  tepung  walur    didapatkan  rendemen tepung  walur  sebesar  14,35,  kadar  karbohidrat  88,35,  total  pati  59,70,
kandungan  amilosa  23,40  dan  kadar  serat  kasar  4,56,  kemudian  dari  hasil analisis  sifat  fungsional  tepung  walur  diperoleh    kekuatan  gel  119,85  gf,
viskositas maksimum 3213 RVU, viskositas breakdown 1271 RVU dan viskositas setback  720  RVU.  Analisis  RVA  menunjukkan  bahwa  tipe  profil  gelatinisasi
pasting properties dari tepung walur adalah tipe A.
Pada  analisis  kelayakan  pendirian  industri  tepung  walur,  didapatkan  nilai NPV  Rp.  249.895.000,-,  nilai  IRR  20,  nilai  Net  BC  1,28  dan  nilai  PBP  6,1
tahun.  Nilai  dari  kriteria-kriteria  investasi  pendirian  industri  tepung  walur  yang didapatkan  tersebut  memenuhi  persyaratan  layak  dalam  pendirian  industri.
Selanjutnya,  berdasarkan  hasil  uji  organoleptik  didapatkan  bahwa  substitusi tepung walur sebesar 30 dalam tepung terigu pada pembuatan mie masih dapat
diterima dan substitusi tepung walur dalam tepung terigu pada pembuatan cookies dapat diterima sampai 50.
Kata kunci: Walur, oksalat, tepung, mie dan cookies
1  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagian  besar  bahan  pangan  yang  dikomsumsi  di  Indonesia  berbahan dasar  tepung  terigu.  Produk  olahan  tepung  terigu  seperti  mie,  cookies,  roti  dan
biskuit telah menjadi menu harian pada sebagian orang. Konsumsi  produk olahan berbasis tepung terigu yang sangat tinggi menjadikan tepung terigu sebagai bahan
pangan pokok setara beras. Namun, sebagian besar pemenuhan kebutuhan tepung terigu  dalam  negeri  berasal  dari  tepung  terigu  impor.  Ketergantungan  terhadap
tepung  terigu  impor  merupakan  salah  satu  permasalahan  yang  dihadapi  negara Indonesia.  Oleh  karena  itu,  perlu  dilakukan  suatu  upaya  untuk  menyikapi
permasalahan  ini  dalam  memperjuangkan  kemandirian  pangan  serta  menjaga stabilitas ketahanan pangan.
Diversifikasi  bahan  pangan  pokok  berbasis  bahan  pangan  lokal  adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap
tepung  terigu  impor.  Kelompok  umbi-umbian  memiliki  potensi  yang  besar sebagai  bahan  pangan  alternatif  untuk  dikembangkan  sebagai  pengganti  tepung
terigu.  Salah  satu  kelompok  umbi-umbian  yang  potensial  untuk  dikembangkan adalah  walur.  Walur  termasuk  kedalam  family  Araceae,  genus  Amorphophallus,
dan  spesies  Amorphophallus  campanulatus  var.  sylvetris.  Menurut  Ohtsuki 1968, Amorphophallus campanulatus  mengandung kadar  pati  yang tinggi  yaitu
sekitar 77 . Saat  ini,  walur  tidak  memiliki  nilai  ekonomi  karena  mengandung  kadar
kalsium  oksalat  yang  sangat  tinggi  sehingga  menimbulkan  rasa  gatal  ketika dikonsumsi. Walur dianggap sebagai tanaman liar dan gulma oleh petani iles-iles.
Namun, produktifitas walur sangat tinggi bahkan mencapai 3 kali lebih tinggi dari produksi  iles-iles  pada  lahan  perkebunan  iles-iles  itu  sendiri.  Das  et  al.,  2009
melaporkan  bahwa  spesies  Amorphophallus  campanulatus  mengandung  d- galaktosa,  d-glukosa,  4-O-acyl-d-methyl  galacturonate  dan  I-arabinosa,  dimana
senyawa-senyawa  tersebut  merupakan  senyawa  penyusun  polisakarida.  Oleh karena itu, walur diduga juga mengandung serat pangan dietary fiber yang tinggi
serta memiliki sifat fungsional yang baik.
