Karakterisasi Sifat Fisikokimia dan Fungsional Tepung Walur Mie Kering

merupakan tepung yang terlarut. Persentase tepung yang tersuspensi dan terlarut dihitung berdasarkan perbandingan beratnya terhadap berat kering sampel awal.

11. Kekuatan gel Herawati 2009

Tepung dibuat suspensi dengan konsentrasi padatan kering sebanyak 6. Suspensi dipanaskan sampai mencapai suhu gelatinisasinya. Pasta pati dituang ke dalam tabung plastik diameter 4 cm dan tinggi 5 cm sampai penuh. Tabung disimpan pada suhu 4 o C selama 24 jam. Pengukuran kekuatan gel dilakukan dengan menggunakan tekstur analizer pada kondisi sebagai berikut mode: kekuatan gel Test mode and option measure force in compression, pre test speed: 0,2 mmdetik, test speed:0,2 mmdetik, post test speed: 0,2 mmdetik, distance: 4,0 mm, tipe: Auto, force: 4 g, dan acessory: 0,5 radius cylinder P0,5 R. Penentuan kekuatan gel didasarkan pada maksimum gaya nilai puncak pada tekanankompresi pertama dengan satuan gf gram force.

3.11.2. Analisis kelayakan industri tepung walur

Analisis finansial dilakukan dengan menghitung kriteria-kriteria investasi dan analisis aliran uang. Nilai uang dan tingkat suku bunga yang digunakan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku pada saat penelitian dilakukan. Pada analisis finansial dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan adalah Break Event Point, Net Persent Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio dan Pay Back Period. Perhitungan dari setiap kriteria investasi tersebut adalah: NPV = B t −C t 1+i t n t=0 � = B t −Ct 1 −it n I=0 B t −Ct 1 −it n I=0 IRR = i + + NPV + NVP + + NPV − i − − i + � � = + m B n+1 − C n+1 Keterangan: B t = Pendapatan proyek pada tahun tertentu C t = Biaya proyek pada tahun tertentu n = umur proyek i = tingkat suku bunga m = periode investasi pada saat nilai kumulatif B t – C t negatif yang terakhir tahun

3.11.3 Karakterisasi produk mie dan cookies

1. Analisis waktu optimum pemasakan mie modifikasi Juniawati 2003

Prinsip dari analisis ini adalah mengukur waktu hingga mie tidak membentuk garis putih ketika ditekan dengan dua potong kaca. Mie kering ditimbang sebanyak 5 g, kemudian air sebanyak 150 ml dididihkan pada gelas piala bertutup dan dibiarkan mendidih selama 3 menit. Sampel mie dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditutup kembali. Stop watch dinyalakan tepat pada saat sampel dimasukkan dalam air yang telah dididihkan. Setiap satu menit dilakukan pengambilan satu untaian mie dan dilakukan penekanan dengan dua buah kaca. Pemasakan dikatakan optimum bila sudah tidak terbentuk garis putih ketika mie ditekan dengan dua potong kaca.

2. Analisis kehilangan padatan selama pemasakan mie

Kehilangan padatan selama pemasakan KPAP diukur berdasarkan pada kehilangan berat mie setelah mie dimasak pada waktu pemasakan sesuai dengan waktu optimum pemasakan, sehingga satuan dari KPAP adalah persentase berat mie yang hilang selama pemasakan. Persentase berat mie yang hilang selama pemasakan tersebut dianggap sebagai jumlah padatan yang keluar selama pemasakan KPAP. Tingginya nilai KPAP tidak diharapkan karena menandakan semakin tinggi jumlah padatan mie yang terlarut selama pemasakan, sehingga menyebabkan air pemasakan menjadi lebih keruh. Sampel mie kering sebanyak 5 g direndam dalam 150 ml air yang telah dididihkan selama 3 menit hingga mencapai waktu optimum pemasakan, kemudian mie disiram dengan air dingin sebanyak 50 ml 2 kali untuk menghentikan pemanasan dan melarutkan padatan yang berada pada permukaan

Dokumen yang terkait

Isolation and identification of indigenous microorganisms and its application in fermented corn and characterization of physicochemical properties of the flour

1 21 271

Penurunan Kadar Oksalat Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dan Karakterisasi serta Aplikasi Pati Walur pada Cookies dan Mie

5 25 248

Reduksi Oksalat pada Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dan Aplikasi Pati Walur pada Cookies dan Mie

0 4 8

Modifikasi Pati Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dengan Heat Moisture Treatment (HMT) serta Karakteristisasi Sifat Fisiko- Kimia dan Sifat Fungsionalnya

2 19 158

Effect of Spontaneous Fermentation On the Physical and Chemical Characteristics of Sorghum Flour (Sorghum bicolor L. Moench) and Its Application In Cookies.

0 4 186

Characterizations of Walur Flour (Amorphophallus campanulatus var sylvetris) and Its Application in Noodle and Cookies

3 6 132

Effect of Spontaneous Fermentation On the Physical and Chemical Characteristics of Sorghum Flour and Its Application In Cookies

0 6 101

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). - Physicochemical Quality Of Chicken Nugget Using Suweg (Amorphophallus Campanulatus B1) Flour As Filler.

0 4 9

KNO3 Application Affect Growth and Production of Amorphophallus muelleri Blume

0 1 7

Study of Manufacturing and Mechanical Characteristic of Biodegradable Plastics Made From Suweg (Amorphophallus campanulatus)

0 0 6