Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder

4.1.6. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder

Pada gambar 4.6 akan diperlihatkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat partisipasi sekolah sekunder di negara maju dan di negara berkembang ASEAN+6. Terdapat korelasi yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat partisipasi sekolah sekunder di negara maju maupun di negara berkembang. Hal tersebut diperlihatkan dari nilai korelasi dan garis penghubung yang memiliki kemiringan negatif. Akan tetapi, korelasi di negara maju lebih negatif dari pada di negara berkembang. PRC= People Republic of China; IND= India; INO= Indonesia; MAL= Malaysia; PHI= Philippines ; THA= Thailand; JPG= Japan; KOR= Republic of Korea; SIN= Singapore ; AUS= Australia; NZ= New Zealand Sumber: World Development Indicator, CEIC, UNESCO Institute of Statistic dan Departemen of Statistic Singgapore , diolah. Gambar 4.6. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder ASEAN+6 JPG KOR SIN AUS NZ PRC INO IMAL PHI THA IND r = -0.065 r = -0.410 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 P e r tu m b u h an Ek o n o m i Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder Negara Maju Negara Berkembang Sumberdaya manusia yang produktif dibutuhkan di negara maju maupun di negara berkembang untuk memacu pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Sumberdaya manusia yang produktif salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka akan semakin mampu berdaya saing dan meningkatkan pendapatan. Korelasi negatif yang ditunjukkan pada Gambar 4.6, mengindikasikan bahwa dibutuhkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari pada tingkat pendidikan sekunder untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat partisipasi sekolah sekunder tidak terlalu berpengaruh ataupun berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendidikan tersier akan lebih mampu berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi dan lebih efektif untuk menciptakan sumberdaya manusia yang produktif. Sumberdaya manusia yang tidak produktif tidak memiliki daya saing dan tidak mampu meningkatkan kesejahteraannya. Sumberdaya manusia yang tidak produktif hanya akan menciptakan perluasan tingkat pengangguran dan pada akhirnya menciptakan kemunduran perekonomian. Korelasi yang lebih negatif di negara maju dari pada di negara berkembang, mengindikasikan bahwa dampak yang ditimbulkan dari sumberdaya manusia yang tidak produktif di negara maju lebih negatif dari pada di negara berkembang. Tingkat partisipasi sekolah sekunder di negara berkembang masih lebih dibutuhkan dari pada di negara maju. Negara maju menuntut adanya sumberdaya manusia yang lebih produktif dan mampu menggerakkan perekonomian. Hal ini terkait juga dengan sistem pasar bebas di negara maju yang membutuhkan dukungan dari sumberdaya manusia berdaya saing tinggi. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi di negara maju dari pada di negara berkembang, mengindikasikan bahwa masyarakat di negara maju lebih produktif dari pada di negara berkembang.

4.1.7. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Defisit Anggaran Pemerintah