Melihat potensi umbi walur yang cukup besar untuk dikembangkan, perlu dilakukan  suatu  pengkajian  terhadap  umbi  walur  sehingga  dapat  menghasilkan
produk  olahan  umbi  walur  yang  bermutu,  berdaya  saing  dan  memiliki  nilai tambah yang tinggi.  Salah satunya adalah dalam bentuk tepung walur yang bebas
kalsium oksalat sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif untuk mengatasi ketergantungan pada terigu impor.
1.2  Tujuan Tujuan umum
Tujuan  umum  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mempelajari  produksi  dan karakteristik tepung dari umbi walur sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pangan alternatif.
Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.  Mengetahui karakteristik fisikokimia dari umbi walur. 2.  Melakukan reduksi kalsium oksalat dalam produksi tepung dari umbi walur.
3.  Mempelajari karakteristik fisikokimia dan fungsional dari tepung walur serta aplikasinya pada pengolahan produk pangan mie dan cookies.
4.  Melakukan analisis kelayakan pendirian industri tepung walur.
1.3  Hipotesis
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hipotesis sebagai berikut: 1.  Kombinasi waktu pemanasan air hangat dan perendaman dalam larutan asam
kuat  dapat  mereduksi  kandungan  oksalat  pada  umbi  walur  sehingga  umbi walur dapat dikonsumsi dan menjadi salah satu sumber pangan alternatif.
2.  Perendaman  dalam  Natrium  metabisulfit  pada  proses  produksi  tepung  walur dapat memberikan mutu derajat putih tepung yang lebih baik.
3.  Tepung walur dapat  diaplikasikan sebagai  pensubstitusi tepung terigu dalam pengolahan produk mie dan cookies.
4.  Industri tepung walur layak untuk didirikan.
1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat  memberikan  manfaat sebagai berikut: 1.  Memberikan  informasi  tentang  sifat  fisiko  kimia  umbi  walur  dan  tahapan
proses  dalam  melakukan  reduksi  kandungan  oksalat  pada  umbi  walur  serta tahapan proses dalam produksi tepung dari umbi walur.
2.  Memberikan  informasi  tentang  sifat  fisikokimia  dan  fungsional  dari  tepung walur  serta  informasi  mengenai  aplikasi  tepung  walur  pada  pengolahan
produk pangan seperti mie dan cookies. 3.  Memberikan informasi tentang kelayakan pendirian industri tepung walur.
2  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Umbi Walur Amorphophallus campanulatus var. sylvetris
Amorphopallus  campanulatus  merupakan  tanaman  yang  berbatang  semu, mempunyai  satu  daun  tunggal  yang  terpecah-pecah  dengan  tangkai  daun  tegak
yang  keluar  dari  umbinya.  Menururut  Kriswidarti  1980  yang  dikutip  dalam Faridah  2005,  selain  mempunyai  tangkai  daun  yang  kasar  dan  berwarna  agak
gelap,  walur  memiliki  umbi  yang  sangat  gatal  jika  dikonsumsi.  Umbi  walur termasuk  kedalam  famili  Araceae,  genus  Amorphophallus,  dan  spesies
Amorphophallus campanulatus. Menurut  Ohtsuki  1968,  di  Jawa  banyak  berkembang  dua  varietas
Amorphophallus  campanulatus,  yaitu  varietas  sylvetris  walur  dan  varietas hortensis  suweg.  Perbedaan  kedua  varietas  ini  adalah  walur  memiliki  tangkai
daun yang kasar sedangkan suweg memiliki tangkai daun yang halus. Di Madiun Jawa Timur, umbi walur dapat di temukan di perkebunan iles-iles. Gambar umbi
walur dan umbi iles-iles yang berasal dari Madiun Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.  Umbi Walur Amorphophallus campanulatus var sylvetris dan umbi iles-iles dari Madiun Jawa Timur.
Umbi Walur Umbi Iles-iles
Umbi  yang  termasuk  ke  dalam  famili  Araceae  mengandung  bahan  aktif yang  dapat  menyebabkan  gatal  dan  iritasi  pada  bibir,  mulut  serta  kerongkongan.
Penyebab  rasa  gatal  pada  rongga  mulut  dan  kulit  tersebut  disebabkan  oleh senyawa  yang  terdapat  pada  permukaan  kristal  kalsium  oksalat  jenis  raphide.
