Analisis kelayakan investasi Analisis Kelayakan Pendirian Industri Tepung Walur

atau mendekati agak suka. Hasil analisis multivariete, diketahui bahwa perbedaan rasio tepung walur dan tepung terigu yang digunakan berpengaruh nyata terhadap warna cookies walur. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa substitusi 75 dan 100 tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter warna cookies. Foto produk cookies substitusi tepung walur 0 - 100 disajikan pada Gabar 22. a b c d e Gambar 22. Foto produk cookies substitusi tepung walur 0 a; 25 b; 50 c; 75 d; 100 e Setser 1995 menjelaskan aroma merupakan hasil ransangan kimia dari syaraf-syaraf olfaktori yang berada dibagian akhir dari rongga hidung. Aroma merupakan bau yang dicium karena sifatnya yang volatil. Aroma pada cookies dipengaruhi oleh beberapa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cookies antara lain adalah lemak, susu, telur, dan tepung. Skor rata-rata uji organoleptik kesukaan terhadap aroma berkisar antara 3,88 - 5,64 atau agak tidak suka sampai agak suka. Peningkatan konsentrasi tepung walur dalam cookies menurunkan tingkat kesukaan terhadap aroma Gambar 21. Pada konsentrasi tepung walur 75 masih didapatkan tingkat kesukaan pada aroma diatas netral. Berdasarkan hasil analisis multivariate, didapatkan bahwa perbedaan ratio tepung memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kesukaan panelis pada aroma cookies. Kerenyahan menggambarkan karakteristik tektur dari cookies. Pada cookies, tekstur merupakan atribut produk yang cukup penting karena cookies biasanya dinilai dari teksturnya. Berdasarkan hasil uji organoleptik, skor rata-rata kesukaan panelis terhadap kerenyahan cookies berkisar antara 3,88 - 6,28. Pada Gambar 21 dapat dilihat bahwa tingkat kerenyahan cookies walur menurun dengan semakin tingginya konsentrasi tepung walur dalam pembuatan cookies. Pada konsentrasi tepung walur 50 , masih didapatkan tingkat kerenyahan cookies diatas netral. Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa perbedaan rasio tepung walur dengan tepung terigu yang digunakan pada pembuatan cookies berpengaruh nyata pada skor kesukaan panelis terhadap kerenyahan cookies walur. Berdasarkan hasil pengujian organoleptik dapat diketahui bahwa skor tingkat kesukaan panelis terhadap parameter keseluruhan berkisar antara 3,84 – 5,80 atau agak tidak suka sampai agak suka. Secara umum dapat dilihat bahwa peningkatan persentase substitusi tepung walur akan menurunkan tingkat kesukaan panelis terhadap parameter keseluruhan. Pada konsentrasi tepung walur 50, masih didapatkan tingkat kesukaan panelis diatas netral atau menuju agak suka. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan rasio tepung walur dan tepung terigu memberikan pengaruh yang berbeda nyata tehadap tingkat kesukaan panelis secara keseluruhan.

