Uji organoleptik Karakterisasi produk mie dan cookies

tinggi nilai ekonomis produk tersebut dan semakin rendah nilai rendemennya maka produk dinilai kurang ekonomis. Gambar 12. Histogram rendemen tepung yang dihasilkan dari umbu walur segar pada setiap perlakuan.

4.3.2 Derajat putih dan residu sulfit tepung walur

Derajat putih suatu bahan merupakan daya memantulkan cahaya dari bahan tersebut terhadap cahaya yang mengenai permukaannya. Variasi nilai derajat putih dipengaruhi oleh terjadinya reaksi-reaksi yang dapat menimbulkan warna coklat, diantaranya reaksi oksidasi, reaksi pencoklatan enzimatis, reaksi karamelisasi dan reaksi Maillard. Derajat putih dari tepung walur diukur dengan alat Kett Whitteness Meter. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan antara keempat perlakuan dalam proses pengolahan tepung dengan adanya penambahan Natrium metabisulfit. Kisaran nilai derajat putih dari keempat perlakuan pada tepung walur adalah 56,5 - 70,85 . Nilai derajat putih tertinggi adalah 70,85 yang didapatkan oleh perlakuan perendaman Natrium metabisulfit 1500 ppm. Semakin kecil derajat putih tepung berarti warna tepung tersebut semakin gelap. Grafik nilai derajat putih tepung walur pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 13. 13,84 14,69 14,35 13,74 2 4 6 8 10 12 14 16 Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm R e n d e m e n Konsentrasi Na-metabisulfit Gambar 13. Grafik nilai derajat putih berbanding dengan residu sulfit tepung walur pada setiap perlakuan. Hasil analisis keragaman terhadap nilai derajat putih tepung walur menunjukkan bahwa adanya perlakuan perendaman dalam larutan Natrium metabisulfit memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Nilai derajat putih tertinggi pada tepung walur ini masih dibawah nilai derajat putih dari tepung terigu yang nilainya adalah 81,86 . Dari hasil analisis uji lanjut Duncan didapatkan bahwa nilai derajat putih tertinggi pada konsentrasi perendaman natrium metabisulfit 1500 ppm tidak berbeda nyata dengan nilai derajat putih pada konsentrasi perendaman 1000 ppm. Disamping itu, residu sulfit yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara 23,11 – 91,51 ppm. Residu sulfit tertinggi terdapat pada tepung yang mengalami perlakuan perendaman natrium metabisulfit 1500 ppm. Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa dengan semakin tingginya konsentrsi natrium metabisulfit maka residu sulfit yang terdapat pada tepung juga semakin tinggi. Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95 didapatkan bahwa perendaman chips umbi walur dalam larutang natrium metabisulfit pada konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar residu sulfit. Menurut FDA, kadar sulfit yang diperbolehkan pada makanan maksimal adalah 200 ppm. Oleh karena itu, kadar residu sulfit yang didapatkan pada penelitian ini masih berada dibawah batasan maksimal yang direkomendasikan oleh FDA. 23,11 39,35 70,61 91,51 56,50 62,75 69,10 70,85 50 55 60 65 70 75 80 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm D e rajat Pu tih R e si d u S u lfi t p p m Residu Sulfit Nilai Derajat Putih Konsentrasi Na-metabisulfit Keterkaitan antara derajat putih tepung walur dengan kadar residu sulfit pada tepung walur menjadi landasan dalam menentukan perlakuan terpilih pada proses produksi tepung walur. Dalam bidang pangan, semakin tinggi derajat putih suatu tepung maka tepung tersebut memiliki mutu yang lebih baik dari segi warna tepung. Konsentrasi natrium metabisulfit 1000 ppm dipilih sebagai perlakuan terpilih pada proses produksi tepung walur ini karena nilai derajat putih tepung walur pada konsentrasi ini tidak berbeda nyata dengan derajat putih pada konsentrasi 1500 ppm. Disamping itu, residu sulfit pada konsentrasi 1000 ppm lebih rendah dari residu sulfit pada konsentrasi 1500 ppm. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan didapatkan bahwa residu sulfit pada konsentrasi 1000 ppm ini berbeda nyata dengan residu sulfit pada konsentrasi 1500 ppm.

4.3.3 Karakterisik kimia tepung walur

Kadar air tepung walur yang didapatkan dari hasil analisis proksimat sebesar 8,95 menunjukkan bahwa kadar air tepung walur ini masih berada pada kisaran kadar air yang baik menurut Moorthy 2002, yaitu berada pada kisaran kadar air 6-16 . Karakteristik tepung yang baik adalah tidak memiliki kadar air yang terlalu tinggi. Kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan tepung menjadi lembab sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroba. Hasil analisis proksimat tepung walur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis kimia tepung walur. a Figoni 2003; b Gustiar 2009 Jenis Uji Hasil Analisis Tepung Walur Terigu Kadar Air bb 8,95 14,00 a Kadar Abu bk 2,36 0,58 a Kadar Lemak bk 0,57 1,16 a Kadar Protein bk 3,77 13,95 a Kadar Karbohidrat bk 88,35 82,56 a Serat Kasar bk 4,56 4,95 b

Dokumen yang terkait

Isolation and identification of indigenous microorganisms and its application in fermented corn and characterization of physicochemical properties of the flour

1 21 271

Penurunan Kadar Oksalat Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dan Karakterisasi serta Aplikasi Pati Walur pada Cookies dan Mie

5 25 248

Reduksi Oksalat pada Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dan Aplikasi Pati Walur pada Cookies dan Mie

0 4 8

Modifikasi Pati Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dengan Heat Moisture Treatment (HMT) serta Karakteristisasi Sifat Fisiko- Kimia dan Sifat Fungsionalnya

2 19 158

Effect of Spontaneous Fermentation On the Physical and Chemical Characteristics of Sorghum Flour (Sorghum bicolor L. Moench) and Its Application In Cookies.

0 4 186

Characterizations of Walur Flour (Amorphophallus campanulatus var sylvetris) and Its Application in Noodle and Cookies

3 6 132

Effect of Spontaneous Fermentation On the Physical and Chemical Characteristics of Sorghum Flour and Its Application In Cookies

0 6 101

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). - Physicochemical Quality Of Chicken Nugget Using Suweg (Amorphophallus Campanulatus B1) Flour As Filler.

0 4 9

KNO3 Application Affect Growth and Production of Amorphophallus muelleri Blume

0 1 7

Study of Manufacturing and Mechanical Characteristic of Biodegradable Plastics Made From Suweg (Amorphophallus campanulatus)

0 0 6