Kristal  raphide  ini  hanya  berfungsi  sebagai  pembawa  sedangkan  senyawa  yang menyebabkan  iritasi  tersebut  adalah  jenis  protein  dengan  bobot  molekul  26  Kda
Paul et al. 1999.
2.2  Penurunan Kadar Oksalat
Oksalat  biasanya  berada  dalam  bentuk  larut  air  asam  oksalat  dan  tidak larut  air  kalsium  oksalat  atau  garam  oksalat.  Kalsium  oksalat  adalah
persenyawaan garam antara ion kalsium dengan ion oksalat. Senyawa ini terdapat dalam bentuk  kristal  padat  non volatil,  bersifat  tidak larut  dalam air namun larut
dalam  asam  kuat  Schum  1978.    Menurut  Nakata  2003  kandungan  oksalat dalam  tanaman  sekitar  5-80  ww  dan  90  dari  kandungan  tersebut  berada
dalam bentuk garam oksalat seperti kalsium oksalat. Kristal  kalsium  oksalat  dalam  tumbuhan  memiliki  beberapa  fungsi,
diantaranya  adalah  sebagai  pengatur  kalsium  dalam  jaringan,  perlindungan  dari hewan  herbivora  dan  sebagai  detoksifikasi  logam  Nakata  2003.  Bahan  pangan
yang mengandung kalsium oksalat dapat menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada bibir,  mulut  dan  kerongkongan.  Menurut  Bradbury  dan  Nixon  1998,  rasa  gatal
yang  merangsang  rongga  mulut  dan  kulit  disebabkan  oleh  adanya  kristal  kecil berbentuk jarum halus yang tersusun dari kalsium oksalat yang disebut raphide.
Secara  umum  terdapat  lima  jenis  kalsium  oksalat  yang  berada  di  dalam tanaman,  yaitu  berbentuk  jarum  raphide,  bentuk  pensil  rectangular,  bulat
druse,  prisma  dan  parallelogram  rhomboid.    Raphide  dan  kristal  kalsium oksalat  lainnya  merupakan  mineral  yang  relatif  stabil  dan  sedikit  larut  dalam  air
Webb 1999, tidak larut dalam keadaan netral atau alkali dan dapat dengan bebas dipecahkan  dalam  asam  Noonan    Savage  1999.  Kalsium  oksalat  yang  larut
dalam  air  dapat  dihilangkan  dengan  cara  mendidihkannya  sedangkan  jika dipanggang  maka  konsentrasinya  akan  semakin  membesar  Judprasong  et  al.
2006.
Metode  fisik  yang  paling  sering  digunakan  untuk  mengurangi  atau menghilangkan  rasa  gatal  akibat  kandungan  kalsium  oksalat  adalah  dengan
pemanasan.  Pemanasan  dilakukan  melalui  penjemuran,  pemasakan  Lee  1999, perebusan, perendaman dalam air hangat, pemanggangan Iwuoha dan Klau 1994
dan  pengeringan  Nur  1986.  Pemanasan  menyebabkan  ikatan  ion  antar  karbon ion  kalsium  oksalat  terputus  dan  bagian  organik  terdekomposisi  sebelum  titik
leleh  tercapai  Schumm  1978.  Kemudian,  perlakuan  tertentu  yang  didasarkan kepada  sifat  kimiawi  kalsium  oksalat  juga  dapat  menjadi  alternatif  untuk
menghilangkan  kalsium  oksalat,  yaitu  melarutkan  kalsium  oksalat  dalam  asam kuat  sehingga  mendekomposisi  kalsium  oksalat  menjadi  asam  oksalat  Schumm
1978. Menurut  Kurdi  2002,  salah  satu  asam  kuat    yang  dapat  melarutkan
kalsium okasalat adalah asam klorida. Reaksi antara asam klorida dengan kalsium oksalat akan menghasilkan endapan kalsium klorida dan asam oksalat. Selain itu,
perendaman  dalam  larutan  garam  NaCl  banyak  dilakukan  untuk  mengurangi rasa gatal pada talas. Di dalam air, NaCl akan terionisasi menjadi ion Na
+
dan Cl
-
yang  akan  berikatan  dengan  kalsium  oksalat  membentuk  natrium  oksalat  yang larut dalam air dan endapan kalsium diklorida.