4.5.5 Pengaruh substitusi tepung walur terhadap kekerasan cookies yang

dihasilkan Cookies memiliki ciri utama berupa teksturnya yang renyah. Menurut Piazza dan Massi 1997, kerenyahan dipengaruhi oleh sejumlah air yang terikat pada matriks karbohidrat yang mempengaruhi pergerakan relatif dari daerah kristalin dan amorf. Kerenyahan cookies dipengaruhi oleh komposisi utama cookies, proses pemanggangan dan jenis kemasan. Kerenyahan merupakan kriteria mutu penting dari berbagai produk sereal. Kerenyahan produk pangan berkadar air rendah dipengaruhi oleh kandungan air dan akan hilang karena adanya plastisasi strtuktur fisik oleh suhu atau air. Pengujian kerenyahan pada penelitian ini menggunakan alat Texture Analyzer Brookfiel Engineering TC3. Histogram nilai kekerasan dari cookies walur dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23. Histogram nilai kekerasan dari cookies walur Rata-rata nilai kekerasan dari cookies walur berkisar antara 523,00 – 2.306,67 gf. Nilai kekerasan tertingi dan terendah berturut-turut adalah pada cookies dengan komposisi walur 100 dan pada cookies dengan komposisi tepung walur 0 100 terigu. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan rasio tepung walur dan tepung terigu dalam pembuatan cookies berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan produk cookies pada selang kepercayaan 95 . Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada p0,05. Secara umum dapat dilihat bahwa, peningkatan rasio tepung walur pada pembuatan cookies akan meningkatkan nilai kekerasan dari cookies yang dihasilkan. Apabila dibandingkan dengan hasil organoleptik, nilai kekerasan cookies pada persentase substitusi 50 sebesar 1.596 gf masih dapat diterima secara organoleptik. Nilai kekerasan cookies dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kandungan lemak Zoulius et al. 2002, kemampuan lemak dalam menangkap udara pada saat pencampuran Kamel 1994 dan kemampuan pengembangan dari 523,00 1.331,33 1.596,00 2.060,17 2.306,67 500 1000 1500 2000 2500 25 50 75 100 K e ke rasan gf Persentase Substitusi pati tepung penyusunnya Singh et al. 2003. Dalam penleitian ini, kemampuan pengembangan dari pati atau tepung menjadi faktor yang mungkin menyebabkan perbedaan kekerasan dari cookies, sedangkan kandungan lemak pada setiap perlakuan adalah sama. Kemampuan pengembangan pati berfungsi untuk membentuk zona udara dengan volume tertentu, sehingga kemampuan pengembangan yang berbeda akan menghasilkan zona udara dengan volume yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi kekerasan dari cookies yang dihasilkan. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis kimia, didapatkan bahwa umbi walur memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 74,28, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif sumber karbohidrat. Disamping itu, oksalat dalam umbi walur dapat direduksi melalui perendaman dalam air panas 45 o C selama 3 jam dan dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan HCl 0,2 N selama 30 menit lalu perendaman dalam natrium bikarbonat 1 selama 5 menit serta diikuti dengan pencucian. Metode ini dapat menurunkan kandungan oksalat sebesar 95 dengan sisa oksalat sebesar 1261 ppm. Perendaman irisan umbi walur dalam Na-metabisulfit pada konsentrai 1000 ppm dalam produksi tepung walur memberikan nilai derajat putih sebesar 69,10 dengan residu sulfit sebesar 70,61 ppm. Dari hasil analisis sifat fisikokimia tepung walur didapatkan rendemen tepung walur sebesar 14,35, kadar karbohidrat 88,35, total pati 59,70, kandungan amilosa 23,40 dan kadar serat kasar 4,56, kemudian dari hasil analisis sifat fungsional tepung walur diperoleh kekuatan gel 119,85 gf, viskositas maksimum 3213 RVU, viskositas breakdown 1271 RVU dan viskositas setback 720 RVU. Analisis RVA menunjukkan bahwa tipe profil gelatinisasi pasting properties dari tepung walur adalah tipe A. Pada analisis kelayakan pendirian industri tepung walur, didapatkan nilai NPV 0, nilai IRR discount factor, nilai Net BC 1 dan nilai PBP umur proyek, sehingga dapat disimpulkan bahwa industri tepung walur layak untuk didirikan. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji organoleptik didapatkan bahwa substitusi tepung walur sebesar 30 dalam tepung terigu pada pembuatan mie masih dapat diterima dan substitusi tepung walur dalam tepung terigu pada pembuatan cookies dapat diterima sampai 50.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi konsentrasi HCl dalam proses reduksi oksalat pada produksi tepung walur, karena sisa oksalat 1261 ppm hanya direkomendasikan untuk orang yang tidak memiliki penyakit ginjal. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang metode pengeringan chips walur untuk mendapatkan mutu derajat putih tepung yang lebih baik sehingga bisa memperbaiki mutu warna dari mie dan cookies. Perbaikan mutu derajat putih tepung walur bisa dicobakan dengan melakukan tahapan inaktivasi enzim melalui perendaman dalam Na-metabisulfit sebelum tahapan reduksi oksalat serta perlu juga dilakukan penelitian tentang formulasi dan metode pembuatan mie dan cookies yang lebih tepat dalam mengaplikasikan tepung walur pada produk tersebut.

Dokumen yang terkait

Isolation and identification of indigenous microorganisms and its application in fermented corn and characterization of physicochemical properties of the flour

1 21 271

Penurunan Kadar Oksalat Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dan Karakterisasi serta Aplikasi Pati Walur pada Cookies dan Mie

5 25 248

Reduksi Oksalat pada Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dan Aplikasi Pati Walur pada Cookies dan Mie

0 4 8

Modifikasi Pati Walur (Amorphophallus campanulatus var. Sylvestris) dengan Heat Moisture Treatment (HMT) serta Karakteristisasi Sifat Fisiko- Kimia dan Sifat Fungsionalnya

2 19 158

Effect of Spontaneous Fermentation On the Physical and Chemical Characteristics of Sorghum Flour (Sorghum bicolor L. Moench) and Its Application In Cookies.

0 4 186

Characterizations of Walur Flour (Amorphophallus campanulatus var sylvetris) and Its Application in Noodle and Cookies

3 6 132

Effect of Spontaneous Fermentation On the Physical and Chemical Characteristics of Sorghum Flour and Its Application In Cookies

0 6 101

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). - Physicochemical Quality Of Chicken Nugget Using Suweg (Amorphophallus Campanulatus B1) Flour As Filler.

0 4 9

KNO3 Application Affect Growth and Production of Amorphophallus muelleri Blume

0 1 7

Study of Manufacturing and Mechanical Characteristic of Biodegradable Plastics Made From Suweg (Amorphophallus campanulatus)

0 0 6