2.3  Tepung
Tepung  merupakan  bentuk  hasil  pengolahan  bahan  dengan  cara penggilingan  dan  penyaringan  dengan  ukuran  partikel  tertentu  serta  memiliki
kadar  air  yang  rendah.  Kadar  air  yang  rendah  berperan  penting  dalam  menjaga keawetan  suatu  bahan  pangan.  Jumlah  air  yang  terkandung  dalam  bahan  pangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat dan jenis bahan, perlakuan yang telah  dialami  bahan  pangan,  kelembaban  udara  tempat  penyimpanan  dan  jenis
pengemasan. Proses  pembuatan  tepung  dapat  dilakukan  dengan  berbagai  cara
tergantung  dari  jenis  umbi-umbian  itu  sendiri  Lingga  1986.  Dalam  proses pembuatan  tepung,  cara  yang  dilakukan  untuk  menurunkan  kadar  air  adalah
dengan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan alat pengering biasa.
2.4  Pati
Pati  memiliki  karakteristik  yang  khas  dari  bentuk,  ukuran,  distribusi ukuran,  komposisi  dan  kekristalan  granulanya  Belitz  dan  Grasch  1999.  Pati
merupakan    bagian  makanan  utama  yang  terdapat  dalam  tanaman  dan menyediakan 70-80 kalori yang dikonsumsi oleh manusia. Dalam granula pati,
campuran  molekul  yang  berstruktur  linier  dan  bercabang  tersusun  membentuk lapisan-lapisan  tipis  yang  berbentuk  cincin  atau  lamela,  dimana  lamela  tersebut
tersusun  terpusat  mengelilingi  titik  awal  yang  disebut  dengan  helium. Penampakan  helium  pada  granula  pati  adalah  akibat  dari  pengendapan  lapisan
molekul  pati  yang  terjadi  pada  waktu  yang  berlainan  dan  tidak  sama  kadarnya Campbell et al. 1999.
Pati  mempunyai  sifat  dapat  merefleksikan  cahaya  terpolarisasi  sehingga dibawah  mikroskop  akan  terlihat  warna  biru  dan  orange.  Sifat  ini  disebut  sifat
birefringence. Pada waktu granula mulai pecah sifat birefringence ini akan hilang atau  dikenal  juga  dengan  awal  proses  gelatinisasi.  Tiap  jenis  pati  memiliki  sifat
yang  berbeda-beda  bergantung  pada  panjang  rantai  karbonnya.  Selain  itu, perbandingan  antara  molekul  amilosa  dan  amilopektin  serta  kandungan  protein
dan lemak juga menjadi faktor yang mempengaruhi sifat dari suatu jenis pati. Amilosa  merupakan
polimer  linier  dengan  ikatan  α-1,4-D-glukosa sedangkan amilopektin memiliki per
cabangan pada α-1,6-D-glukosa dan memiliki ukuran yang lebih besar dari amilosa. Amilopektin dan amilosa dapat dipisahkan
dengan  cara  melarutkannya  dalam  air  panas  di  bawah  suhu  gelatinisasi.  Fraksi terlarut dalam air panas adalah amilosa dan fraksi tidak larut adalah amilopektin.
Fenema  1996  menjelaskan  bahwa  amilopektin  merupakan  komponen  terbesar dalam  pati,  menyusun  sekitar  70-75    dari  keseluruhan  pati  dan  amilosa  sekitar
20-25. Amilosa  bersifat  sangat  hidrofobik  karena  banyak  mengandung  gugus
hidroksil. Molekul amilosa cenderung membentuk susunan paralel satu sama lain melalui  ikatan  hidrogen  dan    gaya  van  der  walls.  Amilosa  mampu  membentuk
struktur kristal karena adanya interaksi molekular yang kuat. Menurut Klucinec et al.  1999,  kristalisasi  sering  pula  disebut  sebagai  retrogradasi,  proses  yang
menyebabkan molekul pati menjadi tidak larut dalam air yang bersifat dapat balik karena terjadi pembentukan ikatan intermolekuler yang kuat.
Scoch  dan  Maywald  1968  mengelompokkan  pati  ke  dalam  empat  tipe A, B, C dan D pola gelatinisasi berdasarkan kemampuan pengembangan granula
pati dan ketahanannya terhadap panas serta pengadukan. Tipe A adalah jenis pati yang memiliki  kemampuan pengembangan  yang  tinggi.  Kurva viskositas  tipe ini
menghasilkan  puncak  viskositas  yang  tinggi  diikuti  dengan  pengenceran  secara cepat selama pemasakan. Granula pati tipe ini mengembang dengan mudah ketika
dipanaskan  dalam  air  dan  ikatan  internalnya  menjadi  lemah  sehingga  menjadi tidak  tahan  terhadap  pengadukan.  Jenis  pati  yang  tergolong  ke  dalam  tipe  ini
adalah pati kentang, tapioka, dan sereal jenis wax. Jenis  pati  tipe  B  adalah  pati  yang  mengalami  pengembangan  yang
moderat. Hal ini disebabkan oleh granula pati tidak mengembang secara sempurna sehingga  menyebabkannya  menjadi  tidak  mudah  pecah,  maka  pati  jenis  ini
menunjukkan  puncak  viskositas  yang  lebih  rendah  dan  mengalami  sedikit pengenceran selama pemasakan. Kelompok pati yang tergolong ke dalam tipe ini
adalah  pati  sereal.  Pati  tipe  C  merupakan  jenis  pati  yang  mengalami pembengkakan  terbatas.  Kurva  viskositasnya  tidak  menunjukkan  adanya  puncak
viskositas  tapi  memiliki  viskositas  yang  sangat  tinggi  dan  meningkat  selama pemasakan  berlangsung.  Tipe  D  merupakan  pati  yang  memiliki  pengembangan
yang sangat terbatas.  Biasanya, pati yang memiliki pola viskositas ini adalah pati yang  mengandung  amilosa  yang  sangat  tinggi.  Hal  ini  karena  kekakuan  ikatan
internal  akibat  interaksi  molekul-molekul  linier  sehingga  menyebabkan  granula pati tidak memberikan pembengkakan yang cukup untuk meningkatkan viskositas
selama pemasakan.
2.5 Pasting Properties
Pasting  properties  memperlihatkan  sifat  pasta  pada  saat  terjadinya gelatinisasi  dan  perubahan  sifat  pasta  setelah  terjadinya  gelatinisasi.  Proses
gelatinisasi  pati  didefinisikan  sebagai  suatu  keadaan  dimana  granula  pati mengalami  pembengkakan  yang  luar  biasa  akibat  adanya  perlakuan  termal  yang
bersifat  irrevesible  tidak  dapat  balik  seperti  kondisi  semula.  Suhu  awal gelatinisasi  adalah  suhu  pada  saat  pertama  kali  viskositas  mulai  naik,  yang
merupakan suatu fenomena sifat fisik pati yang kompleks, yang dipengaruhi oleh beberapa  faktor,  antara  lain  oleh  ukuran  molekul  amilosa  dan  amilopektin  serta
keadaan  media  pemanasan  Herawati  2010.  Pengukuran  profil  gelatinisasi meliputi  pengukuran  suhu  gelatinisasi,  laju  peningkatan  viskositas  pemanasan,
suhu  granula  pecah,  viskositas  maksimum,  viskositas  breakdown,  setback retrogradasi, ketahanan terhadap pengadukan dan viskositas akhir.
Pada saat gelatinisasi berlangsung, maka akan timbul beberapa perubahan pada sifat  fisikokimia pati tersebut. Pada saat tercapai suhu gelatinisasi, suspensi
pati yang pada mulanya keruh mulai berubah menjadi jernih. Selanjutnya translusi larutan pati tersebut diikuti pembengkakan granula akibat masuknya air ke dalam
granula  pati.  Hal  ini  terjadi  karena  energi  kinetik  molekul  air  lebih  kuat dibandingkan  daya  tarik-menarik  atar  molekul  pati  Herawati  2010.  Terjadinya
pembengkakan  granula  diikuti  oleh  keluarnya  molekul  amilosa  dari  granula. Amilosa  kemudian  juga  mengalami  hidrasi  berat.  Suspensi  pati  mengalami
peningkatan  kejernihan  dan  viskositasnya  terus  meningkat  hingga  mencapai  titik viskositas puncak maksimum dimana hidrasi granula pati mencapai maksimum.
Apabila  pemanasan  dilanjutkan  maka  granula  menjadi  rapuh,  mudah  pecah  dan terpotong-potong menjadi molekul primer atau turunannya dikenal dengan istilah
sol  serta  nilai  viskositasnya  menurun.  Pada  saat  pendinginan,  kebeningan  sol tersebut  menjadi  berkurang  dan  nilai  viskositasnya  kembali  meningkat  hingga
membentuk gel lagi Kusnandar 2011.
3  BAHAN DAN METODE
3.1  Bahan dan Alat Penelitian
Bahan  utama  penelitian  ini  adalah  umbi  walur  Amorphophallus campanulatus  var.  sylvetris  yang  diperoleh  dari  petani  di  wilayah  Madiun  Jawa
Timur.  Bahan  pendukung  yang  digunakan  antara  lain  HCl,  NaCl,  NaOH,  Na- bikarbonat, Na-metabisulfit dan bahan-bahan kimia untuk analisa.
Peralatan  yang  digunakan  antara  lain  alat  slicer  pengiris,  oven,  alat penepung dan ayakan, autoclave, Rapid Visco Analyzer RVA, texture analyzer,
viscometer, HPLC, Mikroskop polarisasi, SEM, noodle processing machine, oven baking, varimixer dan peralatan gelas untuk analisa.
3.2  Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  selama  12  bulan  yaitu  dari  bulan  Juli  2010 –
Juni  2011.  Tempat  penelitian  ini  dilakukan  adalah  di  Balai  Besar  Litbang Pascapanen  Pertanian  di  Bogor,  laboratorium  dan  Pilot  Plant  Seafast  Center
Bangsal  dan  laboratorium  kimia  serta  laboratorium  rekayasa  proses  pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
3.3  Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap 1 karakterisasi sifat fisikokimia umbi walur dan reduksi oksalat, tahap 2 produksi tepung dari umbi
walur  dan  karakterisasi  sifat  fisikokimia  dan  fungsional  tepung  walur  serta analisis finansial tepung walur, tahap 3  aplikasi tepung walur pada pengolahan
produk  pangan  mie  dan  cookies.  Diagram  alir  tahapan  penelitian  dapat  dilihat pada Gambar 2.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Reduksi Ca-oksalat
  Pemanasan dan perendaman larutan asam, larutan garam, larutan alkalin
  Analisa kualitatif mikroskop polarisasi dan kuantitatif HPLC
Penepungan ayakan 100 mesh
Tepung Walur
Pengeringan suhu 60
o
C selama 14-16 jam Pengirisan 3 mm
Pengupasan dan pencucian
Karakterisasi sifat fisikokimia
  Analisa sifat fisik: mikrostruktur   Analisa sifat kimia: proksimat air, protein, lemak, abu,
karbohidrat by different, kadar pati total, kadar amilosa dan  kadar oksalat.
Uji Taksonomi Umbi Walur
Karakterisasi sifat fisikokimia dan fungsional
  Analisa sifat fisik: rendemen, tekstur, derajat putih, mikrostruktur, densitas kamba, sudut tumpukan
  Analisa sifat kimia: proksimat air, protein, lemak, abu, karbohidrat by different, kadar pati total, kadar amilosa,
kadar oksalat, residu sulfit   Analisa sifat fungsional: RVA, swelling volume dan
kelarutan dan kekuatan gel.
Penambahan Natrium metabisulfit
Aplikasi tepung walur pada pengolahan produk pangan Mie kering dan
Cookies Analisis Kelayakan
Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian
Mie
Cookies
  Analisis organoleptik mie : Warna, kekenyalan, kelengketan, rasa dan keseluruhan
  Analisis karakteristik pemasakan mie : Kehilangan padatan selama pemasakan dan waktu
optimum pemasakan   Analisis terkstur mie :
Kekerasan dan gaya tarik
  Analisis organoleptik cookies : Warna, aroma, kerenyahan dan keseluruhan
  Analisis tekstur cookies : Kekerasan cookies
3.4  Uji Taksonomi
Uji  taksonomi  dilakukan  untuk  memastikan  bahwa  bahan  yang  diteliti pada  penelitian  ini  adalah  umbi  walur  Amorphophallus  campanulatus  var.
sylvetris. Uji taksonomi ini dilakukan di LIPI-Cibinong.
3.5  Karakterisasi Sifat Fisikokimia Umbi Walur
Studi dan literatur karakteristik sifat fisikokimia umbi walur masih terbatas dan  belum  banyak  dipelajari.  Kegiatan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui
karakteristik  sifat  fisikokimia  umbi  walur  dari  Madiun  Jawa  Timur  yang  dapat dijadikan sebagai landasan dalam perlakuan selanjutnya.
Karakterisasi  sifat  fisik  meliputi:  analisa  molekul  dengan  Mikroskop Polarisasi  pada  pembesaran  200X  dan  400X,  dan  Scanning  Electron  Microscope
SEM JSM 5410LV.  Karakterisasi  sifat  kimia  meliputi:  analisa  kadar  air,  abu, lemak,  protein dan karbohidrat by different serta kadar oksalat.
3.6  Reduksi Oksalat
Reduksi oksalat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1.  Perendaman dalam air panas
Dalam  tahapan  ini,  dilakukan  perlakuan  perendaman  air  panas  untuk menurunkan kadar oksalat dalam bahan. Menurut Mayasari 2010, untuk oksalat
yang  terlarut  dapat  diekstrak  menggunakan  air  panas,  sedangkan  oksalat  yang berbentuk garam oksalat dapat diekstrak menggunakan larutan asam. Umbi walur
setelah dibersihkan dari kulit luarnya kemudian diiris menjadi ukuran 3-5 mm lalu direndam dalam air panas 45 °C selama 3 jam Mayasari 2010.
2.  Pemilihan jenis larutan Tahapan ini bertujuan menentukan larutan terpilih dari 4 jenis larutan yang
dicobakan  pada  penelitian  ini.  Menurut  Mayasari  2010,  untuk  mereduksi kandungan kalsium oksalat dapat dilakukan dengan perlakuan secara kimia, yaitu
dengan  perendaman  dalam  larutan  asam  dan  larutan  garam.  Larutan  yang digunakan pada tahapan ini terdiri dari larutan  HCl 0,2 N,  NaOH 0,2 N,  NaCl
1,7 N dan air.
3.  Pengaruh waktu perendaman Pengaruh  waktu  perendaman  dilihat  untuk  mendapatkan  waktu
perendaman  terbaik  dalam  mereduksi  oksalat  dengan  menggunakan  larutan terpilih yang didapatkan pada tahap sebelumnya. Waktu perendaman  dari larutan
terpilih dilakukan  sebanyak 4 taraf yaitu 0, 30, 60 dan 90 menit. Analisa  kandungan  oksalat  dilakukan  secara  kualitatif  dengan  mikroskop
polarisasi  dan  SEM  dan  secara  kuantitatif  dengan  High  Performance  Liquid Chromatography HPLC. Tahapan optimasi reduksi kalsium oksalat dapat dilihat
pada Gambar 3.
3.7  Produksi Tepung Walur
Tujuan  dari  kegiatan  ini  adalah  untuk  memproduksi  tepung  walur  dalam bentuk  tepung  walur  tanpa  modifikasi  native.  Produk  terpilih  didasarkan  pada
mutu  fisik,  kimia  dan  fungsionalnya,  terutama  pada  syarat  sebagai  pangan alternatif kaya karbohidratpati dan daya cerna tinggi dan substitusi terigu.
Proses  produksi  tepung  dari  umbi  walur  dimulai  dengan  pengupasan  dan pencucian umbi walur segar. Kemudian dilakukan pengirisan umbi walur dengan
ketebalan  3  mm  dengan  menggunakan  slicer.  Umbi  walur  yang  telah  diiris  tipis diberi  perlakuan  reduksi  kalsium  oksalat  untuk  menurunkan  kandungan  kalsium
oksalat.  Selanjutnya  diberi  perlakuan  perendaman  selama  5  menit  dalam  larutan Natrium  metabisulfit  dengan  konsentrasi  500  ppm,  1000  ppm  dan  1500  ppm.
Setelah  itu,  dilakukan  pengeringan  dengan  menggunakan  oven  pada  suhu  60
o
C selama  14
–  16  jam  yang  dilanjutkan  dengan  penepungan  melalui  penggilingan dan  pengayakan  dengan  ayakan  berukuran  100  mesh.  Proses  produksi  tepung
walur dapat dilihat pada Gambar 4.